Judul: Listen (Part 1)
Author: Amarya Ririe (@amaryaririe)
Rating: Teenager
Genre: Romance and Friendship
Pemeran:
- Kim Brenda (reader)
- Lee Jong Hyun (CNBLUE)
- Jang Hae Ra (fiktif)
- Kang Min Hyuk (CNBLUE)
- Lee Jung Shin (CNBLUE)
- Jung Yong Hwa (CN BLUE)
Pemeran Pembantu:
- Kim Brandon (fiktif)
- Kwon Yoo Ri (fiktif)
Note:
Fanfic ini aku buat terinspirasi dari lagunya Beyonce yang judulnya Listen. Hehe ^^. Fanficnya dibagi beberapa part, karena masih part 1, jadi mungkin klimaksnya belum terlalu muncul. Moga aja ceritanya ga ngebetein jadi bisa dilanjutin. Selamat membaca :D
Listen, to the song here in my heart
A melody I start but can’t complete
Oh, the time has come for my dreams to be heard
They will not be pushed aside and turned
Into your own, all ‘cause you won’t listen
Seorang yeoja keturunan Korea-Mexico sedang duduk di bangku panjang pemain sambil mendengarkan lagu “Listen” milik Beyonce di ipod hadiah ulang tahun dari bibinya. Entah kenapa yeoja yang bernama Kim Brenda akhir-akhir ini sering memutar lagu itu. Padahal ia sendiri sedang tidak mengalami sesuatu yang berkaitan dengan lirik lagu itu.
Hanya Brenda sendiri yang masih berada di sekitar lapangan. Sambil mendengarkan lagu, ia memandangi lapangan baseball tempat di mana impian ia tumbuh saat masih kecil sekaligus tempat di mana ia menginginkan impiannya terwujud.
Sedang ia memandangi lapangan baseball, tiba-tiba pandangannya buyar saat sebuah botol minuman muncul tepat di depan matanya.
“Kamu pasti haus sehabis latihan. Ini kubawakan minuman.”
Ah, Jonghyun rupanya.
“Hmm, gak usah repot-repot. Aku masih punya … Sudah habis rupanya.”
Jonghyun hanya tertawa melihat sahabatnya. Ia memperhatikan Brenda yang langsung meneguk air sebanyak yang ia bisa sampai rasa hausnya hilang. Brenda lalu mengelap keringatnya yang masih mengalir deras di tubuhnya.
“Kau pasti berlatih keras hari ini,” kata Jonghyun.
“Yah begitulah. Sabtu sudah semifinal. Yang bisa aku lakukan yah berlatih dan berlatih. Oppa sendiri tidak latihan judo?”
“Tadi aku latihan terus pulang dulu ke rumah, niatnya mau ke rumahmu. Tapi pas aku ke rumahmu, oppamu bilang kamu masih di lapangan. Jadi aku mengejarmu ke sini. Ngomong-ngomong kenapa kau belum pulang dan masih di sini?”
“Menghabiskan sisa energi untuk latihan lari,” jawab Brenda sambil nyengir.
“Sisa energimu kau habiskan. Kau ini konyol. Bagaimana bisa pulang mengendarai skateboardmu kalo gak ada tenaga lagi?” tanya Jonghyun berpura-pura marah.
Brenda terdiam. Apa yang dikatakan Jonghyun benar. Selain ia masih ingin berada di lapangan, ia juga berencana untuk mengumpulkan energi untuk mengendarai skateboardnya. Kakinya masih terasa agak lemah. Ia malah berpikir untuk membuat larinya lebih kencang sementara tenaganya tinggal sedikit.
Melihat sahabatnya yang diam saja, Jonghyun tertawa lepas.
“Ha, aku sudah tau. Makanya aku ke sini bawa motor, siapa tau kamu memang sedang kelelahan, jadi kuantar pulang saja.”
“Jjeonmal? Oppa gomawo,” jawab Brenda senang.
** **
“Ya! Yeoja itu ya, emang bener-bener yah mengancam popularitasku,” kata Hae Ra ketus sambil berjalan bolak-balik dalam kamarnya.
“Siapa maksudmu? Brenda? Anak kelas 10 yang blasteran Korea-Mexico itu? Emang ada apa sih dia. Yang aku tau orangnya pendiam aja tuh. Hmm, nothing special,” sahut Yoo Ri, sahabatnya, sambil membaca majalah.
“Aku juga bingung. Apa sih yang membuat orang-orang menyukainya?”
“Kalau begitu, besok lebih baik kita cari tau saja,” usul Yoo Ri.
Esoknya di kelas,
“Ya! Yonghwa,” panggil Hae Ra sambil memutar badannya ke arah Yonghwa yang duduk di belakangnya.
“Hmm, ada apa?” ujar Yonghwa cuek sambil membolak-balik novel yang ia pinjam dari Brenda.
“Aku ingin tau. Apa sih yang membuat anak-anak nge-fans dengan Brenda?” tanya Hae Ra to the point.
“Oh, apakah aku terlihat sebagai salah satu fans-nya makanya kau bertanya seperti itu?” Yonghwa balik bertanya.
“Aniyo. Jadi apa dong? Apa yang membuatmu suka berteman dengannya?” Hae Ra mengganti pertanyaannya.
“Apa kelihatannya aku berteman dengannya untuk memanfaatkan apa yang dia punya?” Yonghwa tetap cuek.
“Dasar namja aneh,” kata Hae Ra dalam hati sambil mengepalkan kedua tangannya dengan gemas lalu berjalan keluar kelas namun terhenti.
“Ya! Untuk apa sih kau bertanya seperti itu? Mau mengganggunya? Dia aja diam-diam gitu anaknya, kok kamu yang pusing sih? Asal kau tau, dia tidak begitu tau kalau ia sering dibicarakan murid-murid. Kalaupun tau, toh dia biasa saja. Emangnya seperti kamu?” kata Yonghwa sambil tersenyum mengejek di balik buku.
“Aissh, liat saja nanti apa yang akan aku buat,” kata Hae Ra dalam hati lalu berjalan ke luar kelas. Hae Ra mendengar beberapa namja maupun yeoja sedang membicarakan Brenda. Ck, anak itu lagi.
“Meskipun dia pintar di sekolah dan berbakat di bidang lain tapi anaknya tetap pendiam aja yah, gak sombong. Kayaknya kalau liat tuh anak pendiam, ga banyak omong yah,” ujar salah satu yeoja pada temannya.
“Di balik topi dan seragam baseballnya asal kamu tau deh dia cantik lho, chingu,” kata salah satu namja pada temannya.
“Wah, kalau gitu aku nonton dia ah kalau tanding,” ujar teman namja itu.
Semakin kesal Hae Ra mendengarnya.
** **
Brenda merapikan rambutnya di toilet sambil nyanyi lagu Lucky-nya Jason Mraz dan Colbie Cailat tapi kata bestfriendnya diganti menjadi my Jonghyun. Mendengar ada suara orang menyanyi dari dalam toilet, Hae Ra mengintip dari balik pintu toilet yang terbuka.
“Lucky I’m in love with my Jonghyun? Aduh, aku ini kenapa?” Brenda menepuk dua pipinya.
“Jonghyun? Siapa dia? Siapa orang yang membuat Brenda jatuh cinta?” Hae Ra tersenyum meringis. Ia berjalan beberapa langkah dari toilet begitu mengetahui Brenda hendak keluar. Ia bersembunyi di balik tembok dan mengeluarkan ponselnya.
“Yoo Ri, cari tau siapa Jonghyun yang dikenal Brenda. Sepertinya dia ada sesuatu dengan namja yang bernama Jonghyun itu.”
“Lucky I’m in love with my Jonghyun? Aduh, aku ini kenapa?” Brenda menepuk dua pipinya.
“Jonghyun? Siapa dia? Siapa orang yang membuat Brenda jatuh cinta?” Hae Ra tersenyum meringis. Ia berjalan beberapa langkah dari toilet begitu mengetahui Brenda hendak keluar. Ia bersembunyi di balik tembok dan mengeluarkan ponselnya.
“Yoo Ri, cari tau siapa Jonghyun yang dikenal Brenda. Sepertinya dia ada sesuatu dengan namja yang bernama Jonghyun itu.”
** **
“Annyeong, gadis manis. Kau mau makan apa?” tanya ahjumma pedagang kafetaria sekolah.
“Aku mau makan burger saja. Sedang tidak begitu lapar,” jawab Brenda.
“Aku juga, Ahjumma. Aku juga sedang tidak begitu lapar,” seru seseorang yang berdiri di sebelah kiri Brenda. Hmm, suara yang familiar.
“Oppa, kok ikut-ikutan sih pesen makanannya?”
“Wae? Haha, emang kenapa? Ga boleh?” kata Jonghyun sambil meninju pelan lengan Brenda.
“Ini burger kalian.” Ahjumma itu menyerahkan piring berisi burger.
Jonghyun dan Brenda berjalan ke arah meja di mana Minhyuk dan Jungshin sudah duduk.
“Ya! Jonghyun oppa, Minhyuk, Jungshin! Aku cari di kelas kok ga ada? Terus kok mejaku berantakkan begitu?” tanya Brenda setelah duduk.
“Tadi abis beliin makanan buat Yonghwa hyung soalnya dia mau cepet-cepet nyelesaiin tugas yang sulit. Kalo soal mejamu berantakan, siapa lagi, Nda, kalo bukan Jonghyun hyung. Kalo gak iseng berantakin mejamu, paling tadi nyocokin catatan kalo ada yang kurang,” jawab Minhyuk sambil menyantap makanannya.
“Oppa,” ujar Brenda cemberut.
“Mianhae, aku tadi abis nyocokin catatan.”
“Kenapa harus pake berantakan segala?”
“Tau sendiri lah orang iseng kayak gitu,” sahut Jungshin.
“Ya! Jungshin! Abis kamu terlalu rapi sih mejanya, jadi iseng pingin berantakin. Jangan marah ya? Ya?” goda Jonghyun sambil mencubit-cubit pipi Brenda yang duduk di sampingnya.
“Hyung, kamu pikir dia boneka apa? Bisa dicubit-cubit seenaknya?” omel Minhyuk yang diikuti anggukan Brenda.
“Kenapa? Cemburu? Nih kalo mau cubit aja pipinya,” jawab Jonghyun yang langsung dicuekkin 3 sahabatnya itu.
“Aku mau makan burger saja. Sedang tidak begitu lapar,” jawab Brenda.
“Aku juga, Ahjumma. Aku juga sedang tidak begitu lapar,” seru seseorang yang berdiri di sebelah kiri Brenda. Hmm, suara yang familiar.
“Oppa, kok ikut-ikutan sih pesen makanannya?”
“Wae? Haha, emang kenapa? Ga boleh?” kata Jonghyun sambil meninju pelan lengan Brenda.
“Ini burger kalian.” Ahjumma itu menyerahkan piring berisi burger.
Jonghyun dan Brenda berjalan ke arah meja di mana Minhyuk dan Jungshin sudah duduk.
“Ya! Jonghyun oppa, Minhyuk, Jungshin! Aku cari di kelas kok ga ada? Terus kok mejaku berantakkan begitu?” tanya Brenda setelah duduk.
“Tadi abis beliin makanan buat Yonghwa hyung soalnya dia mau cepet-cepet nyelesaiin tugas yang sulit. Kalo soal mejamu berantakan, siapa lagi, Nda, kalo bukan Jonghyun hyung. Kalo gak iseng berantakin mejamu, paling tadi nyocokin catatan kalo ada yang kurang,” jawab Minhyuk sambil menyantap makanannya.
“Oppa,” ujar Brenda cemberut.
“Mianhae, aku tadi abis nyocokin catatan.”
“Kenapa harus pake berantakan segala?”
“Tau sendiri lah orang iseng kayak gitu,” sahut Jungshin.
“Ya! Jungshin! Abis kamu terlalu rapi sih mejanya, jadi iseng pingin berantakin. Jangan marah ya? Ya?” goda Jonghyun sambil mencubit-cubit pipi Brenda yang duduk di sampingnya.
“Hyung, kamu pikir dia boneka apa? Bisa dicubit-cubit seenaknya?” omel Minhyuk yang diikuti anggukan Brenda.
“Kenapa? Cemburu? Nih kalo mau cubit aja pipinya,” jawab Jonghyun yang langsung dicuekkin 3 sahabatnya itu.
** **
Sepulang sekolah, Brenda segera mandi dan mengenakan kaos dan celana pendek. Brenda mengikat rambutnya yang sedikit melebihi bahu. Saat menatap ke cermin, dia memandangi pipinya yang dicubit Jonghyun saat makan siang.
“Ahh,” lagi-lagi Brenda menepuk-nepuk pipinya. “Lee Jonghyun!! Kau membuatku merasa aneh dengan mencubit-cubit pipiku. Aku merasa seperti kau menyentuh pipiku terus,” jerit Brenda dari kamarnya. Jantungnya pun berdegup kencang. Lalu ia mengarahkan pandangannya pada foto ia dan Jonghyun di samping tempat tidurnya.
Brandon yang menguping dari pintu kamar Brenda segera mengetuk pintu kamar dongsaengnya lalu masuk.
“Ya! Brenda! Apa yang kamu lakukan? Ayo nanti kita telat latihan,” seru Brandon.
“Ahh,” lagi-lagi Brenda menepuk-nepuk pipinya. “Lee Jonghyun!! Kau membuatku merasa aneh dengan mencubit-cubit pipiku. Aku merasa seperti kau menyentuh pipiku terus,” jerit Brenda dari kamarnya. Jantungnya pun berdegup kencang. Lalu ia mengarahkan pandangannya pada foto ia dan Jonghyun di samping tempat tidurnya.
Brandon yang menguping dari pintu kamar Brenda segera mengetuk pintu kamar dongsaengnya lalu masuk.
“Ya! Brenda! Apa yang kamu lakukan? Ayo nanti kita telat latihan,” seru Brandon.
Brenda berangkat dengan skateboardnya sementara oppanya, Brandon, mengendarai sepeda. Saat mengendarai sepeda, Brandon teringat akan apa yang terjadi pada dongsaengnya itu waktu ia hendak masuk ke kamar Brenda.
“Jonghyun? Apa Brenda mulai suka padanya?” pikir Brandon.
BRUKKK!! Brandon yang baru saja tenggelam dalam pikirannya terhadap keanehan yang terjadi pada Brenda, dikagetkan oleh suara sesuatu yang jatuh.
“Brenda!” Brandon menghentikan sepedanya dan turun lalu mengangkat Brenda yang jatuh. “Brenda, kamu kenapa sih harus melamun. Liat nih, lututmu luka kan?”
“Oppa, mianhae,” jawab Brenda.
“Aduh ini kalo kenapa-kenapa bagaimana. Lusa udah semifinal yeobo,” ucap Brandon geram.
“Gwaenchana, Oppa.”
“Kamu pasti ngelamunin Jonghyun ya? Iya?” tanya Brandon.
“Oppa, kenapa berpikir seperti itu?”
“Ani.. aniyo.. Kajja. Nanti kita telat,” kata Brandon mengalihkan.
“Jonghyun? Apa Brenda mulai suka padanya?” pikir Brandon.
BRUKKK!! Brandon yang baru saja tenggelam dalam pikirannya terhadap keanehan yang terjadi pada Brenda, dikagetkan oleh suara sesuatu yang jatuh.
“Brenda!” Brandon menghentikan sepedanya dan turun lalu mengangkat Brenda yang jatuh. “Brenda, kamu kenapa sih harus melamun. Liat nih, lututmu luka kan?”
“Oppa, mianhae,” jawab Brenda.
“Aduh ini kalo kenapa-kenapa bagaimana. Lusa udah semifinal yeobo,” ucap Brandon geram.
“Gwaenchana, Oppa.”
“Kamu pasti ngelamunin Jonghyun ya? Iya?” tanya Brandon.
“Oppa, kenapa berpikir seperti itu?”
“Ani.. aniyo.. Kajja. Nanti kita telat,” kata Brandon mengalihkan.
** **
“Brenda, kau sudah pulang latihan?” telpon Jonghyun.
“Ne, Oppa,” jawab Brenda.
“Tadi waktu aku sms-an sama Minhyuk, katanya lututmu terluka ya?
“Ah, hanya luka sedikit kok.”
“Tapi tidak apa-apa kan?”
Entah kenapa kali ini Brenda suka dengan pertanyaan Jonghyun. Tapi tidak apa-apa kan? Bukan sekali dua kali Jonghyun begitu peduli, tapi selama kurang lebih 5 tahun mereka bersahabat, baru kali ini pertanyaan seperti itu berarti buat Brenda. Padahal ini hal yang sangat biasa.
“Brenda??” Jonghyun bingung karena Brenda diam saja.
“Ye, Oppa. Gwaenchana. Lututku tidak apa-apa kok,” jawab Brenda.
“Syukurlah. Lalu apa kata pelatihmu soal lututmu yang luka?”
“Dia bilang seharusnya aku berhati-hati. Lusa sudah semifinal. Sementara aku dan Minhyuklah yang memiliki peranan besar untuk membawa tim lolos ke final.”
“Oh, begitu. Aku yakin kalian pasti menang kok. Ayo, Kim Brenda, kalahkan mereka,” seru Jonghyun.
“Hehe, ne Oppa.” Brenda tertawa.
Setelah beberapa lama berbicara di telpon, akhirnya mereka mengakhiri pembicaraan. Tiba-tiba Brandon mengetuk pintu kamar Brenda lalu masuk.
“Oppa?”
“Aku hanya ingin tau apakah Lee Jong Hyun sahabatmu itu yang menyebabkan keanehan pada dirimu akhir-akhir ini? Apa kau jatuh cinta padanya?” tanya Brandon sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Brenda dan menyipitkan matanya.
“Ani.. Ya! Oppa! Kau ini apa-apaan sih? Mengganggu saja! Aku mau belajar!” ujar Brenda sambil memukulkan bukunya ke lengan Brandon.
“Akui sajalah,” goda Brandon sambil berjalan ke luar kamar.
“Sepertinya, Oppa. Tapi aku tidak bisa memberitahu kepada siapapun. Aku sendiri masih bingung dengan perasaanku. Jonghyun adalah sahabatku, aku pikir jatuh cinta padanya bukanlah hal yang baik,” gumam Brenda dalam hati setelah oppanya menutup pintu kamarnya.
** **
Hae Ra sedang berbicara di telepon dengan Yoo Ri.
“Ah, sulit untuk menghentikan anak itu. Bahkan ada hal yang dia bisa lakukan tapi aku tidak,” geram Hae Ra.
“Mungkin kau tidak bisa menghentikannya begitu saja, tapi kau bisa membuatnya perlahan mengalami kemunduran hingga ia menjadi tidak eksis lagi di sekolah. Bagaimana dengan mengambil sesuatu yang mungkin bisa membuat prestasinya menurun…,”
“Sebentar, sebentar. Gimana info tentang Jonghyun itu?” potong Hae Ra.
“Oh, iya. Hampir lupa. Jadi Lee Jong Hyun itu teman sekelas Brenda sekaligus sahabat Brenda sejak kelas 5 SD. Jonghyun ikut pelatihan judo, salah satu calon yang akan dikirim ke kompetisi tingkat nasional. Tadi sore aku tidak sengaja melihatnya latihan. Kelihatannnya memang benar Brenda naksir Jonghyun tapi Jonghyun tidak tau soal itu,” jelas Yoo Ri.
Sebersit ide nakal muncul di benak Hae Ra.
“Ah, sulit untuk menghentikan anak itu. Bahkan ada hal yang dia bisa lakukan tapi aku tidak,” geram Hae Ra.
“Mungkin kau tidak bisa menghentikannya begitu saja, tapi kau bisa membuatnya perlahan mengalami kemunduran hingga ia menjadi tidak eksis lagi di sekolah. Bagaimana dengan mengambil sesuatu yang mungkin bisa membuat prestasinya menurun…,”
“Sebentar, sebentar. Gimana info tentang Jonghyun itu?” potong Hae Ra.
“Oh, iya. Hampir lupa. Jadi Lee Jong Hyun itu teman sekelas Brenda sekaligus sahabat Brenda sejak kelas 5 SD. Jonghyun ikut pelatihan judo, salah satu calon yang akan dikirim ke kompetisi tingkat nasional. Tadi sore aku tidak sengaja melihatnya latihan. Kelihatannnya memang benar Brenda naksir Jonghyun tapi Jonghyun tidak tau soal itu,” jelas Yoo Ri.
Sebersit ide nakal muncul di benak Hae Ra.
** **
“Aigoo! Aigoo!” jerit Jonghyun melihat jam wekernya sudah menunjukkan jam 6.20. “Aissh, bisa terlambat nih. Kok bisa sih?”
Jonghyun langsung merapikan tempat tidurnya lalu buru-buru mandi.
“Ah, sarapan roti aja deh. Biar bisa dimakan sambil jalan,” ujarnya sambil menyandang ranselnya.
Tepat jam 7 Jonghyun tiba di sekolah. Ia langsung lari ke dalam kelas. “Fuhh, pas banget nyampenya. Untung aja ga telat,” pikirnya.
“Hyung!” panggil Min Hyuk yang duduk di belakang Brenda saat Jonghyun berjalan ke arah bangkunya.
“Ye?”
“Ada yang meninggalkan amplop warna pink tuh di laci mejamu,” jawab Min Hyuk.
“Amplop? Warna pink?” tanya Brenda dalam hati sambil tetap membaca novel.
“Jang Hae Ra sunbaenim?” Jonghyun membuka amplop itu dan langsung membacanya.
“Kau kenal dia, Hyung? Aku tidak tahu dia yang mana?” tanya Min Hyuk dengan mimik muka yang bingung.
“Entahlah, aku juga tidak tau. Tapi dia mengajakku berkenalan pulang sekolah nanti,” jawab Jonghyun.
“Wah, Hyung. Rupanya secepat ini kamu punya fan seorang sunbaenim yah? Keren,” goda Jungshin.
Mendengar pembicaraan mereka yang sama sekali tidak membuat Brenda tertarik, Brenda hanya bisa melirik ke arah Jonghyun yang duduk di bangku samping kirinya. Kesal melihat seorang sunbaenim sedang mendekati Jonghyun, Brenda kembali membaca novelnya. Tapi yang ada, dia menatap novelnya dengan tatapan kosong. Dia cemburu.
“Ah tidak boleh. Aku seharusnya bahagia melihat sahabatku. Aku harus fokus terhadap pertandingan baseball besok,” tegas Brenda dalam hatinya.
Jonghyun langsung merapikan tempat tidurnya lalu buru-buru mandi.
“Ah, sarapan roti aja deh. Biar bisa dimakan sambil jalan,” ujarnya sambil menyandang ranselnya.
Tepat jam 7 Jonghyun tiba di sekolah. Ia langsung lari ke dalam kelas. “Fuhh, pas banget nyampenya. Untung aja ga telat,” pikirnya.
“Hyung!” panggil Min Hyuk yang duduk di belakang Brenda saat Jonghyun berjalan ke arah bangkunya.
“Ye?”
“Ada yang meninggalkan amplop warna pink tuh di laci mejamu,” jawab Min Hyuk.
“Amplop? Warna pink?” tanya Brenda dalam hati sambil tetap membaca novel.
“Jang Hae Ra sunbaenim?” Jonghyun membuka amplop itu dan langsung membacanya.
“Kau kenal dia, Hyung? Aku tidak tahu dia yang mana?” tanya Min Hyuk dengan mimik muka yang bingung.
“Entahlah, aku juga tidak tau. Tapi dia mengajakku berkenalan pulang sekolah nanti,” jawab Jonghyun.
“Wah, Hyung. Rupanya secepat ini kamu punya fan seorang sunbaenim yah? Keren,” goda Jungshin.
Mendengar pembicaraan mereka yang sama sekali tidak membuat Brenda tertarik, Brenda hanya bisa melirik ke arah Jonghyun yang duduk di bangku samping kirinya. Kesal melihat seorang sunbaenim sedang mendekati Jonghyun, Brenda kembali membaca novelnya. Tapi yang ada, dia menatap novelnya dengan tatapan kosong. Dia cemburu.
“Ah tidak boleh. Aku seharusnya bahagia melihat sahabatku. Aku harus fokus terhadap pertandingan baseball besok,” tegas Brenda dalam hatinya.
** **
“Jadi, apa rencanamu dengan mengajak Jonghyun berkenalan dan sebengajaknya kencan? Apa kau naksir dia?” tanya Yoo Ri pada Hae Ra penasaran.
“Dia good looking sih, tapi aku ga naksir dia. Aku sama sekali tidak tertarik kencan dengan calon atlit judo. Aku bisa cari yang lebih baik. Aku hanya menggunakan dia untuk memberi pelajaran pada Brenda. Kita lihat saja rencanaku berikutnya.”
“Hae Ra sunbaenim?” tanya Jonghyun sambil berjalan di lorong sekolah.
“Ya, aku Jang Hae Ra. Jonghyun?”
“Iya,” jawab Jonghyun sambil menganggukan kepala.
Mereka berbincang-bincang beberapa saat.
“Jonghyun, aku mau lebih mengenalmu. Besok jam 10 bisakah kita pergi ke taman?” ajak Hae Ra.
“Ne, Sunbaenim,” jawab Jonghyun malu-malu.
“Dia good looking sih, tapi aku ga naksir dia. Aku sama sekali tidak tertarik kencan dengan calon atlit judo. Aku bisa cari yang lebih baik. Aku hanya menggunakan dia untuk memberi pelajaran pada Brenda. Kita lihat saja rencanaku berikutnya.”
“Hae Ra sunbaenim?” tanya Jonghyun sambil berjalan di lorong sekolah.
“Ya, aku Jang Hae Ra. Jonghyun?”
“Iya,” jawab Jonghyun sambil menganggukan kepala.
Mereka berbincang-bincang beberapa saat.
“Jonghyun, aku mau lebih mengenalmu. Besok jam 10 bisakah kita pergi ke taman?” ajak Hae Ra.
“Ne, Sunbaenim,” jawab Jonghyun malu-malu.
** **
Brenda bermaksud untuk membuat otaknya rileks sambil berbaring di tempat tidurnya. Dia tidak ingin memikirkan banyak hal malam itu, agar besok pikirannya bisa fokus terhadap permainan baseballnya. Tapi ternyata sebuah telepon mengganggu pikirannya malam itu.
“Bip bip”
Ponsel Brenda berdering. Dari Jonghyun. Dengan ogah-ogahan, Brenda mengangkatnya.
“Yeobseyo?”
“Brenda, coba tebak. Aku diajak pergi oleh Hae Ra sunbaenim.” Jonghyun kelihatannya girang banget.
Mwo? Jonghyun oppa lupa kalo besok ada semifinal? pikir Brenda.
“Ne, trus kenapa?” Brenda mulai merasa malas.
“Ya! Kau tidak senang? Aku akan pergi jalan-jalan bersamanya jam 11 besok,” kata Jonghyun.
“Oh, ya sudah oppa. Aku mengantuk, ingin tidur,” aku menyudahi pembicaraan.
“Oppa, apa dia lupa kalau besok aku tanding? Ah, sudah. Pikirkan tournament semifinal besok. Lebih baik dia tidak usah menonton saja. Daripada aku melihatnya dan hatiku menjadi sedih.” Tak terasa air mata mengalir di pipi Brenda.
“Bip bip”
Ponsel Brenda berdering. Dari Jonghyun. Dengan ogah-ogahan, Brenda mengangkatnya.
“Yeobseyo?”
“Brenda, coba tebak. Aku diajak pergi oleh Hae Ra sunbaenim.” Jonghyun kelihatannya girang banget.
Mwo? Jonghyun oppa lupa kalo besok ada semifinal? pikir Brenda.
“Ne, trus kenapa?” Brenda mulai merasa malas.
“Ya! Kau tidak senang? Aku akan pergi jalan-jalan bersamanya jam 11 besok,” kata Jonghyun.
“Oh, ya sudah oppa. Aku mengantuk, ingin tidur,” aku menyudahi pembicaraan.
“Oppa, apa dia lupa kalau besok aku tanding? Ah, sudah. Pikirkan tournament semifinal besok. Lebih baik dia tidak usah menonton saja. Daripada aku melihatnya dan hatiku menjadi sedih.” Tak terasa air mata mengalir di pipi Brenda.
Oh, the time has come for my dreams to be heard
They will not be pushed aside and turned
Into your own, all ‘cause you won’t listen
Lagu itu bermain di benak Brenda.
** **
“Ayo, ayo. Berkumpul,” panggil pelatih pada semua pemain sambil menepuk tangannya. Brenda buru-buru mengencangkan tali sepatunya dan langsung berkumpul dengan yang lain.
“Permainan akan segera dimulai. Aku percaya pada kalian, kalian akan membawa kita semua menuju final. Minhyuk, Brenda, ambil kesempatan ini. Pukul kalah lawan kita,” kata pelatih sambil meletakkan kedua tangannya di salah satu pundang Minhyuk dan Brenda.
“Aku optimis, kita pasti masuk final,” seru Brenda pada pelatih dan teman-teman satu timnya.
Mereka menyatukan salah satu tangan mereka, mengangkatnya ke udara dan berteriak, “Beat them, Brave Wolves!”
Saat memasuki lapangan, Brenda melayangkan pandangannya ke arah penonton di sekeliling lapangan. Ia melihat ibu dan ayah tirinya duduk di tengah-tengah penonton. Mereka memberi senyuman kepada anak mereka. Brenda mencari-cari Jonghyun, tapi dia sama sekali tidak kelihatan, hanya ada Yonghwa yang langsung melambaikan tangannya begitu melihat Brenda. Jonghyun yang selama ini tidak pernah absen datang untuk memberi support di setiap pertandingan, ternyata memang benar-benar tidak datang dan pergi bersama Hae Ra.
“Permainan akan segera dimulai. Aku percaya pada kalian, kalian akan membawa kita semua menuju final. Minhyuk, Brenda, ambil kesempatan ini. Pukul kalah lawan kita,” kata pelatih sambil meletakkan kedua tangannya di salah satu pundang Minhyuk dan Brenda.
“Aku optimis, kita pasti masuk final,” seru Brenda pada pelatih dan teman-teman satu timnya.
Mereka menyatukan salah satu tangan mereka, mengangkatnya ke udara dan berteriak, “Beat them, Brave Wolves!”
Saat memasuki lapangan, Brenda melayangkan pandangannya ke arah penonton di sekeliling lapangan. Ia melihat ibu dan ayah tirinya duduk di tengah-tengah penonton. Mereka memberi senyuman kepada anak mereka. Brenda mencari-cari Jonghyun, tapi dia sama sekali tidak kelihatan, hanya ada Yonghwa yang langsung melambaikan tangannya begitu melihat Brenda. Jonghyun yang selama ini tidak pernah absen datang untuk memberi support di setiap pertandingan, ternyata memang benar-benar tidak datang dan pergi bersama Hae Ra.
“Tak apalah. Mungkin Jonghyun oppa tidak mau begitu saja menolak ajakan sunbaenim yang tertarik padanya. Nah, sekarang aku akan fokus terhadap apa yang ingin aku capai. Tidak peduli halangan apapun, aku harus tetap fokus. Setidaknya, orang tuaku dan Yonghwa oppa datang memberikan dukungan. Dan appaku yang di surga sana, mungkin dia menyaksikan dan memberi dukungan kepadaku,” pikir Brenda positif.
I don’t know where I belong
But I’ll be moving on
Brenda melangkah lagi masuk ke dalam lapangan, namun terhenti saat seseorang menyentuh bahunya dari belakang.
~ to be continued ~
huaaa good FF
ReplyDeleteaku juga mau bikin songfic ah
annyeong~
ReplyDeletejonghyun kok girang bener yak sama hae ra? o.O
yonghwa perannya jutek gitu ya?
terus si minhyuk cemburu atau gimana?
*mian reader cerewet xD* ditunggu ya....
*yahaha semakin banyak ff baru berarti ffku musti cepet-cepet diselesein nih /plakplak*
knapa mesti yudo melulu siihhh .. pencak silat getuuhh .. ixixix *plak
ReplyDeleteKim bakalan gak masuk final nih kayaknya ... *deg deg'an nunggu lanjutannya*
waaaaah siapa kah yang menyentuh pundak brenda...??? deng deng.... ayo lanjutkan. ditunggu part selanjutnya ^^
ReplyDeletenee~ nee~ MinhyUk diKit aMat >< ahhehe. .
ReplyDeletetaMbahiN diKit peRan d0nx . tapi udaH bagUz k0k XD