Monday, April 11, 2011

Listen (Part 3-END)

Judul: Listen (Part 3-END)

Author: Lee Dae Hyun (@amaryaririe)

Rating: Teenager

Genre: Romance and Friendship

Pemeran:

- Kim Brenda (reader)

- Lee Jong Hyun (CNBLUE)

Pemeran Pembantu:

- Kang Min Hyuk (CNBLUE)

- Lee Jung Shin (CNBLUE)

- Jung Yong Hwa (CN BLUE)

- Kim Brandon (fiktif)

- Jang Hae Ra (fiktif)

- Kwon Yoo Ri (fiktif)

Note: Part 1 Part 2


Listen
I am alone at a crossroads
I'm not at home in my own home
And I've tried and tried
To say what’s on my mind
You should have known
Now I'm done believing you
You don't know what I'm feeling
I'm more than what
You've made of me
I followed the voice, you gave to me
But now I've gotta find my own

“Hyung, darimana saja kau? Apa yang terjadi? Aku dengar dari anak-anak, tadi kau menarik Brenda entah kemana. Terus sekarang Brenda mana?” tanya Jungshin cemas saat Jonghyun memasuki kelas.

Jonghyun malah diam saja lalu duduk di bangkunya. Jungshin dan Minhyuk saling bertatapan.

“Jungshin, sepertinya aku harus mencari Brenda,” kata Minhyuk. Namun, saat Minhyuk berdiri dari kursinya dan hendak berjalan ke luar kelas, Brenda datang dan langsung duduk di bangkunya.

“Brenda, kau ini kenapa?” tanya Minhyuk sambil berjalan menghampiri Brenda.

“Ah, gwaenchana,” jawab Brenda sambil menggelengkan kepala.

Jungshin ikut menghampiri Brenda dan berdiri tepat di depan meja Brenda.

“Ya, bagaimana bisa bilang tidak apa-apa? Matamu kelihatan habis nangis begitu,” kata Jungshin.

Jonghyun yang mendengar perkataan Jungshin langsung menoleh ke kanan dan mengintip dari sela-sela tubuh Minhyuk dan Jungshin yang sedang mengelilingi meja Brenda. Yang terlihat adalah Brenda meletakkan kepalanya di atas meja dan menutupi bagian kepalanya dengan tangannya. Minhyuk dan Jungshin bingung harus melakukan apa dan hanya menatap Jonghyun dengan tajam. Jonghyun masih kesal pada Brenda sehingga ia tidak peduli dengan hal itu.

Listen to the sound from deep within
It’s only beginning to find release

**

“Hyung, hyung. Tunggu aku,” kejar Minhyuk saat sepulang sekolah.

“Apa lagi? Mau menyalahkanku lagi soal kejadian tadi? Heh?” sahut Jonghyun ketus.

“Tanpa harus aku menyalahkanmu soal kejadian tadi, itu juga sudah menjadi salahmu. Brenda menangis setelah kau memarahi dia, masih mau mengelak?” Minhyuk mulai marah.

“Kenapa? Tidak tega melihat gadis pujaanmu menangis?”

Perkataan Jonghyun sungguh membuat Minhyuk kesal. Wajah Minhyuk memerah karena marah. Lalu, tanpa disadari Minhyuk sudah menarik kerah seragam Jonghyun dan memukul wajah Jonghyun.

“Kuperingkatkan sekali lagi ya,” Minhyuk masih memegang kerah Jonghyun. “Tidak usah kau bahas lagi masa lalu saat kita masih SMP. Bukankah aku sudah bilang ternyata aku menyukai dia hanya sebagai sahabat? Oh, apa kau cemburu?”

Sekarang malah gantian Jonghyun yang meninju wajah Minhyuk. Brenda sedang berjalan hendak pulang ke rumah dan berpapasan dengan mereka berdua yang sedang bertengkar di jalan yang saat itu sedang sepi, langsung berhenti dan melerai.

“Berhenti! Cukup!”

Jonghyun langsung melepaskan kedua tangannya yang menggenggam erat kedua kerah baju seragam Minhyuk. Ternyata saat yang bersamaan, Yonghwa, Jungshin dan kakak lelaki Brenda, Brandon, muncul.

Brandon berlari ke arah dongsengnya yang sedang mendekati kedua namja yang sedang berkelahi itu.

“Sudah, Brenda. Ayo pulang dengan Oppa. Tidak usah ikut-ikutan,” kata Brandon.

“Sebentar, Oppa. Aku ingin bicara.”

Brenda menatap Jonghyun tajam.

“Oppa, jadi begini ya kau sekarang. Aku merasa ada yang aneh denganmu. Belum lupa kejadian yang tadi kan? Sekarang kau malah bertengkar lagi dengan sahabatmu yang lain.”

“Brenda, dengarkan dulu…” Jonghyun bermaksud membela diri.

“Dengarkan? Dengarkan apa? Haruskah aku mendengarkanmu? Saat aku memintamu untuk mendengarkanku tadi pagi, kau bilang apa? Kau bilang tidak mau dengar kan? Kau tidak mau mendengar alasan apapun dariku. Apa sekarang aku harus mendengarkanmu? Sekarang aku pun tidak mau mendengarkan apapun darimu. Meskipun kau sahabat lamaku, tapi tidak menjamin semua akan sama seperti dulu. Aku rasa kau berubah, Oppa. Aku sudah capek meladenimu akhir-akhir ini. Aku juga sudah capek selalu dianggap sebagai gadis kecil olehmu, yang ingin kau jaga tapi bahkan sekarang kau tidak mengerti apa yang aku rasakan.” Setelah mengeluarkan semua yang ingin dikatakannya, Brenda menarik lengan Minhyuk dan mengajaknya pulang. Yonghwa, Jungshin, dan Brandon pun mengikuti mereka.

“Hyung!” panggil Jonghyun.

Yonghwa menoleh ke belakang.

“Untuk kali ini, kau benar-benar keterlaluan. Aku bingung kau dikasih makan apa sama si Haera itu,” jawab Yonghwa lalu pergi begitu saja.

There was someone here inside
Someone I thought had died
So long ago

**

“Ah, udah capek aku harus meladeni si Jonghyun itu. Memanfaatkan dia untuk menghalangi Brenda tetap saja tidak menghasilkan apa-apa. Yang ada makin bersinar aja tuh yeoja,” kata Haera pada Yoori.

“Terus apa rencanamu selanjutnya?” tanya Yoori.

Belum sempat Haera menjawab, tiba-tiba Jonghyun muncul dan menghampiri mereka.

“Oh, jadi selama ini sunbaenim punya rencana untuk Brenda dengan memanfaaatkan aku?” Ternyata Jonghyun mendengar percakapan mereka.

“Kalo iya, kenapa? Kau kecewa? Apa jangan-jangan kau berharap bisa menjadi pacarku?” tanya Haera.

“Oh, mianhae sunbaenim. Aku tidak merasakan perasaan apapun pada sunbaenim apalagi untuk menjadi pacar sunbae. Aku hanya ingin berteman. Oh ya, dan jangan berpikir kau bisa menghancurkan Brenda. Ingat itu,” jawab Jonghyun.

“Hei kau babo! Jangan mencoba menjadi pahlawannya Brenda dengan mengancamku. Bukankah kau malah lebih mempercayai aku daripada sahabatmu? Jadi jangan mencoba jadi pahlawan. Tepatnya kau pahlawan kesiangan. Semuanya sudah terlambat. Mau saja kau dibodoh-bodohi olehku,” kata Haera sambil tersenyum puas.

Jonghyun tidak bisa membantah apapun. Meskipun ini semua rencana Haera, tapi akhirnya dia tahu kalau dia juga menyeret Brenda dalam posisi yang sulit dengan tidak mempercayai sahabatnya sendiri. Jonghyun yang menyerah dengan perkataan Haera tadi, langsung pergi dan masuk ke kelas.

Ternyata Brenda sudah datang. Sementara itu, Jungshin dan Minhyuk tampaknya belum datang pagi itu. Jonghyun berjalan ke bangkunya dan meletakkan tas ranselnya lalu berdiri di depan meja Brenda. Sulit bagi Jonghyun untuk mengatakan sesuatu pada Brenda sehingga ia hanya diam. Brenda menatap aneh ke arah Jonghyun yang tidak berkata sepatah kata pun meski sudah berdiri di depannya. Brenda pun beranjak dari bangkunya.

“Brenda, tunggu. Aku mau..”

Brenda tetap melangkah ke luar kelas.

**

Sepulang sekolah, Brenda cepat-cepat ke luar kelas. Jonghyun yang masih ingin bicara pada Brenda mencoba mencari Brenda tapi tidak menemukannya.

“Ah, cepat sekali anak itu hilang,” kata Jonghyun kesal dalam hatinya.

Jonghyun mengendarai motornya ke satu tempat yang mungkin menjadi tempat di mana Brenda berada saat itu. Ia berlari ke lapangan baseball tapi tampaknya hari itu Brenda tidak ada latihan karena lapangan itu begitu kosong.

“Dia sedang sedih, apa mungkin dia ke sana ya?” Jonghyun segera menaiki motornya dan memacunya dengan kencang ke suatu tempat.

Benar, Brenda ada di sana. Jonghyun memperhatikannya diam-diam agar tidak terlihat Brenda.

“Appa, ini aku datang,” kata Brenda sambil meletakkan karangan bunga di atas makam appanya. Brenda lalu berlutut di samping makam ayahnya, menatap sedih pada makam ayahnya.

Sesaat kemudian, Brenda terisak. Jonghyun yang melihatnya tidak tega. Ingin sekali ia menghampiri Brenda dan memeluknya. Tapi setelah apa yang dia lakukan pada Brenda, ia tidak terlalu berani untuk melakukannya. Jadi ia hanya mengawasi Brenda.

“Appa,” panggil Brenda. “Sebelum appa pergi, appa selalu berpesan kepadaku untuk berusaha keras mencapai mimpiku. Appa juga selalu bilang, dalam mencapai mimpi, aku tidak bisa melakukannya sendiri. Aku tidak bisa fokus terhadap mimpiku saja tanpa mempedulikan orang lain di sekitarku karena aku pasti membutuhkan dukungan mereka. Tapi bagaimana jika orang yang kuharap dapat mendukungku lebih daripada yang lain malah mengecewakan? Aku berusaha menjauhinya hanya karena aku tidak ingin mimpiku terhalang oleh kesedihanku karenanya. Bahkan ia tidak lagi mempercayaiku bahkan tidak mau mendengarku. Kau tahu siapa kan appa?”

“Brenda! Aku cari kau ke mana-mana ternyata kau di sini,” teriak Brandon lalu berlari menghampiri adiknya.

“Sudahlah! Jangan sedih. Oppa tau apa yang membuatmu ke sini. Oppa tau apa yang membuatmu sedih hari-hari ini. Jadi sekarang ayo pulang dengan Oppa. Pasti appa juga tidak mau melihatmu sedih seperti ini. Semua akan baik-baik saja,” kata Brandon dengan nada sedih sambil memeluknya dongsengnya. Sejak appa mereka meninggal, Brandon selalu merasa bertanggung jawab atas dongsengnya meski di saat mereka mendapatkan appa yang baru.

Brandon yang tahu adiknya sedih karena Jonghyun, berkata dalam hatinya bahwa ia tidak ingin menyalahkan Jonghyun atas semua yang terjadi. Tak ada gunanya, toh Brenda tetap mencintai Jonghyun. Meskipun Brandon tahu Jonghyun salah. Tapi ia berusaha memaklumi.

Jonghyun memperhatikan Brenda dan Brandon yang berjalan meninggalkan makam ayah mereka. Jonghyun diam-diam menghampiri makam appa Brenda. Brandon yang menoleh ke belakang melihat Jonghyun ada di samping makam ayahnya. Ia membiarkannya dan membawa Brenda pulang.

“Ahjussi, mianhae. Mianhae sudah membuat gadis kesayanganmu sedih. Dulu, aku sudah berjanji pada ahjussi akan menjaganya tapi aku malah membuatnya sedih dan kecewa. Mianhae ahjussi, beri aku kesempatan untuk membahagiakan anakmu ya,” kata Jonghyun.

Jonghyun pulang dan menemukan Yonghwa berada di kamarnya.

“Hyung, kukira kau tidak jadi menginap,” kata Jonghyun.

“Aku kan sudah janji, masa tidak kutepati,” jawab Yonghwa.

Jonghyun menceritakan pada Yonghwa soal kejadian tadi dan perasaan bersalahnya yang ia rasakan pada Brenda.

“Hyung, tidak lama ini aku jatuh cinta padanya. Tapi aku merasa kecewa karena ia sepertinya tidak peduli denganku dan hanya kepada baseball-nya saja. Sekarang aku baru tau alasannya kenapa ia menjauhiku. Aku tau dia ada di posisi yang sulit. Jika aku sadar sejak kemarin-kemarin, pasti aku akan mengerti.”

“Ya, sudah. Setidaknya kau sudah tau apa yang sesungguhnya terjadi. Kau harus lebih mempercayai sahabat yang sudah lama bersamamu dibanding dengan orang yang baru kaukenal. Kuharap selanjutnya kau lebih dewasa lagi,” jawab Yonghwa. “Good luck, ya,” lanjutnya.

**

“Jonghyun, Brenda. Tolong ambil beberapa buku di perpustakaan. Ini daftar bukunya,” kata sonsengnim saat memasuki kelas.

“Ini kesempatan bagus. Mungkin aku bisa bicara dengannya,” pikir Jonghyun.

Tapi sesampainya di perpustakaan Brenda langsung mengatakan pada Jonghyun buku yang akan ia cari. Dengan begitu, ia bisa menghindar dari Jonghyun.

Jonghyun tidak bisa berkata apa-apa melainkan hanya mengangguk.

“Aduh, Brenda ke mana sih? Jangan bilang ia lari atau bersembunyi,” kata Jonghyun dalam hatinya.

Tiba-tiba, BRUKKKK!!

Jonghyun langsung berlari ke arah sumber suara itu. Ternyata Brenda jatuh pingsan dan buku-buku yang diambilnya pun berjatuhan.

“Brenda. Brenda, bangun,” kata Jonghyun panik, ia berlutut di samping Brenda yang sudah tak sadarkan diri lalu meletakkan kepala Brenda di pangkuannya.

“Ada apa ini?” tanya penjaga perpustakaan yang tiba-tiba muncul.

“Dia pingsan. Aku harus membawanya ke UKS. Tapi sebelumnya aku harus meminjam buku-buku ini karena sonsengnim menyuruhku,” jawab Jonghyun.

“Baiklah. Biar aku saja yang membawa buku-bukunya ke kelas. Kau cepat bawa dia ke UKS. Nanti aku beritahu kejadiannya pada sonsengnim-mu,” kata penjaga perpustakaan itu.

“Kamsahamnida.”

Jonghyun buru-buru menggendong Brenda dan membawanya ke UKS. Ia memutuskan untuk tidak kembali ke kelas dan menjaga Brenda sampai ia sadar. Jonghyun yang cemas menggengam tangan kanan Brenda dan membelai rambut panjang Brenda.

“Brenda, sadarlah. Oppa ada di sini. Aku harap saat kau bangun nanti kau tidak lagi marah padaku,” bisik Jonghyun di telinga Brenda.

**

“Appa, aku hanya ingin bersama appa. Aku sangat merindukanmu.”

“Appa tau, gadisku. Kau tetap ingin bersama appa. Tapi masih banyak yang harus kaucapai dalam hidupmu,” jawab appa Brenda.

“Tidak, aku ingin tetap bersama appa. Itu lebih baik. Bukankah dulu kita selalu melakukan semuanya bersama. Sepertinya semua hal berjalan baik selama appa masih bersamaku dulu.”

“Ada appa atau tidak, kau tetap harus tumbuh dewasa, Brenda. Meskipun appa secara fisik sudah tidak ada di sisimu lagi, tapi hati dan jiwa appa akan selalu ada di sampingmu,” jawab appa Brenda sambil tersenyum.

“Aku tau itu appa. Tapi..”

“Ada seseorang yang sangat membutuhkanmu. Jadi kau tidak bisa ikut appa. Kau belum ditakdirkan untuk pergi meninggalkan dunia seperti appa.”

“Seseorang? Siapa?”

“Buka matamu.”

Brenda dengan perlahan dan ragu-ragu membuka matanya.

Jonghyun oppa? Tidak mungkin.

“Syukurlah, kau sudah sadar,” kata Jonghyun sambil tersenyum.

“Di mana Minhyuk?”

Jonghyun langsung berdiri dari kursi dan hendak keluar. Namun, saat Jonghyun hendak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Brenda, Brenda malah menggenggamnya erat.

“Kenapa? Aku ingin memanggil Minhyuk,” kata Jonghyun dengan raut wajah yang kecewa namun tetap berusaha untuk berbicara tenang.

“Oppa. Aku hanya bercanda, kau langsung menganggapnya serius. Tenang saja, aku hanya ingin kau yang ada di sampingku sekarang dan selanjutnya,” jawab Brenda.

Jonghyun terkejut mendengar pernyataan Brenda.

“Kim Brenda, mulai sekarang kau bukan gadis kecilku lagi. Tapi mulai sekarang kau adalah gadisku.”

“Maksud oppa?” tanya Brenda.

“Saranghaeyo.”

-END-

4 comments:

  1. gemes sama jonghyun, akhirnya ngungkapin perasaannya juga.

    good b^^d

    ReplyDelete
  2. "gadisku" aw aw so sweeeeet deh kkkkk
    kereeeeeeeeen FF nya ^^

    ReplyDelete
  3. ah akhirnya Jonghyun ngerti juga sama perasaan brenda, dia juga suka akhirnya eaea

    good job eonni (y)

    ReplyDelete
  4. aiiihh jonghyuuunn cute abis dech ... eoni makin cinta padamu ..

    JS : Eooniiiiiiiiiiiii jangan tinggalin akuuuu *gubraks*

    ditunggu FF selanjutnya :)

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'