Saturday, April 16, 2011

Valuable Person [chapter 4]

Author: Kang Eunjin (@icicicaaa)


Rating: G
 

Length: Chaptered


Genre: Friendship, family, Romance, Angst (?) --a

Cast:
  • Jung Yongeun
  • Lee Jungshin CNBLUE
  • Jung Yonghwa CNBLUE
  • Lee Jonghyun CNBLUE
  • Seo Joohyun SNSD

    Other Cast: 
    • Kim Eunhee (fiktif)
    • Heo Chanmi CO-ED
    • Kang Eunjin
    • Kang Minhyuk CNBLUE
    • Jungshin’s appa
    • Jungshin’s umma
    • Lee Hongki FT ISLAND


      Note: FF ini tercipta karna author pengen banget punya abang kandung == apalagi kalau abangnya perhatian+cakep /plak. Mungkin bakal banyak chap karna author pengen juga buat ff penuh rahasia eaea tapi kayaknya gagal wk.

      Mungkin pada bosen karna kelamaan, mian *bow*

      Disclaimer: para artis milik yang maha kuasa, ceritanya punyaku, I don’t make money from this B)




       - Jung Yonghwa’s POV –


      “MWO? Aku tidak salah lihat kan? Sudah lama tidak bertemu denganmu ya, teman lamaku, Jung Yonghwa” aku menoleh kearah suara. Argh, namja sialan itu.


      “Waw, benar-benar hebat. Appa, tumben kau pulang? Duduk rapi di meja makan pula. Biasanya adu mulut dengan eomma di ruang tamu hahaha. Eh, rasanya aku pernah melihatmu? Yaaa, kau pacarnya Jungshin itukah? Kau bahkan lebih cantik daripada yang di foto” ujarnya sambil menyolek dagu Yongeun. Yongeun menyingkir sedikit terlihat risih. Ingin aku pukul wajah brandalnya itu. (author: ganteng gitu kok dibilang brandal *ditampol*)


      “Jonghyun, prilakumu itu kurang sopan” tegur bos pelan. “Maafkan dia Yong. Kenalkan ini anakku Jonghyun, anak pertamaku. Hmm, apa kalian sudah saling kenal sebelumnya?”


      “Tentu saja, dia temanku waktu SMP. Cih, kau memang tidak tahu apa-apa tentangku. Setahuku yang namanya orangtua itu tahu siapa saja yang berteman dengan anaknya!” Jonghyun melongos dan pergi ke kamarnya.


      “Yong, maafkan kelakuannya ya. Kalian sudah saling kenal ternyata” kata bos tersenyum pahit. Yah, mungkin dia malu. Ckck, kasihan sekali.


      “Annyeong, mian lama menunggu, ada masalah dikamar tadi. Annyeong Yonghwa hyung” sapa Jungshin yang baru tiba sambil menunduk. Anak ini kelihatannya sopan, tapi cis aku rasa kalau appa dan hyungnya punya sifat yang tidak baik, pasti ia juga begit busuknya.


      Aku hanya tersenyum tipis. Kulihat Yongeun menunduk melihat kuku-kukunya. Padahal aku tahu sekali pasti ia tidak ingin menatap Jungshin.


      - Lee Jonghyun’s POV –


      “Hahahaha, Jungshin, cerita kalian berdua lucu sekali. Kau dan Yongeun memang pasangan yang serasi”


      “Sama sekali tidak serasi appa, dia bahkan sering sekali menoyorku”


      “Jinja? Wah, maafkan Yongeun kalau begitu, kadang sikapnya liar sekali. Aku sebagai oppa-nya benar-benar minta maaf”


      “Yong, tak perlu terlalu formal begitu. Justru bagus kan daripada mereka seperti pasangan-pasangan aneh lainnya. Mereka berbeda Yong!”


      Tawa appa dan cerocosnya Jungshin mungkin terdengar diseluruh ruangan. Padahal Yonghwa dan adiknya tidak terlalu banyak merespon obrolan konyol mereka. Ah, namja itu sudah berbeda sekali sekarang. Aih ingin sekali aku meminta maaf padanya soal kejadian di SMP dulu. Dari sosok matanya, ia menatapku dengan penuh kebencian. Oh, sepertinya aku harus menunggu waktu lagi untuk bicara baik-baik padanya.


      Appa terdengar bercanda dengan mereka. Ya! bagaimana bisa appa begitu dekat dengan Jungshin? Bagaimana bisa appa tertawa selepas itu dirumah ini? Bahkan terakhir aku mendengar dia tertawa seperti itu mungkin sekitar lima tahun yang lalu. Sebelum akhirnya eomma melihatnya sedang mabuk, eomma menuduhnya yang bukan-bukan, hingga itu menyebabkan pertengkaran yang tak ada hentinya.



      Jujur, aku merasa sedikit senang mendengarnya. Ya, aku merindukan appa yang seperti itu, appa yang ceria dan bisa membuat suasana rumah menjadi hangat. Apa dia sudah berubah? Aku harap begitu, aku juga ingin berada diposisi Jungshin yang akhirnya kembali mendapatkan perhatian dan kasih sayang appa. Aku sangat ingin, tapi aku sudah terlanjur menjadi seperti ini. Aku malu jika harus datang dan meminta maaf padanya. Karna kadang ketika melihatnya terlintas dikepalaku pertengkaran mereka yang sudah membuatku sangat muak. Apa aku bisa berubah jika ia menjadi appaku yang dulu. Ntahlah, rasanya sulit, apalagi bagiku yang sudah terlanjur jadi brandal dan sudah memiliki ikatan dengan orang-orang itu.


      Dret dret..


      Aku tersentak melihat getar handphoneku yang menandakan ada pesan masuk. Argh, dari Jonghun.


      Hei Jonghyun, bagaimana pestamu? Kau gunakan untuk apa uangmu huh?


      Aku membalasnya pesannya malas. Aku memang berbohong padanya soal pesta. Aku hanya tidak ingin dianggap anak manja olehnya karna pulang kerumah. Uang haram itu bahkan belum aku sentuh.


      Uangku sudah habis. Aku terlalu bernapsu menghabiskan berbotol-botol minuman, yeojadeul cantik itu memaksaku menghabiskan semuanya. Kau tahu sendirikan susahnya menolak permintaan mereka.


      Dret dret.. (masih bingung, getar hp bunyinya gini kan ==a)


      HAHAHA, ya aku tahu itu. Sayang sekali padahal aku ingin meminjam uangmu. Barangku hampir habis T-T kalau begitu, besok kita beroprasi lagi oke? Yang lain juga sudah setuju. Anggota kita memang pintar sekali menghabiskan uang, padahal baru beberapa jam. Oke, sampai jumpa besok~


      Sial, lagi-lagi aku harus meninggalkan rumah ini dan akan menginap ntah kemana. Kemarin aku tidak pulang selama seminggu. Ingin sekali rasanya tetap tinggal dikamarku ini dan paginya pergi kuliah atau bekerja. Sayangnya aku sudah terikat kontrak. Aku bisa mati kalau melanggarnya.


      -Flashback, 4 years ago-


      Motor yang kukendarai ini mungkin sudah mencapai kecepatan maksimum. Aku tidak peduli, aku hanya ingin mengeluarkan emosiku saat ini. Dari segi umur sebenarnya aku belum pantas mengendarai motor dijalanan. Aku hanya anak kelas satu SMA. Anak ingusan yang liar tentu saja. Kedua orang dirumah itu cuma bisa memubuatku muak. Cih, bahkan mungkin mereka tidak perduli kalau anaknya sedang kebut-kebutan sekarang.


      Bruuum bruum


      Terdengar dibelakangku suara motor yang sepertinya jumlahnya cukup banyak. Aku melihat melalui kaca spion, ternyata benar dugaanku. Argh sial, apa aku yang jadi target mereka sekarang? Kelompok motor yang kerjanya mengambil uang orang dan kadang menyiksa tak berperasaan. Dari kecil aku memang sudah diceritakan tentang mereka, kelompok yang muncul malam hari –kira-kira jam sepuluh keatas- dikawasan ini. Aish, saking emosinya bahkan aku tidak sadar sudah mengendarai motorku ketempat berbahaya ini. Aku mencoba lebih cepat, tapi gagal. Suara motor itu makin terdengar jelas.


      “Hahaha korban baru” teriak salah seorang dari mereka. Mereka sudah berada di kanan dan belakangku. Saat mencoba menghindar, kaki seseorang mendorongku hingga aku dan motorku terjatuh ketanah, badan mereka yang besar-besar memang cukup kuat mendorong tubuh anak SMA ini. Untungnya aku hanya tersungkur, kalau saja motor ini menimpaku mungkin kakiku akan patah. Kini tanganku lecet disana-sini. Mereka berhenti dan mengelilingiku, ada kira-kira sepuluh orang lebih, mana sempat aku menghitung jumlah mereka dalam kondisi sekarang.


      “Ya! Anak kecil sepertimu tidak baik tahu kebut-kebutan dijalan pada jam malam seperti ini, sudah merasa jago huh?” tanya seorang yang berbadan paling besar diantara yang lainnya. Tidak hanya besar, tapi juga kekar. Mungkin dia sudah berumur lebih dari dua puluh lima tahun.


      Aku mencoba berdiri dengan susah payah, “aku ingin pulang, minggir kalian!”


      “Waw, anak kecil yang sangat berani. Ternyata kau benar-benar sudah merasa hebat ya, tidak kenal kami kah?” ucap seseorang yang lainnya sambil mencengkram kerah bajuku dan mendorongku kuat hingga terduduk kembali diatas tanah. Rasanya sakit sekali.


      “Kemarikan uangmu dan kau boleh pulang untuk minum susu lalu tidur. Dan tolong jangan merasa sok kuat begitu, aku sedikit jijik melihatnya” kata pemuda berbadan besar dan kekar tadi. Ia membuka telapak tengan kanannya dan menggerak-gerakkan jarinya bersamaan tanda meminta uang.


      “A a aku tidak punya uang sepeserpun” tuturku sedikit gugup. Siapa yang tak gugup kalau berhadapan dengan brandalan-brandalan yang besarnya seperti paman atau ayahmu sendiri.


      “Bos, dia tidak punya uang” namja lainnya –yang kira-kira berumur 18 tahun- berkata sambil tersenyum licik, “apa langsung saja?” lanjutnya, ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Astaga, pisau lipat!


      “Hmm” orang yang berbadan kekar tadi, yang dipanggil ‘Bos’ itu berjongkok dan menepuk-nepuk lenganku. Hah, mau apa dia? Ya Tuhan, apa sebentar lagi aku akan mati?


      “Haha otot yang cukup kuat. Hai Boy, dari matamu kau punya banyak masalah berat ya? Sesuatu yang sering membuatmu muak? Siapa namamu?” tanyanya membuatku semakin gugup, takut jika ia tiba-tiba akan menusuk perutku seperti yang dia lakukan terhadap korban sebelumnya, setidaknya itu yang aku lihat di koran. Mereka benar-benar hebat sampai membuat polisi kewalahan.


      “Lee Jonghyun, tuan”


      “Semuanya, kenalkan dongsaeng baru kalian, Lee Jonghyun.” Ucapnya tiba-tiba sambil tersenyum kearah namjadeul yang lain. Apa maksudnya ini?


      *.*.*


      Aku diantar mereka kesebuah ruangan yang sangat jauh dari keramaian. Aku tidak tahu persis karna kata mereka ini sudah melewati batas kota. Pria yang menyatakan dirinya sebagai bos tadi sudah pergi tanpa mengucapkan apa-apa lagi setelah ia berkata aku adalah dongsaeng baru orang-orang ini. Benar-benar aneh. Bahkan sekarang namja yang berumur 18 tahun tadi mengobati luka-lukaku.


      “Sebenarnya aku mau kalian apakan?” tanyaku, namja itu lalu tersenyum tipis.


      "Hah, kenapa bos selalu menyuruhku menangani anak baru seumuranmu terus sih? Kemarin Jonghun, sekarang kau” keluhnya sambil melipat kedua tangannya di dada.


      “Yah, selamat datang di dunia barumu, Lee Jonghyun, eh itu namamu kan?” aku mengangguk.


      “Sepertinya kau masih belum mengerti. Kau sudah tahu tentang kami kan? Mulai sekarang kau adalah bagian dari kami, kelompok motor bejat rangkap perampok, dan sekali-kali juga bisa jadi pembunuh berdarah dingin”


      “Apa maksudmu? Aku tidak  mengatakan kan kalau aku mau bergabung dengan kalian? Aku mau pulang!” bentakku kearahnya, ia lalu menggeleng dan…


      Plak


      Ia menamparku. Sakit sekali. Padahal tidak terlalu kencang ia melakukannya. Apa begitu tangan orang yang suka menyiksa?


      “Seharusnya kau bersyukur babo! Biasanya orang yang tidak membawa uang sepertimu akan berakhir dengan kondisi cacat! Apalagi kau melawan, mungkin sudah melayang nyawamu. Kau itu beruntung! Tadi bos bilang hidupmu memuakkan bukan? Disinilah kau bisa melepaskan segalanya, hanya orang-orang seperti kami yang mengerti hidupmu boy. Orang-orang diluar sana cuma tahu kau pembuat masalah, tapi kami tidak, kami akan selalu menghargaimu. Terlebih kalau kau berhasil mendapatkan uang, kita akan bersenang-senang. Kita akan bahagia bersama-sama di jalan kita ini.” namja itu sekarang menceramahiku. Aku menunduk, diam-diam aku memikirkan kata-katanya. Dia ada benarnya juga. Sudah lama aku ingin berontak, melihat kedua orangtua yang bisanya cuma membuat keributan dirumah.


      “Aku setuju masuk ke kelompok kalian”


      “Hahaha, baboya! Tidak ada yang butuh persetujuanmu lagi Lee Jonghyun. Kalau bos sudah bilang kau anggota baru, maka itulah kau sekarang. Berdirilah, aku akan mengantarmu pulang. Tapi ingat, kalau kau adalah dongsaeng yang baik jangan beritahu siapa-siapa tentang semua ini” aku mengangguk lagi dan dia menepuk-nepuk bahuku, “Oh iya, namaku yoojung, panggil saja aku hyung. Kita sudah jadi saudara sekarang” tambahnya lagi, adrenalinku bertambah saat ini. Sepertinya hari-hari yang aku lalui setelah ini akan menyenangkan dan penuh tantangan.


      - Flashback end-


      Aku kembali teringat saat-saat aku menganggap masuk kelompok itu menyenangkan. Awalnya memang aku sangat menikmatinya, mengambil uang orang sesuka hati. Saat itu hyungku lah yang banyak beraksi, aku hanya membantu sebisaku. Aku sudah mengatakan kepada mereka kalau aku tidak mau terlalu banyak menyiksa sang korban, haha ternyata aku yang labil waktu itu masih punya perasaan juga.


      Namun setelah aku mengerti tentang kedewasaan, pelan-pelan ini membuatku bosan. Aku sudah merasa orang yang paling bodoh karna mau mengikuti jejak mereka. Tapi aku tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja, mereka semua sudah seperti keluargaku sendiri. Keluarga yang bahkan lebih perhatian dibanding keluarga kandungku. Selain itu, seperti yang kubilang tadi, hati kecilku masih ingin terus memberontak, ntah kenapa sangat menyenangkan menikmati hidup dengan cara seperti ini. Tapi yang terpenting, mungkin saja kan aku akan dibunuh jika keluar dari kelompok itu. Bos sudah meninggal, tapi masih banyak senior kami yang lainnya mengawasi kami, mereka sangat banyak sampai kadang aku tidak mengenal mereka, markasnya bahkan tersebar disudut-sudut kota, tersembunyi, dan tidak semua anggota boleh tahu, termasuk aku.


      Kalau orang-orang melihat ini, mereka akan bingung melihat pikiranku, disisi lain ingin berubah, disisi lain ingin terus memberontak, sisi yang lainnya penuh ketakutan, dan beragam sisi lainnya. Hah, jangankan mereka, aku saja tidak mengerti dengan pikiranku sendiri. Rasanya seperti seorang Jonghyun yang tidak mengenal diri
      seorang Jonghyun. Arggggh…


      Lebih baik aku tidur sekarang.


      - Jung Yongeun’s POV –


      “Yongeun, kau memang adikku yang pengertian,” kata oppa tiba-tiba saat kami sedang duduk menonton televisi setelah lelah pulang dari rumah Jungshin. Hah, tentu saja lelah, aku hanya diam, menunduk, mengangguk, tersenyum paksa layaknya orang bodoh yang bingung mau melakukan apa. Sulit memang melupakan Jungshin, tapi dendam yang dirasakan oppa perlahan menjalar ketubuhku. Aku jadi muak melihat appa nya. Aku memang orang yang gampang dipengaruhi.


      “Hah?” tanyaku pada oppa tidak mengerti.


      “Kau sudah melupakan Jungshin ternyata, aku senang sekali melihatnya” ucap oppa sambil tersenyum bangga.


      Melupakannya? Memangnya oppa pikir mudah ya begitu saja melupakan orang yang berharga bagiku?


      Aku masih mencintai Jungshin, oppa. Sangat. (T-T)


      “Hmm, ya begitulah” jawabku santai. Aku berbohong.


      “Masih ingin tahu rahasia masa laluku?” tanya oppa sambil melihatku dengan membesarkan matanya.


      “Kenapa tiba-tiba..”


      “Yah, aku pikir kenapa aku harus menyimpan sendiri rahasiaku sedangkan aku punya dongsaeng manis yang bisa kujadikan tempat berbagi, lagipula kau bisa mengerti aku tapi kenapa aku tidak bisa mempercayaimu? Aku memang oppa yang buruk” ucap oppa terlihat sangat kecewa akan dirinya sendiri.


      “Ne, oppa benar, oppa memang oppa yang buruk.”


      “Eh?” oppa tampak terkejut, haha mukanya lucu sekali, “aku kira kau akan menyanggahnya,” tambah oppa sambil mengerucutkan bibirnya, ya ampun siapapun yeoja yang melihatnya akan berpikir dia imut sekali.


      “Oppa adalah oppa yang buruk karna oppa berpikir bahwa oppa adalah oppa yang buruk!” kataku sambil tersenyum. Oppa menggaruk kepalanya.


      “Aku tidak mengerti”


      “Aish, intinya kau itu oppa terbaik yang pernah ada, jangan berfikir bahwa kau itu oppa yang buruk, arraseo?”


      “Hahaha, ara. Jadi, mulai darimana ceritaku huh?”


      “Dari semuanya, bagimana kau bisa kenal Seohyun dan apa hubungan kalian dengan Jonghyun oppa, kenapa bisa kau membenci mereka, lalu apa yang sebenarnya terjadi dengan Hongki oppa, dan…mmppphhh” perkatanku terputus karna oppa membekap mulutku dengan tangannya.


      “Kau ini! Tadi merasa sok tidak penasaran, sekarang tampak antusias sekali” ucap oppa sambil menggeleng-
      gelengkan kepalanya. Aku hanya nyengir dan membentuk v-sign pada jari-jariku.


      Oppaku yang lama sudah kembali. Oppa yang begitu perhatian. Yah, setidaknya satu orang berhargaku membuatku senang lagi. Tapi disaat ini juga aku kehilangan orang berhargaku yang lainnya, Jungshin-ah mianhae..


      Ah, ada pesan masuk. Dari Jungshin..




      Yeobo, kenapa kau diam saja ketika makan malam tadi? Sebenarnya ada apa denganmu? Aku dan appa tertawa tapi kau hanya tersenyum tipis. Ah, aku akan meneleponmu oke?


      Aku melihat pesan itu sebentar. Lalu kumatikan handphone ku, sekali lagi mianhae Jungshin.



      Yah, itu memang sedang mengusik pikiranku, tapi lebih baik kudengar cerita oppa dulu.


      --- TBC ---



      Huwaa tambah lama tambah aneh yak ==a mian lama banget :( kemaren kan uts, jadi gak bisa mikir ff dulu*alesan.

      Okeh, segini dulu .__. Comment ya comment, your comment can make me high xD (?)

      2 comments:

      1. ya ampun jonghyun... semoga kebenaran cepat terungkap.
        yongeun jadi jauhin jungshin gitu.

        cepetaaan, penasaran yonghwa mau cerita apaan

        ReplyDelete
      2. karakter bad boy jonghyun ternyata krn terpaksa ya
        jungshin ? .. tabah ya kalo yonggeun menjauhimu (deket sini ma noona #plak di protes boice)

        jangan lama2 part selanjutnya kan uts dah kelar ... :)

        ReplyDelete

      Cara komen (bagi yang kurang jelas):

      1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

      2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

      3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

      4. Klik 'Poskan komentar'