Tuesday, May 24, 2011

FIREFLIES


Author: kang hyeri (@mpebriar)

Genre: Songfic, friendship

Rating: T

Length: Oneshot

Cast:

  • Kang Minhyuk CNBLUE
  • Lee Jonghyun CNBLUE
  • Lee Jungshin CNBLUE
  • Jung Yonghwa CNBLUE
Other cast:
  • Im Yoona SNSD
  • Lee Hongki FT Island

Disclaimer: MY OWN PLOT!!! Thanks for Owl City, ur Fireflies gave me some inspirations.

Note: Aku bikin ini gara-gara kecanduan (lagi) sama Fireflies nya Owl City. Semoga pada suka. Jangan lupa komen :)



“Hyung, ayo kita naik yang itu,” pintaku pada Yonghwa hyung.

“Aigoo, perutku mual, Minhyuk. Jangan suruh aku naik permainan yang bisa mengocok perut.”

“Hyukie, ayo main denganku!”

Akupun dan Jungshin mengantre permainan yang menurutku tidak hanya mengocok perut, mungkin juga mengocok isi kepalaku. Jet coaster.

Sekitar 10 menit berlangsung, kami berduapun pergi menuju kafe tempat Yonghwa hyung dan Jonghyun hyung menunggu.

“Sudah baikan, hyung?” tanya Jungshin.

“Sudah mulai enakan sih.”

“Kini giliran perutku yang mual,” kataku seraya menyentuh perutku.

“Aku pesankan teh hangat, ya! Pelayan!” tawar Jonghyun hyung.


***


Mataku terbuka perlahan. Aku kembali ke ruangan ini lagi.

Aku ingin tidur lagi.


***


“Ya, kau! Kau itu tuli, hah? Yang sebelah kanan itu hijau, yang kiri biru. Bukan sebaliknya! Cepat ganti! Satu menit! Hana.. dul..” bentak seorang namja padaku. Akupun buru-buru mengganti kaus kakiku. Aku memang salah memakainya.

Aisssh orang ini! Dari kemarin kerjanya bentak-bentak terus. Baru juga jadi calon pengurus OSIS, gimana kalau dia benar-benar jadi pengurus? Bisa hancur sekolah ini.

“Yang merasa yeoja berbaris di sebelah kanan saya dan namja di sebelah kiri,” namja yang membentakku tadi mulai memerintah lagi.

Namanya Lee Jonghyun, murid kelas 2 di SMA yang mulai sekarang akan mengisi hari-hariku. Dia beserta tiga orang calon pengurus OSIS lainnya kebagian mengasuh kelasku. Untuk seminggu ini aku beserta anak baru yang lainnya harus mengikuti masa orientasi sekolah. Untunglah hari ini adalah hari terakhir.

Sial sekali mendapat mentor sekejam dia. Semoga saja kau tidak terpilih nanti. Kasihan sekolah ini.

“Ya! YA! Bantu aku!” Jonghyun sunbae kembali berteriak. Apa lagi ini?

Aku menoleh ke arah sumber suara dan kulihat Jonghyun sunbae mengangkat kepala seorang namja –sama-sama anak baru- yang pingsan ke atas pahanya. Dia meminta bantuan dan reflek aku berlari ke arahnya. Aku, Jonghyun sunbae dan beberapa namja lainnya menggotong tubuh namja besar ini ke UKS sekolah.

Wajah Jonghyun sunbae panik. Bisa panik juga? Dikirain bisanya marah-marah doang.

Setelah merebahkan namja ini, dokter penghuni UKS menyuruh kami kembali ke lapangan. Dan KENAPA SI SUNBAE INI BERJALAN DI SAMPINGKU? Jadi canggung begini, kan. AISH!

“Minhyuk-ssi, mian karena tadi aku membentakmu,” katanya tanpa menatapku.

“Gwenchana, sunbae!” tidak mungkin kan aku menjawab ‘tiada maaf bagimu’. Bisa-bisa aku dijemur di bawah tiang bendera. Hari ini terik sekali soalnya.

“Kami semua terpaksa begitu. Kami hanya tidak ingin hoobae kami nantinya suka bertindak seenaknya pada sunbae mereka sendiri.”

Kalau dipikir-pikir masuk akal juga, sih! Mungkin aku akan menjadi orang pertama yang akan dipanggil ke ruang guru karena memukul kakak kelasku sendiri. Hahaha, aku bukan tipe orang seperti itu kok, tenang saja.

Aku menatap Jonghyun sunbae dan dia tersenyum padaku, dua lesung pipinya terbentuk.

Apa aku salah menilai dia ya?


***


Aku membuka mataku, lebih tepatnya terbuka dengan sendirinya. Aku terbangun.

Dengan posisi masih terlentang, aku memandangi sekelilingku. Lagi-lagi aku sendiri, aku bosan.

Apa sebaiknya aku tidur lagi? Tidur terus!


***


“Hyung, chukkae!!!” kata kami serempak.

Aku, Jonghyun hyung dan Jungshin menyeret Yonghwa hyung ke atap sekolah setelah prosesi wisuda selesai. Kami bertigapun memeluknya.

“Ya, apa-apaan sih?” tanya Yonghwa seraya berusaha menghindar dari kami.

“Kami kan cuma ikut senang atas kelulusanmu, hyung,” jawab Jonghyun hyung.

“Haha, kalian memelukku seperti kita tidak akan bertemu lagi.”

Kulihat Yonghwa hyung merapikan jas sekolahnya yang terlipat.

“Kau akan kembali ke Busan, kan? Kau tidak sedih apa mau meninggalkan kami?” tanyaku sambil menatap tajam mata Yonghwa hyung. Kulihat hyung hanya tertawa. Ada yang lucu?

“Hahahahaha!”

“Ya, kenapa kau tertawa?” Jungshin menggoyang-goyangkan lengan Yonghwa hyung.

“Hoho iya aku lupa bilang pada kalian. Aku tidak jadi kuliah di Busan. Aku akan tetap di sini, di Seoul.”

“JINJJA???” kata kami –aku, Jonghyun hyung, Jungshin- serempak. Yang ditanya hanya mengangguk.

“Oh, syukurlah!!!” Jonghyun hyung menghampiri Yonghwa hyung dan memeluknya dengan semangat. “Guru fisika ku tidak jadi pergi.”

Yonghwa hyung melempar tropi-penghargaan-sebagai-murid-terbaik nya ke kepala Jonghyun hyung.


***


“Kau sudah bangun rupanya. Annyeong, Minhyuk!”

Begitu mataku terbuka, kulihat Yonghwa hyung duduk di tepi ranjangku. Sebelah tangannya memegang apel yang kulitnya telah terkelupas setengah, sebelah tangannya lagi memegang pisau.

Annyeong, hyung.

“Jarang-jarang aku kemari saat kau sedang terbangun. Tidur melulu, sih! Ah akunya juga sih jarang kemari. Mian, tugasku menumpuk.”

Kau tidak tau hyung, lebih baik aku tidur dari pada membuka mataku seperti ini. Tanpa ada perubahan yang berarti.

“Kau mau apel? Eh, jangan deh. Nanti tidak kau makan lagi.”

Mianhae, hyung. Kalau bisa pasti aku makan.


***


Aku dan Jonghyun hyung sedang berada di kantin, jam istirahat sekolah.

Sesekali kami menyeruput jus yang kami pesan. Kami sama-sama tidak nafsu makan. Sedang memikirkan nasib band kami.

Aku bergabung di band yang dibentuk oleh Jonghyun hyung empat bulan yang lalu. Sejak saat itu kami jadi dekat. Hahaha, dia tidak terpilih jadi pengurus OSIS. Mianhae, hyung. Kayaknya doaku saat teraniaya waktu itu terkabul.

“Ya, malah melamun!” Jonghyun hyung menjitak kepalaku.

“Appo, hyung! Aku tidak melamun. Aku juga lagi mikirin band kita.”

Sang vokalis utama mengundurkan diri karena sekarang dia kelas tiga, apa lagi ini sudah masuk semester dua. Belajar akan menjadi kesehariannya dia dan itu pasti akan mengganggu jadwal latihan band kami. Kami berdua hanya bisa maklum dan merelakannya pergi. Hwaiting, Hongki hyung!

“Permisi, boleh aku duduk di sini?”

Kami membalikkan kepala kami dan mendapati seorang namja berdiri di belakang kami. Karena memang kantin sedang penuh, aku memperbolehkan. Lagi pula kursi di depan kami kosong melompong.

Aku dan Jonghyun hyung terus mengobrol tentang masa depan band kami. Tidak peduli dengan namja yang sedang asik dengan ddukbogi-nya.

“Eh, kalian anggota Fireflies ya?”

“Kau tau kami?”

“Ye! Kau gitaris sekaligus vokalis dan kau drummer Fireflies,” katanya sambil menunjuk hyung dan aku bergantian.

“Aku sangat menyukai band kalian. Hanya sebuah band jalanan tapi memiliki kualitas seperti band yang sudah berpengalaman,” sambungnya lalu kembali memakan satu suap.

“Jinjja? Aku anggap itu sebuah pujian!” kata hyung dengan bangganya.

“Oh ya, dengar-dengar Hongki sunbae mengundurkan diri, ya? Apa kalian tidak mencari penggantinya?”

“Kami berdua memang sedang memikirkan itu sekarang.”

“Kalau boleh aku ingin merekomendasikan seseorang, kalian tau anak baru di kelas 3A?”

Kami berdua mengangguk

Siapa yang tidak kenal Jung Yonghwa? Si anak baru yang mendadak jadi buah bibir yeoja-yeoja di sekolah karena ketampanannya. Jonghyun hyung pernah marah-marah karena pamornya kalah saing.

“Dia sepupu jauhku dan suaranya tidak kalah bagus dengan suara Hongki sunbae.”

“Jeongmal?” Jonghyun hyung meragukannya. “Kau tau kenapa Hongki hyung keluar? Karena dia kelas tiga dan orang yang kau rekomendasikan itu teman sekelas Hongki hyung.”

“Tenang saja. Yonghwa hyung lebih suka musik ketimbang belajar. Tanpa belajarpun, dia pasti akan menduduki peringkat satu di kelasnya, atau bahkan satu sekolah.”

“JINJJA???” tanpa kusadari aku berteriak padanya. “Waw, aku ingin banget seperti itu.”

Hyung tampak sedang menimbang-nimbang.

“Suruh orangnya ke sini sekarang juga!”


***


Mataku kembali terbuka. Cahaya matahari masuk melalui jendela. Jam tujuh pagi –aku tahu karena aku melihat jam dinding-.

Kepala siapa ini? Seseorang tertidur di kursinya, kepalanya dia senderkan di tepi ranjangku. Rambutnya panjang kecoklatan.

Jungshin.

Jungshinie, bangun. Ini sudah pagi! Apa kau menemaniku semalaman? Kau memang sahabatku yang terbaik. Mianhae kalau aku tidak bisa membalas kebaikanmu.


***


“Sudahlah, yeoja di sekolah ini banyak. Jangan cuma terpaku pada Yoona doang.”

“Tapi aku hanya menyukai noona. Kau tidak mengerti, Minhyuk!”

“Jungshinie, kau ini naif banget. Dia itu yeoja matre dan kau tau itu.”

Jungshin terdiam. Kemudian dia menghela nafas panjang.

Jungshin menyukai seorang yeoja yang lebih tua dari kami setahun. Dia satu angkatan dengan Jonghyun hyung, kelas tiga. Jungshin menyukainya sejak setahun yang lalu.

Kemarin dia menyatakan cintanya pada Yoona. Namun ditolak hanya karena Jungshin dianggap masih kecil dan belum beruang. Dasar matre! Kau juga Jungshin! Kau ini naif sekali! Sudah tahu sifat aslinya masih saja menyukainya.

TOK TOK!

Jonghyun hyung muncul dari balik pintu.

“Yonghwa hyung menyuruhku memberikan ini pada kalian. Kalau sudah tenang, cepat ceritakan padaku, Jungshinie!” kata Jonghyun hyung seraya memberikan kami orange juice kaleng pada kami berdua. Kemudian hyung keluar lagi.

Ini memang kebiasaan Jungshin. Dia akan menceritakan apapun yang membuat hatinya resah padaku terlebih dahulu secara empat mata. Kalau sudah tenang, baru dia akan menceritakan pada Jonghyun dan Yonghwa hyung.


***


“Bagaimana keadaannya, dok?”

Suara eomma.

“Masih sama. Kita tunggu saja. Semoga dalam waktu dekat ini ada perkembangan.”

Aku tidak jadi membuka mataku.


***


“Aku ingin keluar dari Fireflies!” kataku mantap.

Semua mata spontan menoleh ke arahku.

“Kau ngomong apa sih, Minhyuk?” Jungshin meragukanku.

“Aku serius, Jungshin! Aku ingin keluar!”

Jonghyun hyung menghampiriku dan menarik kerah kemejaku dengan kasar. Akhir-akhir ini Jonghyun hyung sedang banyak pikiran. Ujian kelulusannya tinggal menghitung hari, ditambah kelakuan orang tuanya yang selalu bertengkar di rumah. Wajar kalau hyung tiba-tiba emosi begini.

“Aku tidak ingin kau bercanda!”

“Aku tidak bercanda hyung, aku serius. Jangan sampai aku mengucapkannya lagi untuk yang ketiga kalinya.”

Jonghyun hyung mendorongku dengan kasar hingga aku jatuh tersungkur. Hyung meraih tas sekolahnya yang dia letakkan di sudut kamarku dan melesat menuju pintu. Dia membukanya dan muncul Yonghwa hyung secara tiba-tiba di depannya sambil membawa sesuatu.

“Saengil chukkahamnida, saengil chukkahamnida, saranghaneun uri jonghyun, saengil chukkahamnida! Cepat tiup lilinnya. Lama sekali kau keluar, tanganku pegal.”

Aku, Jungshin dan Yonghwa hyung tertawa. Namun respon Jonghyun hyung tidak seperti yang kami harapkan.

“YA! KALIAN PIKIR INI LUCU, HAH?”

Jonghyun hyung berteriak hingga membuat keadaan sunyi senyap. Di antara kami bertiga tidak ada yang berani berbicara.

“Kalian mau tau apa yang disebut lucu?”

Nada bicara hyung sungguh berhasil membuat bulu romaku merinding. Aku tidak pernah melihat hyung semarah ini. Kami salah timing.

Kulihat Jonghyun hyung menghampiri Yonghwa hyung. Dia mengambil kuenya paksa, mengambil segenggam kue itu dan melemparnya ke arah wajah Yonghwa hyung.

“Ini yang namanya lucu,” kini dia tertawa, dua lesung pipinya telah kembali.

Misi kami berhasil. Setidaknya hyung tidak lagi bermuram durja. Aku senang.

Tidak! Sekarang bukan saatnya untuk bersenang diri. Jonghyun hyung kini berniat melempari potongan kue itu ke wajahku. KABUUUUUUR!!!!


***


Kenapa aku terbangun???? Aku ingin tidur lagi!!!! Kehidupanku di alam mimpi lebih baik dari pada di alam nyata. Aku tidak bisa berbuat apa-apa di sini.

Pejamkan mata lalu kembali tidur.


***


“Waw, suaramu bagus. Kau juga pintar bermain gitar. Kau memang sosok yang kami cari,” kata Jonghyun hyung tertegun.

Jonghyun hyung menyuruh anak baru itu menyanyikan sebuah lagu dan tanpa diperintah dia bernyanyi sambil bermain gitar.

“Sunbae, selamat datang di Fireflies!” kataku. “Dan gamsahamnida Jungshin-ssi. Kini anggota Fireflies sudah lengkap. Yonghwa sunbae, Jonghyun hyung dan aku.”

“Chonmaneyo! Sudah kubilang, kalian akan menyesal jika tidak merekrut Yonghwa hyung,” sahut Jungshin tanpa memandang ke arah kami, sibuk memetik senar-senar bass biru yang jarang sekali digunakan.

Tunggu!

Tak ada satu orangpun yang bicara. Hanya suara-suara harmonis hasil petikan Jungshin yang terdengar. Jungshinpun menyadari kami yang sedari tadi menatapnya yang sedang asik bermain.

“Wae?” tanya Jungshin menatap kami bergantian, menghentikan permainannya.

“Kenapa berhenti? Mainkan terus!” perintah Jonghyun hyung.


***


Mataku perlahan terbuka. Bisa kulihat sosok Jonghyun hyung, Yonghwa hyung dan Jungshin berdiri di tepi ranjangku.

“Ya, Kang Minhyuk! kau tidak capek tidur terus? Ayo bangun!”

Aku ingin sekali bangun, Jonghyun hyung. Kau tidak tau betapa sulitnya aku untuk membuat diriku bergerak.

“Status kau sekarang adalah hoobae, Minhyuk! Tebak? Aku lulus, hehehe! Dan kau? Mana mungkin!”

Kulihat Jungshin tertawa sambil mengusap matanya yang sedikit basah. Sekarang aku maknae. Tidak! Aku tetap lebih tua darimu, Jungshinie. Chukkaeyo, sunbaenim.

“Kau tidak memberi selamat untuk Jungshinie?” tanya Yonghwa hyung.

Aku sudah memberinya selamat. Kau hanya tidak tau saja, hyung.


***


Masih tiga jam lagi pesawatku akan berangkat. Appa mendesakku pindah sekolah ke Jepang, tepat disaat awal semester dua menjelang kelulusanku. Aku sempat menolak, tapi aku tidak mau mati ditangan ayahku sendiri. Terpaksa menurut.

Yang menyuruh malah tidak mengantar kepergianku. Appa lebih peduli dengan pekerjaannya dari pada aku. Eomma? Pasti sibuk dengan jadwal berkunjung ke salon hari ini.

Aku sendirian! Anggota Fireflies tidak mengantar kepergianku. Mereka marah padaku. Salahku juga sih memberitahu mereka mendadak begini. Apa lagi Jungshin, dia sekarang menganggapku bukan sahabatnya lagi.

Mianhae, chingudeul!

Satu jam lagi Fireflies akan beraksi di taman daerah Myeongdong. Apa sebaiknya aku menemui mereka? Ah lebih baik bagitu, daripada menunggu di sini. Bandara cukup lengang.

Dengan taksi, akhirnya aku sampai di tujuan.

Aku bisa melihat mereka sedang check sound di taman seberang jalan. Jungshin melihatku tapi kemudian bersikap seolah-olah tidak melihatku.

Apa mereka benar-benar marah padaku?

Aku berjalan, bermaksud menghampiri mereka. Kulihat Jonghyun hyung melambai-lambaikan tangannya ke atas, ditujukan untukku. Mulut mereka bergerak-gerak, sepeti sedang berbicara padaku, tapi aku tidak bisa mendengar. Jungshin berlari ke arahku. Namun tiba-tiba...

TIN TIIIIIIIIIIN!!! BRAK!


***


Mataku terbuka secara tiba-tiba. Bisa kurasakan peluh keringat mengucur dari keningku.

Eh, aku bukan di kamar? Di mana ini?

“Minhyuk, sudah lama kan kau tidak menghirup udara luar? Dokter memperbolehkan kami membawamu keluar, yah walaupun cuma dilingkungan rumah sakit. Tapi lebih baik kan? Dari pada di kamar terus.”

Aku bisa tau siapa yang sedang bicara. Itu suara Yonghwa hyung. Apa Jonghyun hyung dan Jungshin ada di sini juga? Aku ingin menoleh tapi rasanya sulit sekali.

Jungshin muncul dari arah belakang.

“Hyung, uri Minhyuk sudah bangun!”

Kemudian aku bisa melihat Jonghyun hyung dan Yonghwa hyung yang kini berjongkok di depanku.

“Si tukang tidur akhirnya bangun juga,” lagi-lagi Jonghyun hyung meledekku.

“Aigoo, keringatmu banyak begini. Mimpi buruk, ya?” Yonghwa hyung mengambil sapu tangan di sakunya lalu mengusap keringat di wajahku.

Mataku hanya bisa menatap mata mereka.

Kalian tau tidak? Selama aku tidur, kalian selalu muncul di mimpiku. Bukan mimpi sih, lebih tepatnya masa lalu kita. Muncul secara random.

Aku rindu pada kalian.

Kalian selalu menyinari kegelapanku saat aku memejamkan mataku. Seperti jutaan kunang-kunang. Aku sangat menyukainya. Sulit mengatakan, aku lebih senang terjaga saat tidur. Tau maksudku? Aku ingin selalu berada di mimpiku. Dunia serasa berputar cepat saat aku tertidur. Kalau aku terbangun, dunia serasa berputar lebih lambat.

Tapi aku ingin bangun! Aku ingin bersenang-senang di kehidupan nyata, bukan di alam mimpi begitu.

Kalian tidak akan percaya, dunia mimpiku lebih baik dari pada dunia nyata. Aku bisa menghirup udara bebas. Aku bisa bercengkerama lagi dengan kalian.

Yonghwa hyung, Jonghyun hyung, Jungshin, kalian adalah jutaan kunang-kunang ku yang setia menyinariku saat mataku terpejam.

“Hyung, Minhyuk menangis!”

“Omo, minhyuk, kau menangis!”

“Kau bisa menangis, Minhyuk! Sedikit peningkatan yang sangat berarti. Ayo kita bawa kembali ke kamar dan kau Jungshin, panggil dr. Kim.”

Kursi roda yang kududuki bergerak.



Mataku tidak bisa terpejam. Tumben sekali.

Aku berusaha menghitung domba-domba di bayanganku. Sudah domba yang ke 1902 tapi tetap saja tidak bisa tidur.

Aku lelah.


***


Di mana aku?

Ruangan ini gelap sekali. Aku benar-benar tidak bisa melihat apa-apa di sini.

Dalam satu detik, semua berubah menjadi terang. Ani! Hitam berubah menjadi putih. Tempat apa ini? Kalian ingat saat squidward terjebak di mesin waktu? Seperti itulah yang aku alami sekarang. Putih.

“Minhyukie!” Seseorang memanggilku. Aku menengok ke kanan dan mendapati Jonghyun hyung, Yonghwa hyung dan Jungshin melambai-lambaikan tangannya padaku, menyuruhku menghampiri mereka. Namun begitu aku mau bergerak melangkah, terdengar suara yang aku tidak tau asalnya dari mana.

“Minhyukie, bangun!”

“Andwae! Kau jangan pergi.”

“Kang Minhyuk, kalau kau masih menganggapku sahabatmu, cepat buka matamu!”

Itu suara Jonghyun hyung, Yonghwa hyung dan Jungshin.

Loh, asal suaranya bukan berasal dari sosok mereka. Aku menoleh ke sekelilingku, berusaha mencari asal suara tersebut. Dan aku yakin suara itu berasal dari lubang hitam yang berjarak sekitar sepuluh meter dariku.

Suara dari lubang itu terdengar sangat khawatir padaku, sedangkan sosok aslinya terus mengumbar senyum mengajakku menghampiri mereka.

Yang mana sebaiknya aku pilih?

Kakiku melangkah.


***


Author pov


Yonghwa, Jonghyun dan Jungshin panik sekali karena wajah Minhyuk tiba-tiba saja memucat. Dokterpun datang karena Yonghwa tiba-tiba berteriak meminta tolong di depan kamar inap Minhyuk. Saking paniknya, mereka lupa kalau ada tombol pemanggil di dekat mereka.

Dokter dan dua orang suster menyuruh mereka untuk keluar, tapi mereka enggan beranjak karena takut terjadi apa-apa pada Minhyuk.

NIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT!

Elektrokardiograf menunjukkan garis lurus horizontal. Semua terdiam.

“Minhyukie, bangun!” Jonghyun hyung bergumam.

“Andwae! Kau jangan pergi.” Wajah Yonghwa tampak kalut begitu tahu Minhyuk sudah meninggal

“Kang Minhyuk, kalau kau masih menganggapku sahabatmu, cepat buka matamu!” Air mata tiba-tiba saja jatuh membasahi pipi Jungshin.

Suster lainnya datang seraya mendorong alat pemicu jantung dengan setengah berlari. Berharap semoga dengan alat itu Minhyuk bisa kembali.

“Clear!”

Tubuh Minhyuk tersentak saat alat pemicu jantung itu mengenai dadanya.

Garis di alat elektrokardiograf masih tidak berubah.

“Clear!”

Alat itu kembali menyentuh dada Minhyuk. Tubuhnya kembali tersentak.

Garisnya berubah.


***


Minhyuk pov


Kakiku melangkah ke arah sosok sahabat-sahabatku tapi mataku menatap lingkaran hitam itu. apa yang terjadi kalau aku masuk ke sana?

Aku terus melangkah. Semakin jauh aku melangkah, semakin kecil pula lingkaran itu. Bukan mengecil dari segi perspektif, tapi ukurannya menyusut.

Menyesalkah kalau aku lebih memilih sahabatku dari pada lubang itu?

Aku ingin bahagia seperti yang aku alami selama aku memejamkan mataku. Tapi hatiku terus berkata kalau aku harus memilih lubang itu.

Aku berbalik dan berlari menuju lubang hitam sebelum lubang itu menghilang. Aku memasukinya dan...

“Minhyuk! Syukurlah kau sadar! Tiga hari ini kau tidak bangun-bangun!” Jonghyun hyung menghampiriku dengan wajah paniknya.

Hei, aku kembali ke kamar putih ini lagi.

Tanganku menekan-nekan kepalaku. Rasanya pusing. Dan juga haus.

“Aku haus, hyung!” kataku dengan suara serak.

Kulihat Jungshin menuang air dan membantuku minum.

“Tunggu!” Aku, Jonghyun hyung dan Jungshin sontak menoleh ke arah Yonghwa hyung. “Kau bisa bicara, Minhyuk? Dan kau... bergerak!”

Eh iya, benar! Tanganku bisa digerakan, aku juga bisa bicara. Omo... apa aku tidak lumpuh lagi?

“Hyukie, coba bicara!” pinta Jungshin.

“Bicara apa?” tanyaku bingung.

“OMO!!!! MINHYUK KU SUDAH KEMBALI!” Jonghyun hyung memelukku erat.

Dan bagaikan acara anak Teletubies jika akan usai, kami berpelukan.

I'm back, my fireflies.


You would not believe your eyes

If ten million fireflies

Lit up the world as I fell asleep


'Cause they'd fill the open air

And leave teardrops everywhere

You'd think me rude

But I would just stand and stare


I'd like to make myself believe

That planet Earth turns slowly

It's hard to say that I'd rather stay

Awake when I'm asleep

'Cause everything is never as it seems


'Cause I'd get a thousand hugs

From ten thousand lightning bugs

As they tried to teach me how to dance


A foxtrot above my head

A sock hop beneath my bed

A disco ball is just hanging by a thread


I'd like to make myself believe

That planet Earth turns slowly

It's hard to say that I'd rather stay

Awake when I'm asleep

'Cause everything is never as it seems

When I fall asleep


Leave my door open just a crack

(Please take me away from here)

'Cause I feel like such an insomniac

(Please take me away from here)

Why do I tire of counting sheep

(Please take me away from here)

When I'm far too tired to fall asleep


To ten million fireflies

I'm weird 'cause I hate goodbyes

I got misty eyes as they said farewell


But I'll know where several are

If my dreams get real bizarre

'Cause I saved a few and I keep them in a jar


I'd like to make myself believe

That planet Earth turns slowly

It's hard to say that I'd rather stay

Awake when I'm asleep

'Cause everything is never as it seems

When I fall asleep


I'd like to make myself believe

That planet Earth turns slowly

It's hard to say that I'd rather stay

Awake when I'm asleep

'Cause everything is never as it seems

When I fall asleep


I'd like to make myself believe

That planet earth turns slowly

It's hard to say that I'd rather stay

Awake when I'm asleep

Because my dreams are bursting at the seams


-END-


Huehehehe, ini songfic keduaku setelah Lucky. Gimana? Bikin pusing ya kebanyakan flashback? tanyain aja bagian mana bingungnya hehehe.

Maaf kalau ceritanya ga nyambung sama lirik lagunya ;p


14 comments:

  1. bagus banget, terharu

    ReplyDelete
  2. huwaaaaaa... bagus FF nya... bikin terharu,, dann.. dugeun dugeun banget bacanya,,,,

    fighting oennie!!!

    ReplyDelete
  3. haduuhhh sempet deg-degan serasa nggak yakin kalo MinHyuk di bikin dead secaranya kan suami author tuh .. hehehe

    bagus bagussssss ... :)

    ReplyDelete
  4. awalnya sihh kurang ngerti pas bacanya... tapi setelah dibaca sampe habis baru deh sadar kalo itu semua masa lalu nya si Minhyuk...

    Kereen onni ff nya ^^

    ReplyDelete
  5. wawwwww!!!! ampe squid ikut main,he3
    aq suka ff'a,,,,,bnr2 sohib deh mereka

    ReplyDelete
  6. prok~prok~prok~
    keren banget deh ini ff.a~sampe terharu baca.a~ ^^

    ReplyDelete
  7. eonniii T~T
    awal aku ngeliat gambarnya aku udah takut ini cerita bakal ada sakit-sakitnya, demi apapapun deh eonn aku nangis loh pas bagian dia nginget memori mereka plus perhatiannya yonghyunnshin :'(

    tsk, emang agak emotional aku kalau berhadapannya sama friendship yang kayak gini hehe :')

    daebak eon, lega pas tau minyuknya sembuh (y)
    jadi penasaran sama lagunya o.O

    daebak eonn :')

    ReplyDelete
  8. @SEMUA: makasih ya udah baca :)) jadi semangat bikin lagi.

    @ica: huehehehe segitunya ya? hehehe, aku seneng ada orang yg sampe terharu begitu. gomawo ca :)

    ReplyDelete
  9. D A E B A K K !
    Keren banget, aku nangis tau bacanya T.T

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'