Author: Lulukyukey (@lulukyukey)
Rating:T
Length: Oneshot
Genre: Romance
Cast:
-Kang Min Hyuk CN Blue
-Song Myungki (nama koreaku *abaikan* anggap ini readers aja yaa~^^)
Disclaimer: Plotnya milik author~^^v
Note: FF ini terinspirasi dari rasa gemes liat Minhyuk yang tiap live perform kaya yang mau ngemakan mic-nya (?) hehehe :D kritik dan sarannya ditunggu ya^^
-------------------------------------------------------------------------------------
TENG! TENG! TENG!
Bel berbunyi 3 kali, tanda kelas akan segera dimulai. Kumatikan iPod-ku dan memasukkannya ke tas.
Seorang siswa laki-laki yang datang terlambat, berlari dari arah pintu. Untungnya, guru belum masuk ke kelas, sehingga image siswa ini tidak tercoreng karena kesiangan. Ya, siswa yang bernama Kang Min Hyuk ini memang populer di sekolahku. Image-nya begitu sempurna di mata siswi-siswi di sekolahku. Tentu saja, image-nya bisa tercoreng kalau namanya masuk ke daftar siswa kesiangan hari ini.
“Hosh…Hosh…” kudengar nafasnya yang masih terengah-engah dari belakangku. Ia memang duduk tepat dibelakang bangkuku. Mungkin bagi para “fans”-nya, duduk di posisiku ini merupakan suatu anugerah. Tapi entah mengapa bagiku ini sebuah musibah.
Imut, tampan, tinggi, ramah, pintar pula. Mungkin begitulah image-nya dimata siswi-siswi di sekolahku. Tapi tidak dimataku. Bagiku, ia hanyalah anak ‘sok imut’ dan ‘sok perfect’. Aku memang belum kenal baik dengannya, karena aku tidak mau dekat apalagi sampai berurusan dengannya. Tapi aku yakin sekali kalau sebenarnya dia bukanlah orang yang sempurna, sesempurna image-nya. Biarpun populer, nyatanya namja ini sampai sekarang belum memiliki pacar. Meskipun banyak sekali gadis yang mengantri untuk menjadi pacarnya, tapi belum ada satupun yang bisa menjadi pacarnya.
Waktu istirahat pun tiba. Aku lebih memilih berdiam diri di kelas daripada ke kantin yang jaraknya jauh dari kelasku. Teman-temanku yang juga tidak pergi ke kantin mengerumuniku, sebagian ada yang membawa kursi mereka untuk duduk di bangkuku.
“Iihhh… lucu sekali, sih, dia!” gumam salah satu dari temanku saat melihat Minhyuk yang pergi keluar kelas. “Kalau aku jadi dirimu, Myung, aku akan sering-sering menoleh kebelakang dan mengajaknya bicara. Pasti aku bisa lebih dekat dengannya.”
“Oia? Kalau begitu sayang sekali kau tidak duduk disini.” kataku dingin.
“Perasaan, selama ini aku jarang melihatmu mengobrol dengan Minhyuk? Bahkan aku belum pernah melihat kalian mengobrol!” katanya lagi.
“Memang belum pernah.”
“HAH?!” seru teman-temanku bersamaan.
“Hey… biasa saja. tak usah seheboh itu.”
“Tapi bagaimana bisa? Apa kau tidak tertarik untuk mengobrol dengannya?”
“Tidak. Tidak sama sekali.” Jawabku enteng.
“Ckckck… aku heran padamu, Myungki. Kau sia-siakan kesempatanmu duduk di bangku ini untuk bisa lebih dekat dengan namja seimut itu!”
“Dimataku, dia itu tidak imut. Dia hanyalah orang sok imut!” Ujarku.
Tiba-tiba saja Minhyuk masuk ke kelas dengan beberapa siswa lain. Ia berjalan kearah bangkunya, tetapi ia menghentikan langkahnya saat sampai di bangkuku, lalu menatapku tajam.
“Siapa yang kau maksud namja sok imut itu?” tanyanya dengan suara pelan, tapi cukup jelas di telingaku.
Aku diam. Aishh… bagaimana dia bisa tahu kalau aku bicara itu tadi? Matanya terus menatapku dengan tajam. Aku menundukkan kepalaku, tak sanggup melihat matanya.
Kurasakan hawa tak enak dari belakangku selama pelajaran berlangsung. Ingin rasanya aku berlari ke bel sekolah dan membunyikan belnya agar aku bisa segera pulang dan jauh dari orang yang duduk di belakangku ini. Jujur saja, tatapannya tadi menakutkan. Jantungku saja dibuat berdetak tak karuan karenanya.
TENG! TENG! TENG!
Yes! Hatiku menjerit senang mendengar suara bel yang bagaikan penyelamat bagiku itu. Dengan segera aku membereskan bukuku dan beranjak dari kursiku. Tapi tiba-tiba ada tangan yang menahanku. Aku menoleh kebelakang. Deg! Ternyata Minhyuk yang menahan tanganku.
“Ada apa?” tanyaku mencoba santai. Dia tidak menjawab. Tapi tangannya masih menahanku. “Lepaskan tanganku!” bentakku. Kelas sudah kosong karena siswa lain sudah pulang. Aku terus mencoba untuk melepaskan tanganku dari cengkramannya, tetapi gagal karena cengkramannya cukup kuat.
“Kau mau apa? Lepaskan aku! Aku mau pulang!”
“Diamlah!” bentaknya. Aku diam seketika. Baru pertama kali aku mendengar suaranya saat membentak. Selama ini yang biasa kudengar hanyalah suara sok rupawannya.
Ia memajukan badannya agar semakin dekat denganku. Refleks, aku berjalan mundur untuk menghindarinya. Sampai kakiku tidak bisa lagi berjalan mundur karena punggungku sudah menabrak dinding.
“Apa maksudmu berkata seperti itu tadi?” tanyanya yang masih dengan tatapan tajamnya.
“Ehm… ti… tidak.” Jawabku gugup. Tatapannya itu sukses membuatku gugup. Aish~!
“Mau mencari masalah denganku, huh?” bentaknya lagi. Badannya yang lebih tinggi dariku membuatnya bisa mengunci gerak-gerik badanku. Sehingga aku tidak bisa berlari dan pergi dari sini.
Kriingg~
Handphone Minhyuk berdering, membuatnya mundur beberapa langkah dariku untuk mengangkat telefonnya. Tanpa basa-basi, aku langsung berlari keluar kelas.
“Hey! Kau!” panggilnya dari dalam kelas. Tak kuhiraukan panggilannya dan terus berlari dengan kecepatan tertinggi sebisaku sampai benar-benar jauh dari sekolah. Sesekali aku menoleh kebelakang, memastikan kalau ia tidak mengejarku.
“Cih! Ternyata selama ini benar apa dugaanku! Dia itu hanyalah namja sok imut! Buktinya tadi dia bisa menyeramkan seperti itu.” gumamku di perjalanan menuju rumah. Untungnya disana sedang tidak ada siapa-siapa. Membuatku bebas berceloteh tanpa ada yang mengira aku orang tidak waras.
“Dasar sok imut! Sok perfect!”
“Ehem!” suara itu terdengar dari belakangku. Kuhentikan langkahku dan menoleh kebelakang.
“Kau?!” seruku tak percaya. Orang yang tadi kukata-katai kini ada di belakangku. Padahal tadi jelas-jelas ia ada di kelas, dan tidak mengejarku. Dengan cepat aku kembali berlari untuk menghindarinya. Selama berlari aku terus memikirkan bagaimana ia bisa ada dibelakangku tadi. Aneh…
~~~
Semenjak kejadian hari itu, aku semakin sering bertemu dengan Minhyuk. Bagaimana tidak? Setiap aku pergi ke kantin, ia selalu ada di belakangku. Berpura-pura sedang berkumpul dengan teman-temannya, atau sengaja jajan di tempat yang sama denganku. Saat aku kembali ke kelas, ia juga mengikutiku. Sampai-sampai hampir setiap hari ia selalu mengikutiku saat pulang sekolah. Entah apa maksudnya melakukan hal seperti itu. Untuk beberapa kali aku tidak memperdulikannya. Tapi lama-lama aku risih juga. Sampai suatu hari, aku pulang tidak melalui jalan yang biasa, tetapi melalui jalan alternatif lain. Karena jalan yang biasa sudah diketahui olehnya. Aku berharap, ia tidak mengikutiku jika aku lewat jalan alternatif ini. Dan lagi, setahuku tadi di sekolah ia sedang ada urusan dengan teman-temannya. Jadi tidak langsung pulang. Tentu saja ini sebuah keuntungan bagiku.
“Mencoba menghindariku?” tanya seseorang didepanku. Lelaki tinggi dan memakai seragam sekolah yang sama denganku. Wajahnya tertutup oleh topinya dan badannya bersandar ke pohon. Aku menghentikan langkahku. Memperhatikan orang itu. Ia lalu mengangkat sedikit topinya.
“Hah?!” pekikku refleks. Orang yang ingin kuhindari kini ada tepat di depanku!
“Kenapa? Kaget?” tanyanya sembari tersenyum evil.
“Hhhh…” aku menghembuskan nafasku. “Sebernarnya maumu apa, sih?”
“Mauku? Kau mau tahu apa mauku?” Ia kembali menatapku tajam. Aish… mengapa disaat seperti ini jantungku terus berdebar-debar? Kepalanya mulai mendekat. Aku memundurkan badanku untuk menghindarinya.
“Nih!” katanya sembari menyodorkan selembar kertas padaku. “Besok band-ku akan tampil disana. Ini tiketnya.”
Aku menerima tiket itu dengan tatapan heran. Apa hubungannya pertanyaanku tadi dengan tiket konser? Apa ia mengikutiku selama ini hanya untuk mempromosikan band-nya?
“Jika kau ingin tahu apa mauku, besok kau perhatikan saja apa yang kulakukan terhadap microphone-ku.”
“Hah? Maksudmu?”
“Aku akan menganggap mic itu dirimu. Jadi yang kulakukan besok terhadap mic-ku itulah yang ingin kulakukan padamu. Arasseo?(Mengerti?)”
Aku masih tidak mengerti apa yang dimaksud olehnya. Belum juga aku bertanya padanya, ia sudah melangkah pergi. Tapi tidak lama, ia menoleh kebelakang dan melihat kearahku.
“Jangan lupa datang, ya!” ujarnya sembari tersenyum padaku, lalu kembali melangkah pergi. Aku masih berdiri kaku di tempat itu. Jantungku terus berdegup dengan cepat setelah melihat senyumannya tadi. Senyuman yang baru pertama kali kudapatkan darinya.
Di rumah, aku terus memperhatikan tiket yang diberikannya. Kembali terlintas dipikiranku senyumannya tadi. Senyuman yang manis.
“Aishhh… mengapa kau jadi memikirkannya, Myungki?!” gumamku sambil terus mengacak-acak rambutku, mencoba menghilangkan wajahnya dari pikiranku dengan cara seperti itu. Tapi jika melihatnya seperti tadi, ia tidak terlihat menyeramkan seperti sebelumnya. Matanya terlihat berbeda dari biasanya. Dan wajahnya… kupikir cukup imut juga jika tersenyum seperti itu.
Semalaman aku tidak bisa tidur karena terus memikirkan apa yang akan terjadi besok. Lebih tepatnya aku memikirkan Minhyuk. Ya, jujur saja, aku terus memikirkan makhluk stalker itu. Apa mungkin ini tanda-tanda kalau aku… Ah! Tidak Mungkin!
~~~
Hari ini sepulang sekolah, aku pergi ke tempat band Minhyuk akan konser. Cukup banyak orang yang datang kesana untuk menyaksikan konser itu. tentu saja, banyak diantara mereka yang satu sekolah denganku.
Beberapa band sudah tampil. Tapi aku belum melihat Minhyuk. Sampai sebuah band yang bernama CN Blue tampil. Banyak siswa sekolahku yang berteriak saat band itu naik keatas panggung. Apa mungkin itu…
“Minhyuk~ Kyaa~!” teriak gadis-gadis disampingku. Benar dugaanku, Minhyuk naik keatas panggung. Ia lalu duduk di kursi drummer. Sesuai yang dia perintahkan padaku, kuperhatikan terus gerak-geriknya. Walaupun ia ada di posisi drummer, ia tetap menjadi backing vocal di bandnya. Untuk awal-awal tidak ada yang aneh dengan gerak-geriknya. Sampai di tengah lagu, saat ia menyanyi, ada sesuatu yang cukup membuatku kaget. Mungkin jika ia hanya mendekatkan wajahnya dengan jarak normal ke microphone-nya, itu tidak masalah. Tapi dia mendekati mic-nya seakan-akan ingin “memakannya”. Hampir tidak ada jarak antaran mic dengan bibirnya. Ia terus seperti itu sampai lagu berakhir. Aku jadi teringat tentang pesannya kemarin, kalau ia akan mengibaratkan mic itu diriku.
“Hah?!” pekikku tiba-tiba saat mengingat kata-katanya. Aku bergidik ngeri. Apa mungkin yang dia mau dariku adalah seperti yang dilakukannya pada mic tadi? Yang benar saja!
Lagu yang dibawakan oleh band CN Blue itu pun berakhir. Sebelum turun dari panggung, Minhyuk sempat menatapku dengan senyuman evil-nya. Jantungku kembali berdetak tak karuan. Seketika itu juga aku berlari untuk segera pergi dari sana, sebelum aku bertemu dengan Minhyuk.
“Myungki!” seseorang memanggilku dari belakang. Suaranya sangat familiar di telingaku. Untuk kali pertama bagiku mendengar suara itu memanggil namaku. Ya, inilah pertama kalinya Minhyuk memanggil namaku. “Kau mau kemana?”
“Ehm… ak… aku mau… pul,” belum juga aku menyelesaikan kalimatku, orang itu sudah membalikkan badanku. Tangannya terus memegang bahuku. Jantungku masih belum berdetak normal. Ia lalu menatapku dalam-dalam. Ingin rasanya aku melepaskan tangannya dari bahuku, tapi entah mengapa tanganku rasanya sangat lemas dan tak mampu untuk melepaskan tangannya.
“Kau sudah melihat apa yang kulakukan pada microphone-nya tadi?” tanyanya. Aku mengangguk pelan. Ia lalu mendekatkan kepalanya ke wajahku. Aku hanya bisa pasrah. Dalam hati aku terus berdoa pada Tuhan agar aku dilindungi dari perlakuan aneh orang ini.
Tiba-tiba ia mendekapku. Mataku terbelalak dibuatnya.
“Maafkan aku, jika selama ini aku telah mengganggumu, membuatmu risih, membuatmu takut. Aku sama sekali tidak bermaksud jahat padamu,” Gumamnya tepat di telingaku. Aku masih diam. “Saat aku mendengarmu mengatakan bahwa aku sok imut, sok perfect, entah mengapa hatiku sangat sakit. Hatiku rasanya ingin mendengar kata-kata yang sebaliknya dari dirimu. Disaat itulah aku sadar, selain menginginkan kau mengatakan bahwa aku tidak sok imut dan sok perfect, aku juga ingin kau mengatakan hal yang sama dengan yang akan aku katakan,” kurasakan detak jantungnya yang sangat cepat. Ia lalu menarik napas panjang. Sebelum akhirnya, “Saranghae.”
Deg! Rasanya detak jantungku berhenti saat itu juga. Aku kaget bukan main saat mendengar kata-kata itu.
“Kenapa diam? Aku tahu kau merasakan hal yang sama. Detak jantungmu daritadi sangat cepat.” Katanya. Aku masih diam untuk beberapa saat. Sampai bibirku refleks mengatakan, “Naddo Saranghaeyo.” Gumamku. Ia pun mempererat dekapannya, begitu pun denganku.
Kurasakan ada yang ganjal di sekitarku. Ya, sudah banyak mata yang terus memperhatikan kami.
“Ehm… Minhyuk, bisa kau lepaskan aku. Malu ni, diliatin banyak orang.” Ujarku pelan.
“Tidak apa-apa. Aku ingin semuanya tahu kita seperti ini. Bukankah kau tidak mau kalau pacarmu ini diganggu gadis lain?” tanyanya. “Biarkan dunia tahu kalau aku sudah menjadi milikmu.”
“Cih!” aku mencubit perutnya.
“Aw!” jeritnya yang refleks melepaskan pelukannya.
“Gombal!”
“Kenapa kau mencubitku?! Harusnya kau suka dengan kata-kata seperti itu.”
“Gak mau! Aku paling sebal dengan kata-kata gombal seperti itu!”
“Hahaha…kau ini memang berbeda. Dan aku suka itu” katanya yang lalu mengacak-acak rambutku. Orang-orang semakin banyak yang memperhatikan kami.
“Hyuk, lari, yuk!” ajakku dengan suara pelan. Aku mulai risih jika menjadi pusat perhatian seperti ini.
“Hmm… baiklah. Hitungan 3, ya. 1… 2… 3!” serunya. Kami pun berlari dan pergi dari tempat itu. Minhyuk menggenggam tanganku erat. Semua mata terus memperhatikan kami, terutama orang-orang yang satu sekolah denganku. Mungkin mereka heran, mengapa gadis sepertiku –yang tidak pernah mencari perhatian pada Minhyuk—sekarang bisa berpegangan tangan dengan Minhyuk. Bahkan tadi bisa berpelukan dengan Minhyuk.
“Hosh…Hosh..” nafasku dan Minhyuk sama-sama terengah-engah. Kini kami telah sampai di suatu taman yang cukup jauh dari tempat tadi. Tidak banyak orang disana. Minhyuk pun mengajakku duduk di kursi taman.
“Capek?” tanya Minhyuk. Aku mengangguk. “Lebih capek mana dengan kau lari waktu menghindariku?”
“Hahaha… jelas lebih capek yang waktu itu, lah! Karena waktu itu aku lari bercampur was-was. Hehehe…” jawabku sembari tertawa. Minhyuk terus menatapku dalam-dalam.
“Kenapa? Ada yang salah dengan wajahku?”
“Tidak. Hanya saja aku baru pertama kali melihat tawamu.” Jawabnya yang lalu tersenyum. Aku memalingkan wajahku, karena kuyakin wajahku memerah sekarang.
“Eh, ada satu hal yang mau aku tanyakan padamu sejak kemarin,” kataku. “Mengapa waktu itu kau bisa tiba-tiba ada di belakangku? Dan lagi, mengapa kemarin kau tiba-tiba ada didepanku?” tanyaku. Jujur saja, kejadian-kejadian itu membuatku takut kalau makhluk disampingku ini bukanlah manusia.
“Ohahaha…” ia tertawa mendengar pertanyaanku. “Aku bisa ada dibelakangmu karena aku mengejarmu lewat jalan pintas di sekitar sana, karena aku yakin kalau kau pasti akan lewat jalan itu.”
“Mengapa kau bisa tahu?”
“Hohoho… kau lupa saat kita pertama kali masuk SMA, semua siswa di kelas harus memperkenalkan diri sambil menyebutkan alamat rumahnya, kan?”
“Oia… aku lupa. Lalu, yang kemarin bagaimana? Bukankah kau sedang ada urusan dengan temanmu?”
“Oh, itu. kemarin seharusnya aku berlatih untuk hari ini. Tapi setelah ingat kalau aku harus mengikutimu,” aku langsung menatapnya dengan tatapan tajam. “Hehehe, maaf. Nah, setelah aku ingat itu, aku izin kepada teman-temanku kalau aku ada urusan lain, dan harus segera pergi saat itu juga. Dari belakang aku melihatmu tidak melalui jalan biasa. Aku lalu berlari melalui jalan pintas, untuk bisa lebih cepat sampai di jalan yang kau lalui daripada kau.” Jawabnya. Aku mendengus kesal. “Hehehe… maaf.” Ujarnya yang lalu meraih tanganku dan menggenggamnya. Tapi dengan segera aku kembali menarik tanganku.
“Aku paling tidak suka dengan perlakuan yang sok romantis seperti itu.” kataku.
“Hhhh… baiklah nona paling dingin sedunia~”
“Hhe?!” aku mencubit perutnya.
“Aw~!” pekiknya. Wajahnya langsung berubah menjadi sok imut.”Cih! Sok imut!”
“Tuh kaaannn~ apa tidak ada kata-kata lain yang lebih bagus dari ‘sok imut’? kau masih ingat kan dengan kata-kataku tadi?”
“Ohehe… lupa. Baiklah, tuan Kang Min Hyuk, akan kutarik kembali kata-kataku waktu itu. Kau bukan orang sok perfect, kau memang tampan, tinggi, pintar, ramah, baik hati dan tidak sombong. Serta… sok imut! Hahaha…”
“Hey! Mengapa masih sok imut?”
“Jelaslah kau sok imut. Mana ada orang imut yang suka menatap dengan tatapan evil, stalker, gombal pula! Jadi, kau tetap sok imut. Hehehe…”
“Baiklah kalau kau masih memanggilku seperti itu,” katanya memelas. “Asalkan, kau harus mau kuperlakukan seperti mic itu!” katanya dengan smirk-nya.
“Hah?! Gak ma,”
Chu~
Minhyuk mengecup bibirku. Mataku langsung terbelalak dan tak mengedip untuk beberapa detik. Kurasakan pipiku yang memanas, mungkin pipiku sudah semerah tomat sekarang. Kulirik Minhyuk yang sekarang sedang mendongkak keatas, mungkin untuk menghilangkan rasa nervous-nya setelah kejadian tadi. Bibirnya terus tersenyum dengan lebar. Aku yang sebal melihatnya langsung mencubit pipinya gemas.
“Iiiiihhhh~!!” geramku sambil terus mencubit pipinya.
“Aaaa…aw.. Myungki-ah!” Minhyuk meringis. Wajahnya kembali memperlihatkan wajah sok imutnya. Aku tersenyum. Dalam hati aku masih tidak percaya kalau beberapa menit yang lalu ia menyatakan cintanya padaku, aku pun menyatakan hal yang sama. Dan sekarang, namja yang dulu tidak pernah ada urusan denganku serta sok imut itu, kini telah menjadi pacarku.
Is he cute? No, he’s not cute. But, he’s too cute^^
=END=
waaaaaaah mau dong si stalkerin ma minhyuk kemana-mana kkkk
ReplyDeletebtw dia emang cuteeeeeeeeeee tingkat dewa hahahah
Minhyuk stalker! Hahaha
ReplyDeleteJadi cengar-cengir sendiri nih baca ff ini. :D
@happyhanna: hehehe author.a juga ini mau banget di stalkerin minhyuk (?)
ReplyDelete@Lee Dae Hyun: haha ia minhyuk imut" tapi stalker hehe :D
hooooooooo saya iri. saya mau balik ke bangku SMA dan duduk di depan minhyuk.
ReplyDeletebagus bagus, senyam-senyum sendiri aku ;p
huaaa ... imuuudddssss imuuddssss ... :)
ReplyDeletejadi ngebayangin kalo ak di stalkerin minhyuk pas baca ini... *ngarep*
ReplyDeleteuh........ q juga mau diikutin minhyuk....
ReplyDeleteaaaaaa~!!
ReplyDeleteaku juga mau di ikutin ky' gitu.
ato gak ngeliat senyum cute n evilnya secara langsung. :').
bayangin kalo myungki itu aku. jadi nyengir sendiri bacanya wkwkwkwkwk
hahaha :D
ReplyDeletebaguz crita ny ..
lanjutkan ..
:)