- Lee Jonghyun CNBLUE
- Shin Jihyeon [fiktif]
- Jung Yonghwa CNBLUE
- Jung Iseul [fiktif]
- Kang Eunjin [fiktif]
- Park Hanyoung [fiktif]
- Lee Daehyun
Aku pusing dengan yeoja yang satu ini. Sudah beberapa hari ini mengikutiku di kampus kemanapun aku pergi. Ke kantin, ke ruang dosen, ke studio musik kampus dan kini dia mengikutiku ke perpustakaan. Oh Tuhan, tolong singkirkan yeoja ini dariku sehari saja.
Akupun berusaha membuat diriku tampak sibuk dengan mencari-cari buku di rak perpustakaan. Tapi ternyata Iseul masih saja mengikutiku.
“Jonghyun-ah..”
Aku tidak memerdulikannya. Tidak menganggap dia ada.
“Jonghyun!”
Terus terang aku jadi benci dengannya. Tega sekali dia menghampiri Jihyeon dan siapa dia melarang-larang Jihyeon untuk bertemu denganku. Dia juga penyebab Jihyeon ambruk saat itu. Rasanya tidak bisa dimaafkan.
“Ya! Terus aku harus berbuat apa supaya kau mau memaafkanku?”
Lelah juga menghindar darinya.
“Minta maaf padanya!” jawabku dingin
Mata Iseul membulat. “Shiro!”
“Ya, sudah!”
Aku kembali fokus pada buku-buku di rak. Ini yang aku benci darinya. Dia tau dia salah tapi tidak mau meminta maaf. Arogan.
“Jihyeon-ah, kau tidak apa-apa?” Sebuah suara panik seorang namja terdengar jelas.
Tunggu! Jihyeon? Namanya kok mirip dengan Shin Jihyeon? Apa jangan-jangan...
Kakiku bergerak menuju balik rak, untuk memastikan apakah itu Jihyeon yang kukenal atau hanya kebetulan namanya sama. Ternyata opsi pertamaku benar.
“Jihyeon?”
“Loh, Yong oppa?”
Aku melirik Iseul. Siapa Yong yang dia maksud? Apa namja yang menolong Jihyeon? AISH!! Siapa namja ini????? Berani-beraninya dia menyentuh Jihyeon.
“Yong oppa? Jadi yeoja ini yang selalu kakek ceritakan?”
Matanya terbelalak lebar. Apa maksudnya? Aku benar-benar tidak mengerti sama sekali.
Aku berjongkok, menyetarakan tubuhku dengan Jihyeon. “Gwenchana?” tanyaku khawatir. Aku takut penyakitnya kumat.
“Gwenchana, oppa. Aku hanya terjatuh, tidak sengaja menginjak tali sepatuku sendiri,” jelas Jihyeon sambil menunjukkan tali sepatunya.
“Oppa?” Iseul lagi-lagi memanggil seseorang yang aku yakin pasti namja yang di dekatku. Siapa dia? Kakaknya? Ah apa peduliku!
Tiba-tiba namja itu melirikku, “Kau pasti yang bernama Jonghyun. Tolong jaga Jihyeon sebentar,” pesannya padaku. Dia bangkit lalu menarik Iseul ke luar perpustakaan.
“Jihyeon-ah, siapa namja itu?” tanyaku seraya membantunya berdiri.
“Kau ingat tentang dokter baru yang Hanyoung eonni katakan, kan? Dia orangnya.”
Oh, jadi dia.. Tampangnya masih muda, tampan dan juga seorang dokter. Yeoja mana yang tidak menolak namja seperti itu? Semoga itu Jihyeon.
Kalau begitu setiap hari mereka bertemu, dong? YA! Aku cemburu!
“Oppa? Kau melamun ya?” Jihyeon melambaikan tangannya tepat di depan wajahku.
“Hah? Ani! Ya, kau sedang apa di kampusku?”
“Aku menemani Yonghwa oppa menjemput adiknya. Aku tidak tau kalau oppa kuliah di sini.”
“Ah iya, aku memang lupa memberitahumu di mana tempatku kuliah. Hmm, dokter Yonghwa itu kakaknya Iseul?”
“Iseul?” tatapannya seolah bertanya siapa-itu-Iseul.
“Yeoja gila itu!”
“Oppa, berhentilah menyebutnya yeoja gila. Kalau dia mendengarnya pasti sakit hati.”
Aku memutar bola mataku. Dia memang gila!
“Oh, ya, siapa tadi nama doktermu? Nama lengkap?”
“Jung Yonghwa.”
Tepat, namja itu memang kakak si yeoja gila itu. Apa kakaknya sama gila dengan adiknya? Mwolla, semoga saja tidak.
“Memangnya kenapa oppa?”
“Dia memang kakaknya. Marganya sama.”
Jihyeon hanya mengangguk.
-
Author pov
Yonghwa menarik tangan adiknya dan membawanya ke luar perpusatakaan. Mereka hanya diam, berhadapan satu sama lain tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tiba-tiba saja Iseul menjitak kepala Yonghwa.
“Ya! Apa-apaan kau ini? Bukannya memelukku malah menjitakku. Kau tidak senang bertemu denganku?” tanya Yonghwa geram sambil mengusap kepalanya.
“Itu masih belum seberapa! Kau malah yang sepertinya tidak senang bertemu denganku. Hampir 6 tahun aku tidak berjumpa denganmu, sesampainya di Korea bukannya langsung menjumpaiku malah sibuk dengan pekerjaanmu!”
“Yah, maaf, deh! Habis aku datang mendadak, jadwal keberangkatanku di tunda karena ada masalah di bagian imigrasi. Sesampainya aku di sini, aku harus ke rumah sakit karena harus mengurusi sesuatu dan tidak sempat mengunjungimu sampai sekarang. Lantas, kenapa kau tidak ke rumah sakit atau ke apartemenku?” tanya Yonghwa sambil mencubit pelan hidung mancung adiknya.
“Kau kan tau aku benci rumah sakit! Baunya aku tidak tahan. Lagipula aku maunya kau duluan yang mengunjungiku.”
“Ck! Kau sama seperti appa, gengsian! Ngomong-ngomong katanya kau rindu padaku?”
Yonghwa merentangkan tangannya dan disambut Iseul. Mereka berpelukan erat.
“Bogoshipo, oppa!”
“Nado, yeobo!”
“Eomma dan appa kenapa tidak ikut ke sini? Aku rindu sekali sama mereka.”
“Mereka sedang sibuk. Salah sendiri tidak mau ikut tinggal di Jepang!”
“Aku lebih suka di sini!”
Mereka segera melepaskan diri, takut orang berpikiran macam-macam walaupun mereka kakak adik sekalipun.
“Oppa, jadi anak-kecil -itu yang selalu kakek ceritakan?” tanya Iseul gusar, sengaja menekankan 3 kata yang diucapkannya tadi.
“Anak kecil? Jadi kau sudah mengenalnya?”
“Dia itu yeoja yang aku ceritakan waktu itu, oppa...!” geram Iseul.
“Jinjja? Wah, cinta segitiga, nih!”
“Hah? Jadi, anak kecil itu benar menyukai Jonghyun? Oppa... kau harus membantuku!”
“Membantu apa? Menjauhkan mereka? Shiro! Sekalipun kau adikku, aku tidak mau. Itu urusan kalian dan jangan bawa-bawa aku!”
“YA! Kau oppa ku atau bukan, sih? Lagipula...” Iseul berhenti berbicara begitu melihat Jonghyun dan Jihyeon di ambang pintu perpustakaan. Dengan kesal, Iseul berjalan menghampiri mereka.
“Jonghyun-ah, kau mau ke mana?” tanya Iseul. Dia hanya menatap Jonghyun , seolah hanya ada dirinya dan Jonghyun.
“Bukan urusanmu!” sahut Jihyeon. Iseul terperangah mendengar jawaban Jihyeon.
“Kau, anak kecil! Aku tidak bertanya padamu!” kata iseul geram.
Takut terjadi apa-apa, Yonghwapun menghampiri mereka.
“Jonghyun-ssi, bisa antar Jihyeon ke rumah sakit? Aku masih ada urusan dengan adikku,” pinta Yonghwa. Permintaan itu bagaikan sambaran petir bagi Iseul.
“Baiklah! Jihyeon-ah, kajja!” Jonghyun menarik lengan Jihyeon, mau membawanya ke mobil Jonghyun. Jihyeon menjulurkan lidahnya pada Iseul, berhasil membuat Iseul geram.
Iseul ingin mengejar tapi keburu dicegah oleh Yonghwa.
“Oppa, apa-apaan kau?”
“Aku takut kau berbuat yang berlebihan. Ingat, dia bukan menderita sembarang penyakit. Sekali saja ada yang membuatnya terkejut –dalam arti terkejut yang negatif- nyawanya bisa saja melayang.”
“Ck! Kalau begitu aku juga mau menderita penyakit itu!”
“ISEUL!” bentak Yonghwa, Iseul sangat terkejut dibuatnya. Volume suaranya cukup menarik perhatian orang. “Tarik ucapanmu! Kau harusnya bersyukur diberikan kesehatan yang sempurna! Kau tidak tau bagaimana menderitanya dia. Aku benar-benar tidak menyangka hanya karena namja itu pikiranmu jadi sepicik ini!”
Iseul terdiam. Baru kali ini dibentak oleh kakaknya sendiri, bahkan melihat Yonghwa marah sajapun tidak pernah. Iseul hampir saja menangis, dia berusaha menahannya.
Tiba-tiba saja Jonghyun berlari kembali menghampiri Yonghwa dan Iseul.
“Loh, kok kembali? Mana Jihyeon?” tanya Yonghwa.
Jonghyun menarik nafas dalam-dalam, mengatur irama nafasnya.
“Yonghwa-ssi, Jihyeon tiba-tiba pingsan!”
-
Ini ketiga kalinya Jonghyun berjalan mondar-mandir di depan ruang ICU. Hanya kali ini dia tidak sendirian, ada Iseul juga yang ternyata ikut ke rumah sakit. Rasa panik membuat Iseul lupa akan alasan kenapa dia membenci rumah sakit.
“Jonghyun-ah! Tenanglah! Oppa sedang menanganinya.”
“Mana bisa aku tenang?! Dia pingsan tiba-tiba tadi,” kata Jonghyun kalut. Iseul lebih memilih diam.
Hampir setengah jam mereka menunggu, Yonghwapun keluar dari ruang ICU. Jonghyun dan Iseul menghampirinya.
“Oppa, anak kecil itu keadaannya bagaimana?”
“Membaik!” hanya itu yang terlontar dari mulut Yonghwa.
Tak lama Hanyoung dan Daehyun muncul dari dalam ruang ICU sambil mendorong tempat tidur Jihyeon. Jonghyunpun ikut membantu, meninggalkan Jung bersaudara.
“Jeongmal mianhae, oppa! Aku tidak bermaksud bicara sepertu itu tadi,” katanya lirih. Dia menundukkan kepalanya, malu menatap kakaknya sendiri.
Tangan Yonghwa mengacak-acak poni Iseul dan senyumnya mengembang. “Oppa juga minta maaf. Oppa tidak bermaksud membentakmu.”
“Kalau begitu aku akan menuruti semua kata oppa ku yang tampan ini.”
“Jinjja? Apa saja?”
“Kalau aku sanggup.”
“Hmmm,” Yonghwa mnegerutkan keningnya, memikirkan sesuatu, “Minta maaf lah pada Jihyeon!”
Jihyeon terbelalak. Yonghwa sebenarnya sudah menduga bagaimana respon adiknya itu. Dia pasti tidak menyanggupinya. Namun, dugaannya salah.
“Baiklah!”
Giliran Yonghwa yang terbelalak.
-
“Kau sudah sadar rupanya,” seru Jonghyun begitu melihat mata Jihyeon mulai terbuka.
“Oppa...” sahutnya lirih.
Jonghyun segera mengambil air putih yang ada di dekatnya dan meminumkannya pada Jihyeon.
“Sudah enakkan?”
Jihyeon hanya mengangguk.
“Aku panik saat kau tiba-tiba pingsan tadi.”
“Aku juga tidak tau. Tiba-tiba kepalaku sakit dan dadaku sesak. Padahal sebelumnya tidak pernah begini. Mianhae oppa, aku merepotkanmu.”
“Gwenchana! Aku merasa tidak direpotkan kok, aku malah senang membantumu.”
Mereka terdiam. Menurut Jonghyun rasanya lebih baik mengganti topik pembicaraan yang lebih menyenangkan agar Jihyeon merasa santai.
“Jihyeon-ah, aku...”
TOK TOK!
KLEK!
Muncul seorang yeoja yang selama ini Jonghyun anggap sebagai yeoja gila.
“Ya, mau apa kau ke sini?” tanya Jonghyun ketus.
“Aku... aku ingin menjenguk anak kecil itu dan membicarakan sesuatu dengannya. Bisa kau tinggalkan kami berdua?”
“Mwo?”
Jonghyun menatap Jihyeon, Jihyeonpun mengangguk, memberi isyarat agar menuruti permintaannya.
“Kalau kau berbuat macam-macam, awas kau!” bisik Jonghyun saat melewati Jihyeon.
KLEK!
“Annyeong, anak kecil!” sapa Iseul dengan canggung.
“Annyeong, eonni! Kalau boleh jujur, ini pertama kalinya kau menyapaku dengan ramah, hihi. Duduklah!” kata Jihyeon tersenyum sambil menunjuk kursi yang ada di samping tempat tidurnya. Iseulpun menurut.
“Eonni mau ngomong apa padaku?”
“Aku... aku ingin minta maaf atas perlakuanku saat itu. aku tidak bermaksud menamparmu, saat itu aku termakan emosi.”
“Aku sudah memaafkanmu kok,” kata Jihyeon sambil menggenggam tangan Iseul, “Lagi pula saat itu aku memang sedang kurang enak badan,” bual Jihyeon agar bisa mengurangi rasa bersalah Iseul padanya.
“Sebenarnya aku sudah mengenalmu sejak dulu, hanya saja aku tidak tau kalau yeoja itu adalah kau. Aku tinggal dengan kakek dan setiap pulang kerja dia pasti menyempatkan diri untuk bercerita tentangmu. Aku... iri padamu. Rasanya kakek lebih menyayangimu dibandingkan denganku.”
Mata Iseul memanas. Dia berusaha untuk tidak menangis.
“Kau salah, eonni! Pak tua, ah, dokter Jung sangat menyayangimu. Dia selalu bercerita tentang cucu perempuannya yang sangat menyukai musik dan cucu laki-lakinya yang ingin seperti dia. Dokter Jung bahkan berjanji padaku untuk mengajakku ke rumahnya bila aku sudah boleh keluar rumah sakit dan memperkenalkan aku pada cucunya yang selalu dia banggakan.”
Tapi semua itu tidak sempat dilakukan karena dokter Jung keburu pergi.
Suasana canggung kembali menyelimuti mereka.
“Lalu tentang Jonghyun... aku benar-benar serius menyukainya. Kalau boleh terus terang, dia satu-satunya orang yang bisa membuat jantungku berdebar-debar dengan cepat. Pertama kali melihatnya, malamnya aku tidak bisa tidur nyenyak. Aku sudah beberapa kali pacaran, tapi aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya,” jelas Iseul panjang lebar.
Sosok Iseul memang sangat cantik, setara dengan ketampanan Yonghwa. Gadis secantik itu bisa saja memikat banyak namja. Namun hingga saat ini, walaupun Jonghyun membencinya, dia tetap akan menunggu. Entah kenapa dia sangat yakin kalau Jonghyun adalah jodohnya.
“Dan saat kau hadir di kehidupan Jonghyun, rasanya aku sangat cemburu. Terlebih semua perhatian yang Jonghyun berikan untukmu. Aku iri sekali sampai tidak bisa menggunakan akal sehatku.”
Jihyeon menatap Iseul. Dia tau, yeoja yang lebih tua darinya itu tidak seburuk yang seperti Jonghyun pikirkan.
“Jihyeon-ah! Kalau aku minta kau menjauhi Jonghyun, apakah kau akan melakukannya?”
Mata Jihyeon membulat. Pertanyaan yang sama sekali tidak dia duga.
Jihyeon menundukkan kepalanya, berpikir sejenak. Pertanyaan yang selalu ada di benak Jihyeon. Apa aku menyukai oppa? Jihyeon juga pernah mengalami apa yang Iseul rasakan. Bisa merasakan debaran jantungnya yang cepat jika berada di dekat Jonghyun. Dan rasanya menyenangkan.
“Aku... aku menyukai... Jonghyun oppa!”
Pengakuan cinta Jihyeon disambut oleh desahan nafas Iseul. Seperti yang dia duga, Jihyeon juga menyukai Jonghyun.
“Mianhae, eonni!” seru Jihyeon tertunduk lemas.
“Ya, kenapa kau minta maaf? Kau harusnya bilang ‘ayo kita bersaing’, begitu!” terang Iseul sambil tersenyum.
“Gomawo, eon! Baiklah, kita bersaing!”
Tiba-tiba saja mereka tertawa bersama, tidak menyadari sepasang mata sedang mengamati mereka dari celah pintu yang terbuka, tersenyum melihat dua yeoja yang disayanginya sudah bisa akur.
“Nah loh, sedang mengintip apa?” tanya Eunjin tiba-tiba.
“Ya, pelankan suaramu,” bisik Yonghwa sambil membekap mulut Eunjin lalu membawanya menuju kantin rumah sakit.
“Dari mana saja kau? Aku tidak melihatmu seharian ini?” tanya Yonghwa sambil meletakkan nampan berisi dua cangkir kopi.
“Aku sedang mengepak barang. Kan kau yang suruh. Begitu kau memberitahuku kalau Jihyeon kolaps, aku langsung kemari. Ya! Tadi kau mengintip apa?” tanya Eunjin dengan bahasa informal.
“Aku pernah cerita kan kalau adikku sedang menyukai seseorang tapi namja itu menyukai orang lain?” Eunjinpun mengangguk. “Ternyata namja itu Jonghyun dan yeoja yang dia maksud adalah Jihyeon.”
“Jinjjayo?” tanya Eunjin terkejut, diiringi anggukan Yonghwa.
Mereka berdua menyeruput kopi mereka masing-masing.
“Jadi, kau benar-benar sudah siap?”
“Siap apa?” Eunjin balik bertanya.
“Oh, ayolah ja....”
“Dokter Yonghwa!” tegur Eunjin, matanya melotot seperti sedang memberi isyarat pada Yonghwa.
“Ye, ye, ara! Kau sudah siap...,” Yonghwa mencondongkan tubuhnya ke arah Eunjin dan membisikkan sesuatu hingga membuat Eunjin tersipu malu.
-
Iseul pamit pulang dan meninggalkan Jihyeon sendiri. Jihyeon meraih ponselnya dan mengecek siapa tau ada pesan masuk. Tiga pesan dari Jonghyun.
From: Muffin
Jihyeon-ah, maaf aku pergi tanpa pamit. Eomma memberitahuku kalau appa sakit, aku harus ke rumahnya. Kalau yeoja gila itu berbuat macam-macam, segera hubungi aku atau teriak minta tolong. Oke?
From: Muffin
Kok tidak dibalas?
From: Muffin
Jihyeon-ah, kau selamat kan? Yeoja gila itu bicara apa?
Jihyeon hanya tersenyum memandang layar ponselnya. Dengan segera dia membalasnya, takut membuat Jonghyun khawatir lebih jauh.
To: Muffin
Aku kan sudah bilang, berhenti menyebutnya yeoja gila. Dia tidak seburuk yang oppa bayangkan. Dia baik.
-
To: Muffin
Kau belum mengenalnya lebih jauh! Karena dia aku sampai ingin pindah kampus
Jonghyun memberi nama Muffin untuk Jihyeon di kontak ponselnya, sama seperti yang dia tulis di kontak ponsel Jihyeon untuk menamai dirinya. Jonghyun sangat cinta muffin, dan menurutnya muffin adalah lambang cinta karena telah berhasil mendekatkan dia dengan yeoja yang disukainya.
“Jonghyun!”
Suara berat seorang namja paruh baya berhasil memecahkan keheningan.
“Appa, kau sudah bangun rupanya. Sudah baikan?” tanya Jonghyun yang sedang duduk di tepi ranjang.
“Siapa yang memberitahuku kalau aku sakit?”
“Eomma yang memberitahu. Hmm anak buahmu memberitahu eomma.”
“Cih! Sudah pergi dari sini, tetap saja menyuruh orang untuk memata-mataiku.”
Jonghyun menatap tajam ayahnya sendiri, “Bukan memata-matai, lebih tepatnya peduli. Peduli dengan mantan suami yang dicintainya.”
Respon yang tak terduga dari Jonghyun.
“Lebih baik appa makan kue saja. Siapa tau hatimu bisa melunak!” sindir Jonghyun. Dia meraih sebuah kotak cantik yang tidak jauh darinya lalu mengeluarkan blueberry cheese cake mini dan meletakkannya di atas piring kecil. kemudian memberikannya pada appa-nya.
“Makanlah!”
“Siapa yang membuat? Dia?”
“Dia yang kau maksud memiliki nama. Apa kau lupa namanya?” tanya Jonghyun yang sepertinya sudah tidak memiliki rasa hormat lagi pada ayahnya.
Ayahnya hanya memutar bola matanya. Rasanya malas meladeni anak yang menurutnya sudah mulai kurang ajar.
Tangan kanannya memotong kecil kue itu lalu menyuapi ke mulutnya sendiri.
“Mashita!”
“Itu kue buatanku!” seru Jonghyun datar. Ucapannya mampu membuat ayahnya mematung.
“Kau masih suka memasak rupanya!”
“Ada yang salah?”
“Tentu saja ada! Kau ini laki-laki, kodratmu bukan di dapur.”
“Siapa orang pertama yang bicara begitu? Biar kuhajar!” Jonghyun mengepalkan kedua telapak tangannya, berusaha menahan emosi yang meluap karena meladeni omongan ayahnya sendiri.
“Sepertinya kau sudah sehat. Lebih baik aku pulang! Lama-lama di sini membuatku muak!”
“Tunggu, Jonghyun!”
Langkah Jonghyun berhenti. “Wae?” tanya Jonghyun tanpa membalikkan badannya.
“Aku dan temanku sepakat untuk menikahkanmu dengan putrinya!”
BRAK!
Jonghyun meninju keras pintu yang ada di depannya lalu berbalik menatap nanar ayahnya.
“Apa kau bilang? Menikah? Kau mau membuatku sepertimu? Menikah dengan yeoja yang tidak kucintai, lalu hidup bersamanya, menyentuhnya dan menggantungkan perasaannya? Napeun namja! SHIRO! Cukup eomma saja yang merasakannya!”
Jonghyun kembali berbalik dan membuka pintu dengan kasar.
“YA! KENAPA KAU SANGAT MENCINTAI YEOJA YANG BAHKAN BUKAN IBU KANDUNGMU SENDIRI?”
Langkah Jonghyun kembali terhenti. Sebuah pertanyaan yang tiba-tiba sangat menusuk hati Jonghyun.
“Mworago?”
Hanya itu yang keluar dari mulut Jonghyun.
-TBC-
Hueeeeeee ff apa ini??? ga ada rencana mau bikin sepanjang ini. tapi semoga readers suka ;p
omooo onnie banyak banget kejutannya (?)
ReplyDeleteaku udah mulai senyum-senyum sendiri pas Eunjin ngobrol sama Yonghwa *gaje *mendadak lupa Jihyeon-Jonghyun
haaa, Jung Iseul sama Jung Yonghwa, rasanya pernah denger ini kakak-beradik tapi lupa dimana hehe ._.a ntah di ffindo, ntah di wonderff
huwooo lagi-lagi ada yang buat penasaran =_=
hoho lanjut eonniiiiii
-mencoba komen kembali stlh gagal komen terus-
ReplyDeletePENASARANNNN ARRRGGHHHH
lanjutannya dongg , cepet ya
hehehee
iya say, di ffindo yg judulnya For You In Full Masem. Abis namanya bagus banget, aku pake deh.
ReplyDeletetadinya yang jadi cucunya dokter jung cuma iseul doang, entah kenapa muncul ide yonghwa juga ikutan
hehe gomawo :)
@pandapanda: lagi ongoing kok, gomawo udah baca :)
ReplyDeletetuh kan jonghyun namjanya kkkk
ReplyDeleteiseul ngerasa jonghyun itu jodohnya, sama dong kaya aku ngerasa minhyuk itu jodoh aku #abaikan
wah ada apa antara yong ma suster eunjin hem hem...
wah penasaran ma cerita hyun , omma ma appa nya....lanjuuut onn
Pingin tau siapa yeoja yang mau dinikahkan dengan jonghyun.
ReplyDeleteSumpah ni ff bikin penasaran bgt. Gak tau mau komen apa (speechless) tp yg jelas ga sabar nunggu lanjutannya. :)
waah. gak sabar nunggu chaptr 7nya... haha
ReplyDeletebikin pnasaran :D:D
ReplyDeleted tggu chap 7 ny :):)
@SEMUA: makasih udah baca~~ lanjutannya mungkin agak lama *wink*
ReplyDeletehuaahh hari ini ngebut baca ff ...
ReplyDeleteitu itu eunjin ma yong2 ? .. beneran surprise .. #lega untung jungshin nggak muncul dgn yeoja lain .. huaaahhh legaaa
lanjutttt :)