Saturday, April 23, 2011

Muffin Of Love [chapter 4]




Auhtor: kang hyeri [@mpebriar]

Length: chaptered

Genre: romance, family

Rating: T

Cast:
  • Lee Jonghyun CNBLUE
  • Shin Jihyeon

Other Cast:
  • Lee Daehyun

Disclaimer : MY OWN PLOT




25 Juni 2010


“Apa-apaan kau? Apa appa mu ini sudah tidak kau anggap lagi, hah?”

Kulihat appa begitu aku membuka pintu kamarku. Aku baru saja pulang kuliah, hari ini hari pertamaku.

Tangannya memegang selembar kertas biru yang kutahu adalah kertas pilihan jurusan.

“Aku lelah, appa! Bisa tidak biarkan aku istirahat?”

Aku berjalan menuju tempat tidurku tapi lenganku dicengkram oleh appa.

“YA! Yang sedang bicara denganmu ini appa mu bukan temanmu.”

“Aku tahu!”

Kini kedua tangan appa mencengkram bahuku. Aku benci ini.

“Jelaskan ini!” katanya seraya melambaikan kertas biru yang dari tadi ia genggam tepat di depan wajahku.

“Menjelaskan apa? Aku kan sudah pernah bilang pada appa kalau aku akan masuk jurusan musik.” *ada ya disana jurusan musik? Adain ajalah*

“Dan appa sudah bilang padamu kalau appa tidak menyetujuinya. Kau ini anakku satu-satunya dan kau harus....”

“... harus meneruskan usaha appa. Aku bosan dengan kalimat itu!”

“JONGHYUN!”

“Aku tidak tertarik dengan perusahaan dan aku juga bosan mengatakan itu terus menerus.”

Appa sungguh merusak mood baikku yang dengan susah payah kubangun. Lebih baik aku pergi. Aku takut perang dunia ketiga akan terjadi.

“Mau ke mana kau? Appa belum selesai bicara.”

“Sudahlah, appa! Aku sedang tidak mau bertengkar.”

Aku melangkah menuju pintu, tapi tiba-tiba appa menarik tanganku.

“Appa akan mengirimmu kembali ke Jepang. Kau harus belajar bisnis.”

“SHIRO! Aku tidak mau kembali ke Jepang. Aku sudah kerasan di sini.”

“HARUS! Kau akan kumasukkan ke universitas asrama terbaik. Dari pada di sini, aku muak melihatmu memasak. Kau ini pria, Jonghyun. Kau tidak cocok di dapur.”

“Hah! Dalil dari mana itu? Di kamus hidupku, apa yang aku suka akan kulakukan.”

“Kau ini keras kepala!”

“Apa bedanya dengan appa?”

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi kananku. Saking kerasnya aku sampai jatuh tersungkur.

“Langsung saja, kau kuliah di Jepang atau kau pergi dari rumah ini?”

Aku bangkit dan menatap tajam appa.

“Kalau itu pilihannya, baik! Aku keluar!”

-

Sebenarnya sudah sejak lama aku ingin keluar dari rumah itu, hanya saja aku tidak mau mengecewakan eomma. Eomma selalu saja menyuruhku untuk bersabar kalau sedang berhadapan dengan appa yang tempramental. Kenyataannya aku tidak kuat.

Aku menepikan mobilku di pinggir jalan, menatap hamparan air yang ada di samping kananku. Danau yang indah.

Tanpa berpikir panjang aku keluar dari mobil dan berjalan menuju danau. Kuhirup udara dalam-dalam. Segar. Setidaknya moodku mulai sedikit membaik.

“Haah.. haaah...” suara napas berat terdengar olehku. Akupun memandang ke sekelilingku, berharap menemukan di mana sumber suara itu. Dan mataku tertuju pada seorang yeoja yang tergeletak tak berdaya.

“Astaga! Nona?!”

***

26 Juni 2010

AISH! Kenapa kepalaku dipenuhi oleh yeoja itu? Apa-apaan aku ini? Masa iya aku... jatuh cinta.... pada pandangan pertama? Ani, ani! Mengenalnya saja tidak. Kau hanya mengkhawatirkan keadaanya, Jonghyun, ya khawatir.

KLEK! Pintu kamarku terbuka, kulihat eomma masuk sambil membawa segelas susu coklat panas. Eomma meletakkan gelas itu di atas meja dan duduk di samping ranjangku.

“Anak eomma yang sedang jatuh cinta, kenapa larut malam begini belum tidur?” tanyanya sambil mengelus rambutku.

“Eomma, siapa yang sedang jatuh cinta?”

“Ya kau, siapa lagi yang ada di kamar ini?”

“Aku? Aku tidak sedang jatuh cinta,” kataku mengelak. Aku tidak sedang jatuh cinta. Aku tidak sedang jatuh cinta. AKU SEDANG JATUH CINTA.

“Jangan membantah begitu. Kau pikir eomma tidak pernah muda?”

Eomma kembali mengelus rambutku. Sudah 7 tahun ini eomma tidak memperlakukanku seperti ini.

“Ayo cepat katakan, siapa yeoja itu?”

“Hmm, kau ingat yeoja yang aku ceritakan kemarin?”

Eomma mengangguk.

“Kenapa? Selalu terbayang-bayang ya?”

“K...kok tau?”

“Aku juga pernah mengalaminya.”

“Jeongmal? Dengan siapa? Eomma belum pernah cerita tentang pacar eomma padaku.”

“Kau mengenalnya kok. Dia satu-satunya pacar eomma dulu.”

“Siapa? Han ahjussi?”

PLETAK!

“Kok aku dijitak?”

“Paboya, dia kan sepupu eomma.”

“Habis siapa dong? Satu-satunya namja yang akrab sama eomma hanya dia. Atau...jangan-jangan...,” aku menelan ludahku sendiri, “Appa?”

Eomma hanya terdiam. Diam berarti iya.

“Eomma... maukah kau cerita padaku bagaimana eomma bisa kenal dengan appa?”

Eomma masih terdiam. Rasanya dia enggan bercerita. Aish, Jonghyun paboya! Kau mengingatkannya kembali.

“Kalau tidak mau ceri....”

“... Eomma bertemu appa-mu saat eomma sedang duduk di bangku SMA kelas 2, saat itu dia sedang kelas 3. Selama belajar di sana, eomma benar-benar tidak mengenal appa mu sama sekali, hanya pernah mendengar namanya yang terus menerus disebut oleh yeoja-yeoja di sekitar eomma. Haha eomma memang keseringan di kelas, bahkan perpustakaan saja eomma tidak tau di mana. Dia itu memang terkenal sangat tampan, sama seperti namja di depan eomma ini,” eomma mencubit hidungku.

“Suatu hari, keluarga eomma dijamu makan malam oleh kerabat dekat kakekmu yang baru kembali dari London, suami istri itu tinggal di sana selama 15 tahun. Mereka mengenalkan anak mereka yang selama ini tinggal dengan kakek neneknya. Eomma terkejut, ternyata anak mereka adalah sunbae eomma, ya dia appa-mu. Dia memang sangat tampan, jauh lebih tampan dari yang eomma bayangkan saat itu. Dan eomma jatuh cinta pada pandangan pertama pada appa mu.

Ternyata hari itu bukan hanya makan malam biasa. Orang tua kami sejak awal memang sudah merencanakan untuk menjodohkan kami. Eomma mana mungkin menolak namja setampan itu?”

“Jadi eomma menikah dengan appa karena appa tampan?”

“Aniyo! Kan eomma sudah bilang tadi, eomma jatuh cinta. Tapi appa mu ternyata...”

“... sudah, sudah. Aku mengantuk sekali. Hoaaam...,” aku sengaja menguap. Eomma tampak sedih, lebih baik dihentikan. Lagi pula aku sudah mengetahui lanjutannya.

Eomma tiba-tiba tersenyum

“Jonghyun-ah, kau memang anak eomma yang paling pengertian.”

Eomma mengecup keningku sekilas. Wanita paruh baya itu bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar dari kamarku.

“Ya, kau, Hyuna. Aku tidak membutuhkan bantuanmu.”

“Yeobo, kau mabuk lagi. Aku buatkan air panas untukmu ya.”

“Kau tidak usah berpura-pura peduli padaku!”

“Kau mabuk berat, sebaiknya kau tidur, yeobo.”

“Kau muak, kan? Selama ini kau hidup denganku yang selalu mengacuhkanmu. Kau muak, kan? Akan kuceraikan kau segera kalau begitu.”

Astaga, lagi-lagi aku mengingatnya. Lebih baik aku tidur

***

28 Juni 2010

Eomma yang tidak tahan melihatku resah memikirkan yeoja itu memaksaku untuk menjenguknya. Yah resiko punya ibu yang bisa membaca gerak-gerik seseorang, sekecil apapun yang kau tutupi eomma bisa tau itu. Seharusnya eomma menjadi psikiater saja bukan chef.

“Ya, kau mau ke mana?” tanya eomma padaku begitu melihat aku memutar-mutar kunci mobil.

“Ke rumah sakit. Kan eomma yang suruh.”

“Dengan tangan kosong? Aish, eomma tidak pernah mengajarkanmu untuk berkunjung dengan tangan kosong.”

“Sebelumnya aku mau beli buah di supermarket, kok.”

“Jangan buah. Bagaimana kalau muffin? Kau sering cerita pada eomma kalau di Jepang kau selalu membuat itu.”

“Masa muffin? Muffin itu kan manis, eomma. Mana cocok untuk orang sakit?”

“Kau meragukan kemampuan chef eomma? Lagi pula kau harus bisa menarik perhatiannya, siapa tau bisa menjadi kesan pertama yang baik.”

Eomma tersenyum, begitu juga aku.

--

Rumah Sakit Jenjju, ya di sinilah aku, dengan sekotak muffin berwarna-warni di tanganku.



Langkahku membawaku ke resepsionis. *di rumah sakit emang ada?*

“Permisi, sus. Pasien yang masuk ruang ICU tanggal 25 lalu di rawat di ruang berapa ya?”

“Namanya siapa?”

PABOYA! Aku tidak tahu namanya.

“Hmm aku juga tidak tau, sis. Dia yeoja berumur sekitar 15-16 tahun.”

“Mianhamnida, kalau tidak ada ciri spesifik, aku tidak bisa membantu.”

“Tapi...”

“...kau?”

Aku menoleh ke arah suara yang sepertinya memanggilku. Dan benar saja, suster yang waktu di ruang ICU.

“Annyeonghaseyo,” salamku sambil membungkuk. Suster itupun membalas.

“Kalau boleh tau ada keperluan apa kau ke sini?”

“Aku...ingin menjenguk yeoja itu.”

“Dia sudah di bawa pulang.”

“Mwo? Apa dia sudah pulih betul...e.. suster Daehyun?” tanyaku. Di saku seragamnya tersemat sebuah pin (?) bertuliskan Lee Daehyun.

“Keadaanya sudah pulih,” katanya sambil tersenyum.

Yah sia-sia aku ke sini. Kenapa aku bisa kecewa begini?

“Syukurlah! Kalau begitu aku pamit. Gamsahamnida!” kataku kembali membungkuk. Aku berbalik dan melangkah menuju tempat aku memarkirkan mobilku.

“Namanya Shin Jihyeon,” kata suster Daehyun begitu pintu otomatis terbuka.

Senyumku merekah.

***

15 Mei 2010

“Saengil chukhae untuk anakku Lee Jonghyun.”

Kulihat eomma begitu aku membuka mata dari tidurku. Sebuah cake dengan 20 lilin (eomma biasa meletakkan banyaknya lilin sesuai dengan umurku) kini tepat di depan wajahku. Aku masih belum bisa melihat dengan jelas. Nyawaku masih belum terkumpul sepenuhnya.

“Cepat tiup lilinnya, kau tidak lihat lilinnya sudah mengecil begitu?”

“Eomma sejak kapan di sini?”

“Itu tidak penting. Cepat tiup! Oh ya, buat permohonan.”

Aku pun menutup mataku. Selesai berdoa, kubuka mataku dan kutiup lilin-lilin itu.

“Eomma ada hadiah untukmu.”

“Dengan tinggal bersama eomma saja sudah menjadi hadiah terindahku, kok.”

Kulihat eomma hanya tersenyum padaku. Kemudian menutup mataku dengan sapu tangan, menuntun jalanku. Dengan hati-hati eomma memasukkanku ke dalam mobil.

“Kita mau ke mana?”

“Nanti kau akan tau.”

Mobilpun melaju. Kurang lebih 15 menit kemudian mobil berhenti. Eomma mengeluarkanku dari dalam mobil dan kembali menuntun jalanku.

Kurasakan ikatan mataku terbuka dan...

“Tadaaaaaa....”

Sebuah toko mungil dengan hiasan-hiasan replika muffin besar berwarna-warni tepat di hadapanku.

“Eomma, jangan bilang... ini... untuk...”

“Ini memang untukmu, nak!”

Omo... Aku tidak sedang bermimpi kan?

“Ini,” kata eomma seraya memberikan sebuah kunci padaku.

***

19 Juni 2010

Hari ini dosenku memberi tugas untuk membuat sepenggal lirik lagu mengenai alam. Apa coba maksudnya? Mana dikumpul besok pula. Aish!

Sebaiknya aku ke danau saja, suasananya sangat mendukung.

-

Suasana di danau sangat sejuk, mungkin karena menjelang musim dingin *emang juni?* Akupun duduk di hamparan rumput hijau di pinggir danau. Berusaha mencari inspirasi untuk lirik laguku.

“Just please know why my heart is beating for you.. Just fix what is inside my shadowed mind”

Kudengar suara seorang yeoja sedang bernyanyi. Tak jauh dari tempatku duduk, terdapat seorang yeoja cantik yang sedang asik dengan ipodnya.

“Shin Jihyeon?” gumamku sangat pelan.

Tiba-tiba dia bangkit dan berjalan menjauh. Dan entah kenapa aku juga bangkit dan malah mengikuti yeoja itu dari kejauhan. Aku penasaran ke mana dia akan pergi.

Dari kejauhan aku mengikutinya. Langkahnya riang, terlihat dari caranya berjalan. Entah kenapa jantungku berdetak dengan cepat. Rasanya jauh berbeda jika berhadapan dengan yeoja-yeoja yang kini statusnya adalah mantanku.

Sekitar 15 menit kemudian dia memasuki sebuah gedung besar putih. Rumah sakit Jenjju? Ada urusan apa dia kemari? Apa dia sakit lagi? Sebaiknya aku ikut mengikutinya ke dalam.

Jihyeon memasuki lift sendirian. Saat pintu lift tertutup, aku segera berlari ke depan lift, berharap tau ke lantai berapa yang dia tuju. Angka 7 tertera. Apa dia ke lantai tujuh? Ah, siapa tau ada yang masuk lift di lantai tujuh. Namun, lift itu langsung turun menuju lantai satu. Tidak salah lagi, dia memang ke lantai 7.

Aku keluar dari lift begitu sampai di lantai 7. Tidak ada satu orangpun di lantai ini. Jangan-jangan ini kamar mayat.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahuku. Spontan aku berbalik dan membuat suster yang dihadapanku ini kaget.

“Mianhae, suster! Aku kira siapa.”

“Gwenchana! Anda siapa? Ada keperluan apa di sini?”

“Aku mencari seseorang! Namanya Shin Jihyeon.”

“Oh, Jihyeon,” katanya, sepertinya dia mengenalnya. “Nuguseyo?”

“A...aku temannya.”

“Jeongmal?” suster itu mengernyit. Sepertinya dia tahu kalau aku bukan temannya.

“Ah, baiklah! Aku orang yang menolong Jihyeon beberapa hari yang lalu. Aku hanya ingin tahu keadaannya.”

“Keadaannya baik-baik saja. Hmm mianhae! Tidak boleh sembarang orang berkeliaran di sini. Tolong tinggalkan lantai ini,” perintah suster ramah.

“Baiklah!”

Ada yang tidak beres. Aku merasa ada yang disembunyikan. Waktu itu suster yang bernama Lee Daehyun bilang kalau Jihyeon sudah pulang. Dan gelagat suster tadi sangat aneh.

AIGOO! TUGASKU!

***

13 April 2011

Sejak saat itu, yeoja bernama Shin Jihyeon itu selalu membuatku penasaran. Hampir setiap hari aku menyempatkan diri pergi ke danau dan syukurlah Tuhan mendengar doaku. Sering aku melihat dirinya di sana dan malah pulang ke rumah sakit. Rasa penasaranku makin menjadi.

Kata temanku yang pernah dirawat di sana, seorang suster pernah bercerita padanya kalau ada seorang yeoja yang tinggal di lantai tujuh di rumah sakit itu. Dia seorang pasien tetap, pasien penyakit jantung. Entahlah, aku yakin sekali kalau dia itu Jihyeon.

Suatu hari appa ku sakit dan dirawat di rumah sakit itu. kebetulan sekali kamar inapnya di lantai tujuh. Awalnya aku menolak menjenguk appa karena akhir pertemuan kami yang tidak menyenangkan, pergi dari rumah dan tinggal bersama eomma. Tapi eomma memaksa, bagaimanapun dia appaku. Eomma tidak mau hubunganku dengan appa renggang.

Oke, kembali ke topik. Dengan dalih menjenguk appa, aku pergi ke rumah sakit. Sebelum ke kamar appa, aku berkeliling menelusuri setiap ruangan yang ada di lantai tujuh. Untungnya saja tidak ada suster yang waktu itu maupun suster Daehyun. Dan tinggal kamar terakhir di ujung lorong yang belum aku lihat, kamar nomor 201. Aku melongok dari balik jendela pintu. Terdapat seorang yeoja cantik sedang tertidur pulas. Shin Jihyeon.

Saat aku datang, appa sedang tertidur. Kebetulan ada seorang suster yang datang. Dengan hati-hati aku bertanya tentang pasien kamar 201. Dan tanpa curiga suster itu menceritakannya. Ternyata sama seperti yang dikatakan temanku waktu itu.

Kini, hampir satu jam aku duduk gelisah di depan ruang ICU. Duduk, berjalan mondar-mandir, duduk, berjalan mondar-mandir, hanya itu yang bisa aku lakukan. Berharap seseorang dari dalam keluar dan memberitahuku bagaimana keadaannya.

“Kau?”

Kudengar suara seorang yeoja.

“Suster Daehyun? Bagaimana keadaannya?”

“Jihyeon sudah tidak apa-apa. Kau lagi ternyata!”

-TBC-


7 comments:

  1. Kasian Jihyeon harus menderita penyakit seperti itu. :')

    Seperti biasa ff nya bikin tambah penasaran.

    Ditunggu kelanjutannya :)

    ReplyDelete
  2. eonn, aku suka pas adegan jonghyun brantem ama appa nya deh, hhaha.
    jongie aku mendukungmu, tampol, gampar, tendang, gantung, trus buang aja appa mu. *digampar author*

    wah aku kira jiheyon itu hantu, smpet merinding. hhihi, di tunggu eonn klanjutannya.^^

    ReplyDelete
  3. @ririe:kkkk gomawo ya udah baca :)

    @dian (manggil seenaknya, gpp kan?): haha jihyeon bukan mayat kok, enaknya nanti dia jd mayat apa enggak ya?

    ReplyDelete
  4. denda onn manggil seenaknya, hehehe. iya gpp eonn, selow. hhoho

    kalo nanti dia jd mayat, jonghyun kasian dong?? hhihi

    ReplyDelete
  5. eonni lagi2 bikin penasaran >.<
    udah lama berarti Jonghyun tau Jihyeon, ya ampun penuh flashback deh tapi kereeen (y)

    appa umma nya Jihyeon mana deh -_-
    jadi ujungnya gimana? Jihyeon nya tewas? /pletakpletak

    lanjut eon u,u

    ReplyDelete
  6. author pin nama di dada = name tag
    baca ini FF mesti penuuh konsentrasi krn banyak flash back tp menarik bgt

    huaaaaaaaa gambar muffinnya bikin mau jilatin layar lappy /jijaaii onii heheheh :P

    ReplyDelete
  7. pertama baca ff nya kau fokus bgt, eehhhhh pas ada gambar muffin langsung mupeng onn...
    itu akhirnya gimana ya??? penasaran..lanjut onn :)

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'