Author: Kang Eunjin (@icicicaaa)
Rating: G
Length: 2.529 words -__-“ oneshot :D *tumben
Casts:
- Jung Yongeun
- Lee Jonghyun
- Jung Yonghwa
Genre: Romance, friendship, sad gagal (?)
Note: Sebenernya ini dalam rangka memperingati ultah uri Burning Jonghyun. Kyaaaa Saengil Chukkae My dimples Hyunn >< juga penyesalan author karna ketiduran pas jam 00:00 KST dan gak ikut ngucapin pada jam itu T----T nyesek, kan gak enak telat ngucapin sama suami sendiri *penonton kabur* . Pas bangun udah 01:00 KST dan ternyata pulsa gak ada! T----T nyesek lagi *curhat. Burning Soul macam apa saya? *curhat lagi. Jadinya pas nyesek itu digantiin deh dengan buat ff hohoho xO
Disclaimer: Jalan ceritanya punya aku. JongHwa saling memiliki eaeaea. Yongeun pinjem dari si Jungshin -_-“
14 Mei 2011
Lima jam lagi. Lima jam lagi menuju tanggal lima belas Mei. Ulangtahunnya. Ulangtahunku juga. Ah, peduli apa aku dengan ulangtahunku. Seperti tahun-tahun sebelumnya, aku selalu menunggu seperti ini. menunggu lima-jam-lagi.
“Yongeun mau kesana lagi?” tanya oppa ku tiba-tiba. Dia seperti tidaktahu saja kebiasaanku setiap tahunnya. Mungkin oppa kandungku ini hanya berbasa-basi. Yah, kutekankan pada kata-kata oppa kandung. Apa dia oppa kandungku? Jangan paksa aku untuk bilang iya atau tidak. Karna kata yang berulangtahun, jawaban-jawaban konyol iya-atau-tidak itu hanya akan menyakiti hati oppa. Hei, aku bahkan masih menuruti kata-katamu, kenapa sampai sekarang sejak enam tahun yang lalu kau masih saja tidak mau menurut padaku. Dunia memang tidak adil.
“Iya oppa,” jawabku singkat sambil tersenyum simpul.
“Bersabarlah,” ucap oppa sambil mengenggam tanganku.
“Aku ini sedang menunggu, oppa. Jarang kan kalau orang sedang menunggu ia bisa sabar.”
“Begitu ya? Kalau begitu aku juga sedang tidak sabar.”
“Huh? Waeyo?”
“Karna aku sedang menunggu.”
“Untuk?”
“Menunggu untuk lima jam lagi.”
“Oh.”
“Yongeun, ini tentang….. Ulang tahunmu.”
“Andwae. Ulangtahunku itu bodoh!! Hanya ulangtahun oppa, ulangtahun Ahn ahjumma dan ulangtahun Jonghyun oppa yang baik. Selebihnya jahat!!” aku segera melepas genggaman oppa. Lalu berlari kekamar, membanting keras pintu. Dan akhirnya menangis sejadi-jadinya.
“Ulangtahunku itu bodoh! Benar kan Jonghyun oppa? Pada akhirnya kau sendiri yang membuktikan kalau ulangtahunku cuma suatu hal yang bodoh. Padahal kalau bukan karna kau, aku sudah benar-benar benci tanggal lima belas Mei.”
15 Mei 1999
Desiran ombak. Angin yang sepoi-sepoi. Suara pantai ini telah kalah dengan suara tangisku. Padahal yang kulakukan hanyalah duduk dengan menekuk lutut. Tidak memakai pengeras suara, atau menjerit sekeras-kerasnya. Yang kulakukan hanya mengeluarkan airmata. Yah, dengan sedikit isakan.
“Hei jelek.”
“Hellooo jelek.”
Suara anak laki-laki ini mulai mengusikku.
“Hei jelek,” tangannya mulai menyentuh bahuku.
“Jangan pegang-pegang aku! Dan kenapa kau bilang aku jelek?” bentakku kearahnya dengan airmata yang masih berlinang-linang.
“Aigo, kau itu memang jelek tahu! Lihat nih,” anak laki-laki itu menyerahkan sebuah cermin kepadaku. Aku memang jelek ketika menangis. Ini malah membuatku semakin sedih.
“Huwaaaaa opaaaaa!!!!”
“Eh eh, cup cup cup. Aniyo, kau itu cantik kok. Nomu yeoppoda. Hanya tinggal perbaiki yang ini dan yang ini,” katanya sambil menghapus airmataku dipipi dengan kedua jempolnya.
Aku hanya diam. Dia sepertinya teman yang baik.
“Hei, main yuk!” ajaknya tiba-tiba dengan sebuah senyuman manis dibibirnya. Itu membuat lesung pipinya muncul. Hihi lucu.
“Main apa?” tanyaku yang mulai melunak karna melihat kebaikannya. “Main basket. Walaupun aku masih sepuluh tahun, aku termasuk jago loh!”
“Bolanya itu ya?” tanyaku lalu menunjuk benda ditangannya, “kenapa ada pitanya?”
“Eh, aku lupa melepas pitanya. Kau tahu, ini hadiah ulangtahunku.” Raut wajahku yang tadi sumringah seketika pudar.
“Pergi kau!” dia kelihatan terperangah, “Waeyo? Kenapa kau mengusirku? Kukira kita ini teman.”
“Aku benci orang yang berulangtahun. Aku benci kenapa semua orang yang berulangtahun itu terlihat senang. Aku benci kenapa ulangtahunku itu bodoh. Jadi lebih baik kau pergi saja!” aku mulai menangis lagi.
“Hei jelek. Baiklah, untuk saat ini anggap saja aku nggak punya ulangtahun, anggap saja aku selalu murung kalau sedang berulangtahun. Dan kau harus tahu ulangtahunmu nggak bodoh. Jadi aku nggak mau pergi darisini.”
“Mana bisa. Pada kenyataannya kau orang yang nggak aku tahu namanya, kau punya ulangtahun dan kau kelihatan senang menerima bola itu. Dan selamanya ulangtahunku tetaplah hal yang BO-DOH!!”
“Jonghyun imnida. Mau cerita kenapa kau bilang hal itu, maksudku kenapa kau bilang ulangtahunmu bodoh?”
“Semuanya pergi dihari ini. Appa, umma, semuanya pergi! Aku benci!”
“Hari ini?”
“Iya hari ini. Tanggal 15 Mei. Semuanya pergi pada tanggal ini. Hari ulangtahunku. Maksudku hari yang bodoh. 15 Mei adalah tanggal yang bodoh!”
“Ahn ahjumma, kenapa kau bilang tanggal 15 Mei adalah hari ulangtahunku?"
“Karna empat tahun lalu ditanggal itu, Yongeun dititipkan oleh seseorang ke panti asuhan ini.”
“Apa orang itu orangtuaku?”
“Mwolla. Mungkin. Tapi mereka dikabarkan meninggal pada hari itu juga.”
“Jadi maksudmu ahjumma, appa dan umma meninggal pada tanggal 15 Mei?”
“Ne sayang. Aigo, kau jangan menangis. Ingat dengan kata-kataku tentang setiap orangtua kalian yang sudah pergi kan?”
“Hiks hiks. Aku bukan menangis karna mereka sudah pergi. Aku ingat kok kalau kita menangis nanti mereka nggak akan tenang disana. Hanya saja, kenapa harus tanggal 15 Mei sih Ahjumma?!”
“Yongeun sayang..”
“Ahjumma, diulangtahunku yang keempat nanti jangan ucapkan Saengil Chukkahamnida lagi ya Ahjumma. Sampai kapanpun jangan pernah ucapkan lagi ya Ahjumma. Soalnya aku benci!”
“Jangan pernah bilang kayak gitu lagi. Setiap ulangtahun itu istimewa. Nggak ada yang bodoh,” ucapan anak laki-laki bernama Jonghyun ini membuyarkan ingatanku tentang pengakuan Ahn ahjumma empat tahun yang lalu.
“Kau nggak tahu apa-apa!”
“Kau benar, aku emang nggak tahu apa-apa. Tapi begini, mulai hari ini aku janji akan selalu membuat ulangtahunmu penuh dengan senyuman. Kau akan selalu tertawa ditanggal yang kau benci ini. Aku mohon, jangan menangis lagi. Jangan benci ulangtahunmu ini. jangan benci tanggal 15 Mei.”
“Waeyo? Itu kan hak-ku!”
“Aku nggak mau ngelihat orang sedih dihari bahagia aku. Tanggal 15 Mei hari ulangtahunku juga. Kita bisa merayakannya sama-sama kan? Kita bisa senang-senang dan main sama-sama kan? Kita berdua bakalan makan kue yang besar. Kita berdua nyanyi-nyanyi ulangtahun sama-sama. Pasti menyenangkan. Ayolah, apa itu masih ulang tahun yang bodoh?”
“Nggak,” ucapku sambil mengelap airmataku, “ulangtahunnya sama sekali nggak bodoh. Tapi janji ya, kita bakalan terus ngerayainnya sama-sama. Sampai kakek-nenek. Kalau kau melanggar, aku akan bilang lagi kalau ulangtahunku bodoh. Arraso?”
“Ara. Aku janji. Hei namamu siapa?”
“Yongeun imnida. Gomawo oppa karna kau ngebuat ulangtahunku yang kedelapan ini jadi ulangtahun yang nggak bodoh.”
“Cheonmaneyo. Hei, kau itu ternyata beda dua tahun denganku!”
“Hehe ne, mianhae daritadi membentakmu,” kataku sambil nyengir.
“Gwenchana. Saengil chukkae Yongeun.”
“Saengil chukkae Jonghyun oppa,” ia lalu tersenyum dan mulai bernyanyi.
“Happy birthday Yongeun… Happy birthday Jonghyun… Happy birthday happy birthday.. Happy Birthday YongHyun….”
“Hahaha YongHyun! Hahaha suaramu bagus oppa.”
14 Mei 2005
Kriing kriing
Ku ayunkan sepedaku kencang agar tiba cepat sampai kerumah. Ini sudah jam tujuh malam tapi aku masih memakai seragam sekolah. Sial, gara-gara pelajaran tambahan. Mereka tidak mengerti apa kalau rumahku –panti asuhanku- itu jauh dari sekolah, dan lagi aku hanya mengendarai sepeda ini, tidak seperti mereka yang membawa mobil.
“Ahjumma, semuanya, aku pulaaang,” teriakku ketika sampai didepan gerbang rumah tua ini. Tidak ada jawaban. Ah, tentu saja, pasti semuanya sedang makan malam. Aku melirik kerumah besar diseberang sana. Ah, Jonghyun oppa sedang duduk diteras. Aku hampiri atau tidak ya?
“Yongeun, kau sudah pulang? Ayo makan!” Aih, ternyata Ahjumma sudah ada didepan gerbang untuk menyambutku.
“Sebentar lagi ya Ahjumma. Aku mau mampir ketempatnya sebentar.”
“Oke, tapi jangan lama-lama! Tidak baik anak perempuan terlalu lama dirumah anak laki-laki.”
“Ne ahjumma,” Aish, Jonghyun oppa itu kan sahabatku. Kita sudah biasa saling bertamu. Bukan, bukan, dia bukan sahabatku, dia calon suamiku. Hei, aku tidak meracau, Jonghyun oppa sendiri yang bilang.
“Oppa! Sedang apa?”
“Sedang menunggu.”
“Untuk?”
“Untuk lima jam lagi.”
“Maksudmu?”
“Ini tentang ulangtahunmu tahu! Masa kau lupa?”
“Oh, aku kira apa. Aku nggak lupa kok. Aku ingat selalu. Kan itu hari ulangtahun oppa juga.” Ia hanya diam dan tersenyum simpul.
“Oppa terlihat agak beda. Ada masalah?”
“Hah? Aniyo, gwenchana,” kilahnya sambil tersenyum. Senyum yang dibuat-buat, aku tahu itu.
“Yongeun..”
“Ne?”
“Kau ingat janji kita enam tahun yang lalu? Saat kau berulangtahun ke delapan, dan aku yang kesepuluh.”
“Kita bakalan terus ngerayain ulang tahun kita sama-sama, sampai kakek-nenek. Tentu saja aku ingat oppa, itu pertemuan pertama kita.”
“Kita akan terus menepati janji itu kan?”
“Bukan kita, tapi kau! Kalau aku pasti akan mengingatnya dan menanamya disini dan disini,” ucapku sambil menunjuk kepala dan dadaku. Dia tertegun, “Oh, baguslah.”
“Hei jelek. Sebenarnya ada apa denganmu?”
“Tidak ada masalah apa-apa, jelek. Aih, kau itu sudah jelek, bau lagi. Cepat ganti seragammu dan makan sana!”
“Hahaha benar juga. Yasudah, aku pergi dulu. Jangan rindukan aku arraseo?”
“Aish.” Jonghyun oppa cemberut, aku hanya tertawa melihatnya. Aku segera berlari kerumah.
“Yongeun, nanti malam seperti biasa ya. seperti tahun-tahun sebelumnya!!” teriaknya ketika aku sudah sampai dipintu rumah. Aku mengacungkan jempolku tinggi-tinggi.
15 Mei 2005 00:00 KST
Sudah tepat jam dua belas malam. Kubuka pintu jendelaku. Ah, disana dia sudah menunggu ternyata. Kalau orang-orang melihatku mungkin mereka sangat iri. Aku dan Jonghyun oppa memiliki kamar dilantai dua dengan jendela menghadap kedepan. Sehingga kami masih bisa saling melihat walaupun sedang berada dikamar masing-masing.
Disana Jonghyun oppa sudah siap dengan gitar dan pengeras suara.
“Cek cek cek hana dul set (?) maaf mengganggu semuanya. Ini aku Jonghyun yang selalu membuat berisik pada 15 Mei tengah malam. Semoga kalian tidak merasa terganggu dan sudah terbiasa dengan tingkahku ini,” aku disini tertawa terpingkal-pingkal melihatnya. Sesekali aku kena timpukan bantal. Aku lupa kalau bukan aku saja yang memiliki kamar ini.
“Happy birthday, Yongeun.. Happy birthday, Yongeun.. Happy birthday happy birthday.. Happy birthday Yongeun…”
Duaaar
Ternyata setelah lagu tersebut dimainkannya dengan merdu. Kembang api dengan banyak warna memecah kegelapan malam. Aku terkesima. Benar-benar indah.
“Saranghae Yongeun.. Saranghae Yongeun.. Saranghae saranghae.. Saranghae Yongeun..” Jonghyun oppa menyanyikannya dengan irama lagu happy birthday, kali ini aku melihat kearahnya. Ia tersenyum. Omona.. Malam ini benar-benar indah. Aku lalu mengambil kertas, spidol dan senter. Dengan cara yang sangat sederhana, aku menulis beberapa kalimat.
Saengil Chukkahamnida Jonghyun oppa
Mian, hanya ini yang bisa aku perbuat untukmu
Nado saranghae
Setelah menunjukkan kerta-kertas itu kepadanya. Aku langsung menutup jendela dan tidur. Ah, aku salah, aku bahkan tidak bisa tidur.
15 Mei 2005 07:00 KST
Hei Yongeun, bagaimana tidurmu tadi malam? Nyenyak? Kalau kau tanya aku, aku sama sekali tidak bisa tidur. Aku memikirkan kenyataan kalau setelah malam yang indah itu aku tidak bisa lagi melihatmu setiap hari. Kita pasti bertemu lagi, tapi tidak seperti biasanya. Aku harus pergi ke jepang. Ikut appa. Kau tahu kan bagaimana kerasnya orangtuaku? Maaf. Soal janji kita, aku akan berusaha kembali tahun depan. Aku tidak akan melanggar janjiku Yongeun, “kita bakalan terus ngerayain ulang tahun kita sama-sama, sampai kakek-nenek”. Sekali lagi maaf, aku benar-benar bodoh tidak bisa mengucapkannya langsung kepadamu. Aku terlalu takut melihat tangisanmu, karna dulu aku janji akan selalu membuatmu tersenyum terutama dihari ulangtahunmu ini. Yongeun, jangan menangis ya. Maafkan aku. Saranghae.
Oppa bodoh! Percuma dia berkata “jangan menangis” disuratnya ini, toh pada kenyataanya airmataku mengalir juga. Kenapa dia tidak bilang apapun waktu itu? Kenapa dia tega sekali meninggalkanku begitu saja. Dia tahu kalau aku orang yang sulit menunggu, tapi kenapa dia malah membuatku menunggu justru selama ini.
“Yongeun? Gwenchana?” Ahn ahjumma menanyaiku lembut.
“Ahjumma. Oppa jahat!”
“Aniyo, tunggulah sampai ia pulang. Dia bilang dia akan menepati janinya kan?” aku mengangguk. Ahjumma benar, aku harus sedikit sabar. Walaupun jujur rasanya sakit sekali.
“Ahjumma!” suara Yong oppa tiba-tiba mengagetkan kami. Dia anak panti asuhan yang sudah mengaggapku seperti adiknya sendiri. Umurnya 17 tahun. Kata Jonghyun oppa, aku tidak boleh mengatakan kalau Yong oppa adalah oppa angkatku. Ah, aku teringat dia lagi. Yong oppa berbisik ditelinga Ahjumma. Mereka berdua langsung lari kebawah. Ada apa? Apa aku susul saja?
“Andwae!! Yang di Televisi itu bukan Jonghyun oppaku! Dia tidak mungkin ada di kecelakaan itu. Tidak mungkin. Namanya saja yang sama!”
“Yongeun, tapi wajahnya..”
“DIAM KALIAN!! Wajahnya hanya mirip!! Jonghyun oppa akan pulang. Dia sudah berjanji!!”
“Yongeun, tabah ya sayang,” ahjumma memelukku. Aku meraung-raung dipelukan Ahjumma. Hal seperti ini tidak mungkin terjadi padaku. Ini terlalu meyakitkan. Aku janji aku akan selalu menunggunya, tapi kalau begini ceritanya sama saja seperti aku dilarang menunggunya.
Aku baru teringat kalau oppa tidak menyuruhku untuk menunggu disuratnya.
Untuk kedua kalinya. Ulangtahunku hanyalah ulangtahun yang bodoh!
15 Mei 2011
Mataku perlahan terbuka. Kulirik jam dinding kamarku. Aigo, hampir jam satu pagi. Andwae, ini tidak boleh terjadi. Kenapa aku bisa-bisanya ketiduran?
Ku ambil motor hasil tabunganku dan bergegas menuju tempat itu. Kecepatanku sudah maksimal. Kakiku sudah lecet karna tembok dan kayu pun aku terjang. Aku terlambat sejam. Astaga, maafkan aku oppa.
Akhirnya aku tiba ditempat ini. Tempat yang siapapun akan takut mengunjunginya saat dinihari seperti yang aku lakukan sekarang. Tempat yang hanya dia penghuninya diatas bukit ini.
“A a ak aku minta maaf,” lidahku tercekat, ingin rasanya menangis didepan makam sunyi ini.
“Aku benar-benar minta maaf. Aku memang si Yongeun payah yang punya hari ulangtahun yang bodoh,” aku tidak tahan lagi, airmataku jatuh.
“Oppa, oppa nggak marah kan?”
“Oppa kenapa diam aja! Udah enam tahun oppa nggak pernah ngomong dan negur aku lagi, memangnya oppa nggak kangen sama aku? Oppa nggak sayang lagi sama aku? Oppa tega ya ngebiarin aku tersiksa ketika aku ngingat semua kenangan sama oppa? Oppa lupa kalau ucapan terakhir oppa sama aku itu ‘saranghae’, lupa ya? LUPA? Nggak inget sama janji oppa yang kakek-nenek itu? Nggak inget sama janji oppa yang bakal ngebuat aku senyum dan ketawa di tanggal 15 Mei sialan ini. Oppa lupa semuanya? Oppa amnesia ya?”
“Oppa tahu nggak? Udah enam tahun tapi aku masih sering nungguin kapan oppa pulang dari Jepang? Hahaha, konyol ya? Padahal kenyataanya oppa nggak akan pernah pulang, oppa kan udah lupa sama aku, oppa kan nggak akan nepatin janji itu, iya kan?”
“Gara-gara oppa aku janji untuk nggak bilang kalau ulang tahun aku itu bodoh! Tapi gara-gara oppa juga aku semakin sadar kalau ulangtahun aku emang bener-bener hal bodoh. Oppa tahu nggak kalau itu jahat?!!!”
“Ak aku minta maaf oppa. Aku yang telat datangnya malah aku yang marahin oppa. Aku benar-benar minta maaf. Oh iya, ini udah tanggal 15 Mei, yah emang udah dari sejam yang lalu. Saengil chukkae.”
“Ha ppy birth day.. Jonghyuuuun….”
“Happy birthday.. Jonghyuuuuun..”
“Happy birthday.. happy birthday..”
“Happy birthday.. Jonghyuuuun..”
Aku menyanyi dengan tempo yang sangat lambat. Sulit rasanya menyanyi dengan tempo normal ketika menangis. Tanah makam oppa yang lembab semakin basah karna tangisanku.
“Aku udah buat banyak kesalahan ya sama oppa hari ini. aku marah-marah, dan aku nyanyi suaranya false lagi hehehe. Makanya pulang, ajarin aku nyanyi yang merdu. Jarang tahu bisa punya guru les vocal yang ganteng kayak oppa. Ah, aku mulai ngeracau lagi. Aku pulang dulu ya, sekali lagi saengil chukkae buat Jonghyun oppa. Aku pulang dulu.”
Aku berdiri, memandang makamnya lama dengan tatapan datar. Ya Tuhan, kapan aku bisa benar-benar melupakannya? Sudah enam tahun. Sejak aku berumur empat belas tahun sampai dua puluh tahun seperti sekarang perasaanku tetap sama. Aku berbalik, namun sebuah (?) tubuh tegap memelukku.
“Cukup! jangan menangis lagi! Apa kau akan terus seperti ini sampai kau tua nanti? Masa depanmu masih panjang Yongeun! Carilah penggantinya. Tentu saja kau masih boleh datang kesini, tapi bukan untuk meratapinya. Apa kau tidak kasihan melihatnya? Apa kau pikir ia tenang disana jika kau tangisi terus?”
“Nggak, oppa. Cuma aku nggak bisa ngelupain Jonghyun oppa.”
“Kau pasti bisa! Kalau kau butuh bantuan menghadapi ini semua kau bisa tanya aku. Aku harap aku dapat diandalkan.”
“Yong oppa udah sangat bisa diandalkan. Aku aja yang nggak pernah menghargai keberadaan oppa. Padahal oppa udah rela ngejadiin aku adik angkat oppa, aku minta maaf.”
“Akhirnya kau mengerti. Dan, Yongeun, Saengil chukkae..” aku berniat melepas pelukannya tapi dia tetap menahannya. “Jangan membantah, memangnya salah kalau kakakmu mengucapkan selamat ke adiknya? Ingat ya, setiap ulangtahun itu special, nggak ada yang bodoh!”
“Bukan begitu oppa, tapi kau kuat sekali memelukku. Badanku pegal -_-“
“Ah eh, mianhae..”
Aku dan oppa ku memutuskan pulang pagi itu. Yah, Jonghyun oppa, kau memang masa lalu yang sangat sulit aku lupakan. Kalaupun suatu saat nanti aku menemukan penggantimu, namamu masih tetap ada kok. Walaupun itu artinya kita berdua harus melepaskan perjanjian itu, “kita bakalan terus ngerayain ulang tahun kita sama-sama, sampai kakek-nenek” . Ah, tapi kalau dipikir-pikir, kita berdua selamanya juga masih bisa merayakannya sama-sama, hanya saja didunia yang berbeda.
Saat diperjalanan bersama Yong oppa, aku bernyanyi dalam hati..
Saat diperjalanan bersama Yong oppa, aku bernyanyi dalam hati..
“Happy birthday Yongeun… Happy birthday Jonghyun… Happy birthday happy birthday.. Happy Birthday YongHyun….”
----
Gaje gak gaje gak? Aku ngerjainnya emang di dinihari ultahnya Jonghyun loh :D komen yak komen, ngerasa ada yang tanggung bilang aja. Soalnya gak mahir gini buat oneshot ~u,u~
ff nya bagus.. sedih banget jadi yongeun
ReplyDeleteJonghyunnya meninggal.. Hiks :'( Kasian Yongeun, gak bisa ketemu Jonghyun lagi.
ReplyDeleteffnya seru. aku suka :)
Jong oppa meninggal..hiks..hikss sedih :( terlalu menyayat hati #lebai
ReplyDeleteeehh eehh di lanjut lagi ... kan bisa di bikin chapther nih ... :) rada2 gantung gitu di akhir ff nya
ReplyDeleteah gomawo ya semuanya udah baca^^ hehe
ReplyDeletekanti eonni: aku juga ngerasa gitu :/ mikir dulu deh onn dilanjutin atau nggaknya, ff yg lain aja gak kelar-kelar ><
jong hyun oppa :'(
ReplyDelete>.<