Rating: teenager
Genre: romance, family, humor (?)
Cast:
- Jung Yonghwa CN BLUE
- Kim Eun Hee (readers)
- Lee Jonghyun CN BLUE
- Kang Minhyuk CN BLUE
- Lee Jungshin CN BLUE
Other Cast:
- Jung hye kyung (fiktif)
- anak-anak playgroup (fiktif)
Note: chapter 1
waaa akhirnya selesai setelah berahun-tahun gak dilanjutin == mian yaa udah lama tapi hasilnya agak gaje gini ._. namanya juga amatiran kekeke, butuh kritikannya gomawo ^_^
--jung yong hwa pov--
Lagi-lagi aku beradu pandang dengan eun hee, aissss lupakan saja itu yong, cuma tatapan mata kenapa harus dipikirkan? Aku ikuti saja ahjumma menuju kelas ‘anak-anaknya’ itu.
“Annyeong anak-anak, maaf ya kalian belum belajar juga sampai jam segini, ada sedikit masalah tadi.” Ahjumma menyapa anak-anak yang ada di dalam kelas. Kira-kira ada 15 orang anak di sini. Apa ini tidak terlalu sedikit?
“Anyeong eommaaaaa” anak-anak bersahutan, wah aku tidak menyangka bibiku yang cerewet ini kalau dilihat dari mata anak-anak adalah wanita yang benar-benar penyayang, bahkan dia dipangil eomma.
“Eomma akhirnya membawa 'noona neomu yeppeo' itu kemari, biasanya aku hanya melihatnya mondar-mandir diruangan eomma hihihi.” Ya! Maksud anak ini siapa? Jonghyun? Ah bodoh tentu saja Eun hee. Mwo? Eun hee? Lalu aku memperhatikan Eun hee baik-baik, aigoo aku akui anak kecil ini benar.
“Jadi selama ini dongkyung memperhatikan noona itu ya? Hahaha dong kyung sudah besar, dongkyung seharusnya bisa senang sekarang karena dalam beberapa hari ini noonanya dong kyung itu akan menjadi guru kalian bersama empat teman-temannya, yang ini namanya…..” ahjumma memperkenalkan kami satu-persatu, kami cuma diam saja karena memang tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan dengan anak-anak kecil, tapi anak-anak baru tahu sebatas nama saja karena bel istirahat berbunyi.
-- jung yong hwa pov –
Eun hee melangkah pergi, aku sadar tidak biasanya aku hanya diam begini, ah mungkin pengaruh perut mual tadi, tapi tidak juga, aissss apa yang terjadi padaku sekarang?!
“Hyung? Waeyo? Kau diam lagi. Ahh aku tahu pasti karena senyumannya eun hee, baru sekali senyum saja sudah membuatmu begini hyung, bagaimana empat hari kedepan?”
“Mwo? Tidak jonghyun, aisss kenapa kau jadi ikut-ikutan menggodaku seperti ini? Lebih baik kita ke kelas sekarang para dongsaengku, kita akan memulai petualangan kita hahaha”
“Huh mengalihkan pembicaraan” jonghyun cemberut tapi aku biarkan saja, kami berjalan dengan hati was was, tapi aku berjalan riang padahal aku tidak bersemangat sekali sebelumnya.
-- kim eun hee pov –
Anak-anak berhamburan masuk kelas setelah mendengar bel, sesampai disana aku melihat namja-namja itu hanya berdiri diam didepan anak-anak, babo harus ya aku yang memulai duluan?
“Annyeong adik-adik” aku memanggil mereka adik saja, aku kan bukan ahjumma.
“ANNYEOOOONG NOOOONAAAA!!!” suara itu keras sekali, tapi masih hening. Jelas saja hanya anak kecil satu itu yang menyahut, siapa namanya? Ah iya dongkyung. Namja-namja itu yang melihatku pun ikut menyapa anak-anak dengan semangat.
“Annyeong adik-adik manis”
“ANYYEONG OPPAAAA” ya! Apa-apaan ini, separuh dari kelas –anak perempuan- menjawab salam mereka aissssss.
“Jadi, kita belajar apa hari ini? Bagaimana kalau matematika?” sepertinya dengan mengusulkan sesuatu anak-anak akan mulai menyukaiku.
“Tidak, jangan matematika, sekalipun pelajaran matematika playgroup sangat mudah, tidak bisakah kau usulkan yang lain? Seperti bahasa inggris misalnya, bagaimana anak-anak?”
“Aisss apa-apaan kau ini tiba-tiba menolak usulanku, lebih baik kau diam saja seperti tadi, atau belajar lagi naik bus, pokoknya MATEMATIKA” aku memang cukup ahli dalam pelajaran ini, tapi bahasa inggris adalah kelemahanku sekalipun pelajaran bahasa inggris anak-anak playgroup hanya sebatas kata benda yang sederhana, tapi aku tetap tidak mau.
-- jung yong hwa pov –
Lagi-lagi dia mengajakku berkelahi, yang benar saja, matematika itu kelemahanku. Aku tidak mau dipermalukan didepan anak-anak.
“BAHASA INGGRIS!”
-- jung yong hwa pov –
Anak kecil ini senang melihat permainanku, ah ternyata melihat mereka senang sangat mengembirakan. Ya jujur saja, aku melakukan ini tidak hanya untuk membuat anak-anak disini terenyum, aku juga ingin menarik perhatian yeoja satu itu, Kim Eunhee, aku tidak tau kenapa aku melakukan ini, tapi aku menikmatinya.
Hari ini kami lalui dengan bermain sambil belajar. Berhubung aku membawa gitar, benda ini kugunakan untuk menarik perhatian anak-anak, yang lain punya cara yang berbeda. Eun Hee sejak tadi mengajari mereka berhitung, anak-anak sampai kami buat bingung karena lima menit bernyanyi, kemudian berhitung, kemudian bernyanyi lagi dan begitulah seterusnya. Jonghyun, minhyuk, jungshin aku tidak tahu mereka melakukan apa karena memang yang kuperhatikan hanya Eun Hee seorang kekeke~ jika ada yang menyimpulkan aku jatuh cinta, aku sendiri tidak tahu ini apa.
Selama isitirahat aku hanya termenung, untung sahabat-sahabatku ini tidak ada yang menyadarinya, mereka tiba-tiba membicarakan band begitu semangat. Aku dukung kalian kawan, tapi biarkan aku bermenung sejenak hahaha. Saat masuk kembali, kami mengajarkan anak-anak menggambar. Aku menyimpan gambar-gambar mereka sebagai kenang-kenangan.
-- kim eun hee –
Yonghwa, kenapa dia tiba-tiba jadi begini? Apa ini tandanya damai? Tapi kan tidak seharusnya begini, ah tapi aku senang hahaha.
-- jung yong hwa pov –
“Tidak apa-apa” jonghyun sepertinya sama denganku, heran dengan ini. Rumahnya cukup besar, tidak seperti rumah gadis remaja yang benar-benar butuh pekerjaan untuk meneruskan hidup, kalau dilihat dari rumahnya, orangtuanya pasti sanggup membelikan dia apa yang dia perlukan. Tapi yasudahlah, nanti juga aku akan tahu yang sebenarnya. Kami kemudian melanjutkan perjalanan kerumah masing-masing.
-- kim eun hee pov –
Aigoo masih teringat kejadian semalam, untung saja aku bisa menyembunyikan gugupku waktu dia manarik tanganku. Lagi-lagi aku memimpikannya, aiss perasaan apa ini? Cinta? Arrrgh tapi kami baru beberapa hari ketemu. Tidak mungkin kan?
“Annyeong” aku menyapa anak-anak dan namja-namja itu ketika tiba di kelas, aku agak telat hari ini karena kebanyakan melamun tadi pagi.
“Annyeong. noona kau contoh yang tidak baik!”
“Kekeke mianhae minhyuk, sedang apa kalian?”
“Membantu mereka menyusun puzzle, tadi aku melihatnya dilemari sekolah jadi aku bawa saja.”
“Oh, eh kalian cuma bertiga?”
“Noona, kalau ingin bertanya yonghwa hyung ada dimana tanyakan saja, tidak usah berbelit-belit seperti itu” aissss “tuh lihat”
Aku melihat kearah yang ditunjukkan jungshin, omoo anak kecil yang kemarin dihibur yonghwa sedang mengejarnya minta digendong. Ah aku jadi teringat dongkyung, aigo jahat sekali aku kemarin melupakannya.
“Hai dongkyung, kau butuh bantuan noona?”
“Tidak” sepertinya anak ini marah padaku, jawabannya saja singkat begitu.
“Dongkyung marah pada noona?”
“Tidak” aisss
“Apa karena kemarin noona tidak menyapamu? Mian ya dongkyung?”
“Noona tidak hanya mendiamkanku, tapi noona kenapa sih senang sekali bercanda dengan jungshin oppa? Terus kemarin aku melihat noona pegangan tangan dengan yonghwa oppa”
“Mwo? Kau salah liat dongkyung, sudah lupakan saja ya. Kita mulai dari awal lagi oke?” aku tersenyum sambil mengacungkan jari kelingking ku ke arahnya, dia menyambutanya huhu anak baik.
“Mulai dari awal itu maksudnya apa noona?” gubrak, aku lupa kalau bahasaku sulit dimengerti olehnya.
“Tidak ada, pokoknya kita berteman lagi”
-- jung yong hwa pov –
“Aduh Eunjin, haruskah oppa menggendongmu?”
“Oppa jahat sekali kalau tidak mau menggendongku” mukanya kelihatan sedih, ah aku tak tega.
“Baiklah, ayo naik” aku pun duduk dan dia menggantung di punggungku. “Kenapa tidak dengan jungshin oppa, dia kan tinggi jadi pasti lebih seru diatas sana.”
“Aih oppa, justru karena itu aku takut, makanya aku cari oppa yang paling pendek disini supaya aku tidak ketakutan” huhuhu menyedihkannya aku dibilang pendek.
“Oppa, ayo terbang” aigo yasudahlah, ah tiba-tiba aku ingin berkelahi dengan Eunjin. Aku pun melancarkan aksiku, aku menabraknya hihi.
“Awwwww” eh? Apa aku terlalu keras menubruknya. “Babo. Kau tidak bisa hati-hati apa?”
“Eunhee, apa kau tak apa? M m mianhaeyo” dia diam saja sambil memperhatikan punggung tangannya, aigo berdarah! Aku tidak tahu kalau tangan Eunhee tergores, ternyata kadang kertas cukup kuat juga untuk menggores tangan seseorang.
--jung yong hwa pov--
Lagi-lagi aku beradu pandang dengan eun hee, aissss lupakan saja itu yong, cuma tatapan mata kenapa harus dipikirkan? Aku ikuti saja ahjumma menuju kelas ‘anak-anaknya’ itu.
“Annyeong anak-anak, maaf ya kalian belum belajar juga sampai jam segini, ada sedikit masalah tadi.” Ahjumma menyapa anak-anak yang ada di dalam kelas. Kira-kira ada 15 orang anak di sini. Apa ini tidak terlalu sedikit?
“Anyeong eommaaaaa” anak-anak bersahutan, wah aku tidak menyangka bibiku yang cerewet ini kalau dilihat dari mata anak-anak adalah wanita yang benar-benar penyayang, bahkan dia dipangil eomma.
“Eomma akhirnya membawa 'noona neomu yeppeo' itu kemari, biasanya aku hanya melihatnya mondar-mandir diruangan eomma hihihi.” Ya! Maksud anak ini siapa? Jonghyun? Ah bodoh tentu saja Eun hee. Mwo? Eun hee? Lalu aku memperhatikan Eun hee baik-baik, aigoo aku akui anak kecil ini benar.
“Jadi selama ini dongkyung memperhatikan noona itu ya? Hahaha dong kyung sudah besar, dongkyung seharusnya bisa senang sekarang karena dalam beberapa hari ini noonanya dong kyung itu akan menjadi guru kalian bersama empat teman-temannya, yang ini namanya…..” ahjumma memperkenalkan kami satu-persatu, kami cuma diam saja karena memang tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan dengan anak-anak kecil, tapi anak-anak baru tahu sebatas nama saja karena bel istirahat berbunyi.
Semua anak berhamburan keluar, kebanyakan dari mereka memakan bekal. Aku juga keluar dengan ketiga sahabatku ini menuju bangku-bangku di bawah pohon, kami duduk disana. Ahjumma menghampiriku katanya dia akan mulai mencari guru baru hari ini, aigoo itu artinya nanti kami juga harus mulai menghadapi anak-anak. Ahjumma melangkah pergi.
“Ntah kenapa setelah melihat wajah anak-anak tadi sepertinya aku akan menyukai liburan empat hari ini kekeke” jonghyun keliatan senang sekali, diantara kami dialah yang paling jarang emosi, aku rasa karena fikirannya hanya melihat sisi positif saja tidak seperti aku, aku belum menikmati ini semua, pasti akan lebih nyaman liburan dirumah dibanding ditemani dengan dua yeoja cerewet dan anak-anak tukang ompol –seperti kata jungshin-
“Wah jonghyun hyung kau ini baru melihat muka mereka saja sudah senang? Kalau aku lebih melihat celana mereka,” sepertinya jungshin sama denganku yang belum menyukai liburan ini, tapi…
“MWO? CELANA?” aku dan minhyuk kaget, bagaimana mungkin dia melihat celana anak kecil, jungshin kau sungguh di luar dugaan.
“Ne~ oh ya ampun maksudku aku takut kalau tiba-tiba mereka ngompol, lalu menghampiriku, memintaku mengganti celana mereka, menangis sekeras-kerasnya, aigoo tidak mungkin aku berpikiran seperti itu, aku ini masih normal!”
“Aaah aku kira kau itu… hahahaha”
“Ntah kenapa setelah melihat wajah anak-anak tadi sepertinya aku akan menyukai liburan empat hari ini kekeke” jonghyun keliatan senang sekali, diantara kami dialah yang paling jarang emosi, aku rasa karena fikirannya hanya melihat sisi positif saja tidak seperti aku, aku belum menikmati ini semua, pasti akan lebih nyaman liburan dirumah dibanding ditemani dengan dua yeoja cerewet dan anak-anak tukang ompol –seperti kata jungshin-
“Wah jonghyun hyung kau ini baru melihat muka mereka saja sudah senang? Kalau aku lebih melihat celana mereka,” sepertinya jungshin sama denganku yang belum menyukai liburan ini, tapi…
“MWO? CELANA?” aku dan minhyuk kaget, bagaimana mungkin dia melihat celana anak kecil, jungshin kau sungguh di luar dugaan.
“Ne~ oh ya ampun maksudku aku takut kalau tiba-tiba mereka ngompol, lalu menghampiriku, memintaku mengganti celana mereka, menangis sekeras-kerasnya, aigoo tidak mungkin aku berpikiran seperti itu, aku ini masih normal!”
“Aaah aku kira kau itu… hahahaha”
“aissssss” tawa minhyuk disambut cemberutnya jungshin.
“Eh, aku ingin lebih tahu banyak soal playgroup ini, apalagi banyak hal ganjil juga disini.”
“Hemm, tanya Eunhee saja bagaimana? ” Jonghyun mengusulkan tapi agak aneh juga aku bertanya ke eun hee, kesannya seperti sok akrab.
“Tidak, kalian tanyakan sendiri saja ya, huh cuma buang-buang waktu bicara dengannya.”
“Hyung, kau dingin sekali kalau membahas Eun hee noona, jangan bermusuhan seperti ini hyung, ingat, kalau bermusuhan lama-lama bisa jadi cinta lho”
“tidak minhyuk, karma itu sepertinya tidak berlaku padaku,”
“ya! Jangan berkata seperti itu hyung, kita lihat saja nanti, karma itu pasti berlaku. Ah itu eun hee, hoiii noonaaaa!” jungshin dan minhyuk kompak membayangiku tentang karma, hah tidak akan ada gunanya, jungshin yang melihat eun hee berjalan di depan kami langsung memanggilnya.
“Eh, aku ingin lebih tahu banyak soal playgroup ini, apalagi banyak hal ganjil juga disini.”
“Hemm, tanya Eunhee saja bagaimana? ” Jonghyun mengusulkan tapi agak aneh juga aku bertanya ke eun hee, kesannya seperti sok akrab.
“Tidak, kalian tanyakan sendiri saja ya, huh cuma buang-buang waktu bicara dengannya.”
“Hyung, kau dingin sekali kalau membahas Eun hee noona, jangan bermusuhan seperti ini hyung, ingat, kalau bermusuhan lama-lama bisa jadi cinta lho”
“tidak minhyuk, karma itu sepertinya tidak berlaku padaku,”
“ya! Jangan berkata seperti itu hyung, kita lihat saja nanti, karma itu pasti berlaku. Ah itu eun hee, hoiii noonaaaa!” jungshin dan minhyuk kompak membayangiku tentang karma, hah tidak akan ada gunanya, jungshin yang melihat eun hee berjalan di depan kami langsung memanggilnya.
-- kim eun hee pov –
“Hoiiii noonaaaa” jungshin memanggilku dari jauh, dia berkumpul dengan namja yang lain. Ah moodku agak baik sekarang karena perutku sudah terisi hahaha, lebih baik aku hampiri saja mereka.
“Ada apa jungshin?”
“Wah noona tersenyum, lebih baik begitu noona, lebih cantik, sekarang kau tidak seperti ahjumma lagi kekeke. Ya kan minhyuk? Ya kan hyung?” hahaha agak malu juga dikatakan seperti itu, aku lihat minhyuk dan jonghyun hanya mengangguk sambil tersenyum simpul, tapi yong hanya diam saja. ah apakah dia tidak melihat perubahanku ini, aku kan sudah bersikap manis sekarang. Aiss kenapa aku ini, tidak ada gunanya juga kan kalau dia merespon senyumku.
“Ada apa jungshin? Apa ada yang harus kita bicarakan disini?”
“Kami ingin tahu tentang playgroup ini noona, bisakah kau menceritakan tentang kami? Apa saja,” tidak ada salahnya jika aku ceritakan dengan mereka sampai jam istirahat usai, lagipula tidak ada yang bisa aku kerjakan sekarang, anak-anak sepertinya bisa menikmati istirahat mereka sendiri, mereka masih ragu mendekati kami, haha begitu juga kami terhadap mereka.
“sebenarnya ini bukan playgroup, kami menyebutnya playgroup hanya agar enak saja didengar, ini tempat belajar buat anak-anak yang kurang mampu, bibinya yong, dia melihat anak-anak umur dua sampai lima tahun berkeliaran di jalan, sebenarnya mereka sudah ceria dengan kesederhanaan mereka tapi ahjumma ingin saja membuat tempat belajar khusus bagi mereka, yaa sekedar pembekalan diri untuk masuk sekolah dasar nanti, ahjumma senang melihat tingkah anak-anak sebesar mereka, mereka gratis belajar disini, mungkin kalian heran melihat tempat ini begitu pula aku waktu pertama kali datang kesini, ahjumma memakai rumah biasa dan terletak diantara perumahan karena suasana terasa lebih akrab disini, di depan tidak ada plang nama sebab dia tidak terlalu ingin memperlihatkan ‘playgroup’nya, murid-murid yang belajar disini adalah hasil pencarian ahjumma, bukan murid-murid itu yang mendaftarkan diri, kalaupun ada yang mendaftar ahjumma akan menerimanya dengan senang hati tapi tentu saja yang mendaftar sedikit sekali karena plang nama saja tidak ada di depan, tidakadanya hiasan disini alasannya sama dengan plang nama tadi selain itu setiap karya yang dibuat anak-anak akan dibawa pulang untuk ditunjukkan pada orangtuanya, ya begitulah kira-kira, ah apakah penjelasanku terlalu panjang?”
“Tidak noona, wah ahjumma begitu baik ternyata, bahkan dia jauh lebih baik daripada yonghwa hyung.” Yonghwa mendelik ke arah minhyuk, minhyuk hanya nyengir. Tapi aigoo sudah jam masuk sekarang aku harus membunyikan bel.
“Mian, aku harus membunyikan bel sekarang. Kalian duluan saja ya ke kelasnya.” Aku pun melangkah menuju tempat menyembunyikan bel.
“Hoiiii noonaaaa” jungshin memanggilku dari jauh, dia berkumpul dengan namja yang lain. Ah moodku agak baik sekarang karena perutku sudah terisi hahaha, lebih baik aku hampiri saja mereka.
“Ada apa jungshin?”
“Wah noona tersenyum, lebih baik begitu noona, lebih cantik, sekarang kau tidak seperti ahjumma lagi kekeke. Ya kan minhyuk? Ya kan hyung?” hahaha agak malu juga dikatakan seperti itu, aku lihat minhyuk dan jonghyun hanya mengangguk sambil tersenyum simpul, tapi yong hanya diam saja. ah apakah dia tidak melihat perubahanku ini, aku kan sudah bersikap manis sekarang. Aiss kenapa aku ini, tidak ada gunanya juga kan kalau dia merespon senyumku.
“Ada apa jungshin? Apa ada yang harus kita bicarakan disini?”
“Kami ingin tahu tentang playgroup ini noona, bisakah kau menceritakan tentang kami? Apa saja,” tidak ada salahnya jika aku ceritakan dengan mereka sampai jam istirahat usai, lagipula tidak ada yang bisa aku kerjakan sekarang, anak-anak sepertinya bisa menikmati istirahat mereka sendiri, mereka masih ragu mendekati kami, haha begitu juga kami terhadap mereka.
“sebenarnya ini bukan playgroup, kami menyebutnya playgroup hanya agar enak saja didengar, ini tempat belajar buat anak-anak yang kurang mampu, bibinya yong, dia melihat anak-anak umur dua sampai lima tahun berkeliaran di jalan, sebenarnya mereka sudah ceria dengan kesederhanaan mereka tapi ahjumma ingin saja membuat tempat belajar khusus bagi mereka, yaa sekedar pembekalan diri untuk masuk sekolah dasar nanti, ahjumma senang melihat tingkah anak-anak sebesar mereka, mereka gratis belajar disini, mungkin kalian heran melihat tempat ini begitu pula aku waktu pertama kali datang kesini, ahjumma memakai rumah biasa dan terletak diantara perumahan karena suasana terasa lebih akrab disini, di depan tidak ada plang nama sebab dia tidak terlalu ingin memperlihatkan ‘playgroup’nya, murid-murid yang belajar disini adalah hasil pencarian ahjumma, bukan murid-murid itu yang mendaftarkan diri, kalaupun ada yang mendaftar ahjumma akan menerimanya dengan senang hati tapi tentu saja yang mendaftar sedikit sekali karena plang nama saja tidak ada di depan, tidakadanya hiasan disini alasannya sama dengan plang nama tadi selain itu setiap karya yang dibuat anak-anak akan dibawa pulang untuk ditunjukkan pada orangtuanya, ya begitulah kira-kira, ah apakah penjelasanku terlalu panjang?”
“Tidak noona, wah ahjumma begitu baik ternyata, bahkan dia jauh lebih baik daripada yonghwa hyung.” Yonghwa mendelik ke arah minhyuk, minhyuk hanya nyengir. Tapi aigoo sudah jam masuk sekarang aku harus membunyikan bel.
“Mian, aku harus membunyikan bel sekarang. Kalian duluan saja ya ke kelasnya.” Aku pun melangkah menuju tempat menyembunyikan bel.
-- jung yong hwa pov –
Eun hee melangkah pergi, aku sadar tidak biasanya aku hanya diam begini, ah mungkin pengaruh perut mual tadi, tapi tidak juga, aissss apa yang terjadi padaku sekarang?!
“Hyung? Waeyo? Kau diam lagi. Ahh aku tahu pasti karena senyumannya eun hee, baru sekali senyum saja sudah membuatmu begini hyung, bagaimana empat hari kedepan?”
“Mwo? Tidak jonghyun, aisss kenapa kau jadi ikut-ikutan menggodaku seperti ini? Lebih baik kita ke kelas sekarang para dongsaengku, kita akan memulai petualangan kita hahaha”
“Huh mengalihkan pembicaraan” jonghyun cemberut tapi aku biarkan saja, kami berjalan dengan hati was was, tapi aku berjalan riang padahal aku tidak bersemangat sekali sebelumnya.
-- kim eun hee pov –
Anak-anak berhamburan masuk kelas setelah mendengar bel, sesampai disana aku melihat namja-namja itu hanya berdiri diam didepan anak-anak, babo harus ya aku yang memulai duluan?
“Annyeong adik-adik” aku memanggil mereka adik saja, aku kan bukan ahjumma.
“ANNYEOOOONG NOOOONAAAA!!!” suara itu keras sekali, tapi masih hening. Jelas saja hanya anak kecil satu itu yang menyahut, siapa namanya? Ah iya dongkyung. Namja-namja itu yang melihatku pun ikut menyapa anak-anak dengan semangat.
“Annyeong adik-adik manis”
“ANYYEONG OPPAAAA” ya! Apa-apaan ini, separuh dari kelas –anak perempuan- menjawab salam mereka aissssss.
“Jadi, kita belajar apa hari ini? Bagaimana kalau matematika?” sepertinya dengan mengusulkan sesuatu anak-anak akan mulai menyukaiku.
“Tidak, jangan matematika, sekalipun pelajaran matematika playgroup sangat mudah, tidak bisakah kau usulkan yang lain? Seperti bahasa inggris misalnya, bagaimana anak-anak?”
“Aisss apa-apaan kau ini tiba-tiba menolak usulanku, lebih baik kau diam saja seperti tadi, atau belajar lagi naik bus, pokoknya MATEMATIKA” aku memang cukup ahli dalam pelajaran ini, tapi bahasa inggris adalah kelemahanku sekalipun pelajaran bahasa inggris anak-anak playgroup hanya sebatas kata benda yang sederhana, tapi aku tetap tidak mau.
-- jung yong hwa pov –
Lagi-lagi dia mengajakku berkelahi, yang benar saja, matematika itu kelemahanku. Aku tidak mau dipermalukan didepan anak-anak.
“BAHASA INGGRIS!”
“MATEMATIKA!”
“BAHASA INGGRIS!”
“MATEMATIKA!” kami mengulang perdebatan ini entah sampai beberapa kali.
“Berhentiiiiiii! Sadarkah kalian kalau kalian sedang memperlihatkan kelemahan kalian didepan anak-anak ini. Nah adik-adik karena ini hari pertama bagaimana kalau kita menyanyikan lagu penjumlahan dengan bahasa inggris, aku akan mengajari kalian, siapa yang cepat menghapalnya akan aku berikan roti kekeke, kalian setuju?” omo jonghyun, aku tidak tahu kalau dia bisa menemukan cara yang tepat mengajar anak-anak playgroup. Semua anak setuju, hari ini kami lalui dengan bernyanyi, anak-anak semua tampak bergembira.
“Berhentiiiiiii! Sadarkah kalian kalau kalian sedang memperlihatkan kelemahan kalian didepan anak-anak ini. Nah adik-adik karena ini hari pertama bagaimana kalau kita menyanyikan lagu penjumlahan dengan bahasa inggris, aku akan mengajari kalian, siapa yang cepat menghapalnya akan aku berikan roti kekeke, kalian setuju?” omo jonghyun, aku tidak tahu kalau dia bisa menemukan cara yang tepat mengajar anak-anak playgroup. Semua anak setuju, hari ini kami lalui dengan bernyanyi, anak-anak semua tampak bergembira.
Tidak terasa hari berlalu begitu saja, bel pulang berbunyi. Senang juga melihat mereka, ah aku rasa aku mulai menikmatinya.
“Noona pulang dengan siapa?”
“Tentu saja naik bus, jungshin, aku kan sudah biasa. Lalu kalian bagaimana? Tidak mungkin naik bus kan? Yang ada dia malah mual-mual lagi” aiss apa-apaan dia sambil menyindirku begitu.
“Ya ampun, hahaha aku bertanya padamu tapi bahkan tidak tahu bagaimana dengan kami. Hehehe kita pulang dengan bus jugakah hyung?” tiba-tiba eun hee memotong pembicaraan, dia bilang dia harus pamit pulang sekarang, kami hanya mengangguk, tiba-tiba aku masih ingin bersama dengannya, aih apa-apaan pikiranku ini.
“Kita hubungi supirku saja, tidak usah bingung”
“Kau membawa handphone hyung? Ku kira tidak, kenapa tadi kau mau saja naik bus.”
“habis bagaimana lagi minhyuk? Aku takut dibilang anak manja oleh eun hee”
“Hyung benar juga ya, walaupun pada akhirnya itu terjadi karena insiden muntah hahaha” aissss
Aku menelpon supirku, saat pulang kami mempersiapkan diri untuk besok, hari pertama libur kami, kami tidak mau kalah lagi dengan jonghyun kekeke.
“Noona pulang dengan siapa?”
“Tentu saja naik bus, jungshin, aku kan sudah biasa. Lalu kalian bagaimana? Tidak mungkin naik bus kan? Yang ada dia malah mual-mual lagi” aiss apa-apaan dia sambil menyindirku begitu.
“Ya ampun, hahaha aku bertanya padamu tapi bahkan tidak tahu bagaimana dengan kami. Hehehe kita pulang dengan bus jugakah hyung?” tiba-tiba eun hee memotong pembicaraan, dia bilang dia harus pamit pulang sekarang, kami hanya mengangguk, tiba-tiba aku masih ingin bersama dengannya, aih apa-apaan pikiranku ini.
“Kita hubungi supirku saja, tidak usah bingung”
“Kau membawa handphone hyung? Ku kira tidak, kenapa tadi kau mau saja naik bus.”
“habis bagaimana lagi minhyuk? Aku takut dibilang anak manja oleh eun hee”
“Hyung benar juga ya, walaupun pada akhirnya itu terjadi karena insiden muntah hahaha” aissss
Aku menelpon supirku, saat pulang kami mempersiapkan diri untuk besok, hari pertama libur kami, kami tidak mau kalah lagi dengan jonghyun kekeke.
-- kim eun hee pov –
Ini hari pertamaku mengajar bersama namja itu, ah tadi malam aku sampai memimpikanya karena tidak sabar, tapi kenapa yonghwa yang banyak muncul di mimpiku? Bahkan aku nyenyak sekali tadi malam, aigo apa ini? Ahh sudah waktunya aku berangkat.
…..
“Annyeong” baru sampai gerbang aku sudah bertemu mereka, waah sekarang mereka bawa mobil, ya ternyata benar keluarga yong kaya sekali.
“Annyeong” aku menjawab sapaan mereka, mereka menemaniku membunyikan bel karena sudah saatnya masuk, kamipun berjalaan ke kelas, tapi kenapa ribut sekali anak-anak didalam kelas?
“Annyeong adik-adik, wah sudah banyak yang datang ya? Kalian rajin sekali." Tidak ada jawaban, aigoo anak-anak perempuan itu, mereka adu mulut!
“Adik-adik ada apa ini?” minhyuk mencoba mendiamkan mereka.
“Oppa, dia bilang jonghyun oppa adalah miliknya, tentu saja aku tidak terima!” ya ampun, jadi ini? Hahaha anak-anak ini, ingin tertawa rasanya, baru kemarin mereka diluluhkan oleh jonghyun, sekarang langsung suka. Memang, kalau aku lihat susah juga untuk menolak ketampanannya, tidak hanya dia, mereka semua aku akui tampan, oh oh seharusnya aku beruntung ada disini hahaha.
“Jadi ini masalahnya? Aku ini milik kalian semua adik-adik, nah jadi aku harap semuanya duduk dulu dengan tenang” anak-anak perempuan yang melihatnya langsung tersenyum.
“Tapi oppa, setelah besar nanti kau akan menjadi suamiku kan?”
“Mwo? yah, tapi kalau kau sudah besar tentu saja aku juga bertambah tua seperti ini” jonghyun membuat mukanya sejelek mungkin, walaupun wajahnya tetap tampan, tapi sepertinya itu mempan membuat anak itu menyurutkan keinginannya.
“Ah benarkah? Aku tidak mau. Minhyuk oppa, aku denganmu saja ya?”
“Kau lihat jonghyun hyung tadi kan? Seperti itulah aku nanti”
“Tidak mungkin, jangan membohongiku oppa, kulitmu halus sekali, tidak akan berubah sepertinya, pokoknya kau harus jadi suamiku nanti”
“Bagaimana denganku? Kulitku tidak kalah halus,” jungshin? Aisss kau ini.
“Waaaaah benaaaar, aku punya dua suami jadinya”
Anak itu benar-benar lucu, yonghwa sepertinya tidak tertarik menjadi suami anak itu hahaha, aku rasa dia tidak sekonyol itu. Dia mendekati anak tadi yang mangatakan kalau jonghyun adalah miliknya, anak itu memang kelihatan cemberut setelah adu mulut tadi.
“Adik manis, jangan sedih ya. Namamu siapa?”
“Kang Eun Jin, oppa”
“Nah Eunjin, Oppa kebetulan membawa sesuatu, tunggu ya,” yongwa lalu pergi tapi sebentar saja dia sudah kembali kehadapan anak itu sambil membawa gitar, namja lain sibuk bercanda dengan anak lain. Omo aku tidak percaya ini, dia bisa bernyanyi, dan suaranya sangat merdu! Aigoo hatiku bisa-bisa meleleh mendengarnya. Hei namja menyebalkan, aku tidak tau ini apa tapi kau benar-benar memasuki pikiranku.
Ini hari pertamaku mengajar bersama namja itu, ah tadi malam aku sampai memimpikanya karena tidak sabar, tapi kenapa yonghwa yang banyak muncul di mimpiku? Bahkan aku nyenyak sekali tadi malam, aigo apa ini? Ahh sudah waktunya aku berangkat.
…..
“Annyeong” baru sampai gerbang aku sudah bertemu mereka, waah sekarang mereka bawa mobil, ya ternyata benar keluarga yong kaya sekali.
“Annyeong” aku menjawab sapaan mereka, mereka menemaniku membunyikan bel karena sudah saatnya masuk, kamipun berjalaan ke kelas, tapi kenapa ribut sekali anak-anak didalam kelas?
“Annyeong adik-adik, wah sudah banyak yang datang ya? Kalian rajin sekali." Tidak ada jawaban, aigoo anak-anak perempuan itu, mereka adu mulut!
“Adik-adik ada apa ini?” minhyuk mencoba mendiamkan mereka.
“Oppa, dia bilang jonghyun oppa adalah miliknya, tentu saja aku tidak terima!” ya ampun, jadi ini? Hahaha anak-anak ini, ingin tertawa rasanya, baru kemarin mereka diluluhkan oleh jonghyun, sekarang langsung suka. Memang, kalau aku lihat susah juga untuk menolak ketampanannya, tidak hanya dia, mereka semua aku akui tampan, oh oh seharusnya aku beruntung ada disini hahaha.
“Jadi ini masalahnya? Aku ini milik kalian semua adik-adik, nah jadi aku harap semuanya duduk dulu dengan tenang” anak-anak perempuan yang melihatnya langsung tersenyum.
“Tapi oppa, setelah besar nanti kau akan menjadi suamiku kan?”
“Mwo? yah, tapi kalau kau sudah besar tentu saja aku juga bertambah tua seperti ini” jonghyun membuat mukanya sejelek mungkin, walaupun wajahnya tetap tampan, tapi sepertinya itu mempan membuat anak itu menyurutkan keinginannya.
“Ah benarkah? Aku tidak mau. Minhyuk oppa, aku denganmu saja ya?”
“Kau lihat jonghyun hyung tadi kan? Seperti itulah aku nanti”
“Tidak mungkin, jangan membohongiku oppa, kulitmu halus sekali, tidak akan berubah sepertinya, pokoknya kau harus jadi suamiku nanti”
“Bagaimana denganku? Kulitku tidak kalah halus,” jungshin? Aisss kau ini.
“Waaaaah benaaaar, aku punya dua suami jadinya”
Anak itu benar-benar lucu, yonghwa sepertinya tidak tertarik menjadi suami anak itu hahaha, aku rasa dia tidak sekonyol itu. Dia mendekati anak tadi yang mangatakan kalau jonghyun adalah miliknya, anak itu memang kelihatan cemberut setelah adu mulut tadi.
“Adik manis, jangan sedih ya. Namamu siapa?”
“Kang Eun Jin, oppa”
“Nah Eunjin, Oppa kebetulan membawa sesuatu, tunggu ya,” yongwa lalu pergi tapi sebentar saja dia sudah kembali kehadapan anak itu sambil membawa gitar, namja lain sibuk bercanda dengan anak lain. Omo aku tidak percaya ini, dia bisa bernyanyi, dan suaranya sangat merdu! Aigoo hatiku bisa-bisa meleleh mendengarnya. Hei namja menyebalkan, aku tidak tau ini apa tapi kau benar-benar memasuki pikiranku.
-- jung yong hwa pov –
Anak kecil ini senang melihat permainanku, ah ternyata melihat mereka senang sangat mengembirakan. Ya jujur saja, aku melakukan ini tidak hanya untuk membuat anak-anak disini terenyum, aku juga ingin menarik perhatian yeoja satu itu, Kim Eunhee, aku tidak tau kenapa aku melakukan ini, tapi aku menikmatinya.
Hari ini kami lalui dengan bermain sambil belajar. Berhubung aku membawa gitar, benda ini kugunakan untuk menarik perhatian anak-anak, yang lain punya cara yang berbeda. Eun Hee sejak tadi mengajari mereka berhitung, anak-anak sampai kami buat bingung karena lima menit bernyanyi, kemudian berhitung, kemudian bernyanyi lagi dan begitulah seterusnya. Jonghyun, minhyuk, jungshin aku tidak tahu mereka melakukan apa karena memang yang kuperhatikan hanya Eun Hee seorang kekeke~ jika ada yang menyimpulkan aku jatuh cinta, aku sendiri tidak tahu ini apa.
Selama isitirahat aku hanya termenung, untung sahabat-sahabatku ini tidak ada yang menyadarinya, mereka tiba-tiba membicarakan band begitu semangat. Aku dukung kalian kawan, tapi biarkan aku bermenung sejenak hahaha. Saat masuk kembali, kami mengajarkan anak-anak menggambar. Aku menyimpan gambar-gambar mereka sebagai kenang-kenangan.
Lagi-lagi tidak terasa bel pulang berbunyi.
“Hyung?”
“Ya jonghyun?”
“Kau tega tidak kalau eun hee naik bus, sedangkan kita naik mobil.” Eun Hee terkejut, kepalanya menggeleng sambil melihat kearah jonghyun.
“baiklah, Eunhee pergi bersama kita” mendengar ucapanku eun hee terkejut (lagi), “ayo eun hee,” aku menarik tangannya, hahaha kesempatan.
“Hyung, aku mencium gelagat tidak baik disini” aihh jungshin, kau memang mengerti aku hahaha.
“Hyung?”
“Ya jonghyun?”
“Kau tega tidak kalau eun hee naik bus, sedangkan kita naik mobil.” Eun Hee terkejut, kepalanya menggeleng sambil melihat kearah jonghyun.
“baiklah, Eunhee pergi bersama kita” mendengar ucapanku eun hee terkejut (lagi), “ayo eun hee,” aku menarik tangannya, hahaha kesempatan.
“Hyung, aku mencium gelagat tidak baik disini” aihh jungshin, kau memang mengerti aku hahaha.
-- kim eun hee –
Yonghwa, kenapa dia tiba-tiba jadi begini? Apa ini tandanya damai? Tapi kan tidak seharusnya begini, ah tapi aku senang hahaha.
Sekarang aku sudah di mobil, aku menunjukkan arah menuju rumahku.
“Berhenti!”
“Disini?” Muka jonghyun heran.
“Ne, wae?”
“Berhenti!”
“Disini?” Muka jonghyun heran.
“Ne, wae?”
-- jung yong hwa pov –
“Tidak apa-apa” jonghyun sepertinya sama denganku, heran dengan ini. Rumahnya cukup besar, tidak seperti rumah gadis remaja yang benar-benar butuh pekerjaan untuk meneruskan hidup, kalau dilihat dari rumahnya, orangtuanya pasti sanggup membelikan dia apa yang dia perlukan. Tapi yasudahlah, nanti juga aku akan tahu yang sebenarnya. Kami kemudian melanjutkan perjalanan kerumah masing-masing.
-- kim eun hee pov –
Aigoo masih teringat kejadian semalam, untung saja aku bisa menyembunyikan gugupku waktu dia manarik tanganku. Lagi-lagi aku memimpikannya, aiss perasaan apa ini? Cinta? Arrrgh tapi kami baru beberapa hari ketemu. Tidak mungkin kan?
“Annyeong” aku menyapa anak-anak dan namja-namja itu ketika tiba di kelas, aku agak telat hari ini karena kebanyakan melamun tadi pagi.
“Annyeong. noona kau contoh yang tidak baik!”
“Kekeke mianhae minhyuk, sedang apa kalian?”
“Membantu mereka menyusun puzzle, tadi aku melihatnya dilemari sekolah jadi aku bawa saja.”
“Oh, eh kalian cuma bertiga?”
“Noona, kalau ingin bertanya yonghwa hyung ada dimana tanyakan saja, tidak usah berbelit-belit seperti itu” aissss “tuh lihat”
Aku melihat kearah yang ditunjukkan jungshin, omoo anak kecil yang kemarin dihibur yonghwa sedang mengejarnya minta digendong. Ah aku jadi teringat dongkyung, aigo jahat sekali aku kemarin melupakannya.
“Hai dongkyung, kau butuh bantuan noona?”
“Tidak” sepertinya anak ini marah padaku, jawabannya saja singkat begitu.
“Dongkyung marah pada noona?”
“Tidak” aisss
“Apa karena kemarin noona tidak menyapamu? Mian ya dongkyung?”
“Noona tidak hanya mendiamkanku, tapi noona kenapa sih senang sekali bercanda dengan jungshin oppa? Terus kemarin aku melihat noona pegangan tangan dengan yonghwa oppa”
“Mwo? Kau salah liat dongkyung, sudah lupakan saja ya. Kita mulai dari awal lagi oke?” aku tersenyum sambil mengacungkan jari kelingking ku ke arahnya, dia menyambutanya huhu anak baik.
“Mulai dari awal itu maksudnya apa noona?” gubrak, aku lupa kalau bahasaku sulit dimengerti olehnya.
“Tidak ada, pokoknya kita berteman lagi”
-- jung yong hwa pov –
“Aduh Eunjin, haruskah oppa menggendongmu?”
“Oppa jahat sekali kalau tidak mau menggendongku” mukanya kelihatan sedih, ah aku tak tega.
“Baiklah, ayo naik” aku pun duduk dan dia menggantung di punggungku. “Kenapa tidak dengan jungshin oppa, dia kan tinggi jadi pasti lebih seru diatas sana.”
“Aih oppa, justru karena itu aku takut, makanya aku cari oppa yang paling pendek disini supaya aku tidak ketakutan” huhuhu menyedihkannya aku dibilang pendek.
“Oppa, ayo terbang” aigo yasudahlah, ah tiba-tiba aku ingin berkelahi dengan Eunjin. Aku pun melancarkan aksiku, aku menabraknya hihi.
“Awwwww” eh? Apa aku terlalu keras menubruknya. “Babo. Kau tidak bisa hati-hati apa?”
“Eunhee, apa kau tak apa? M m mianhaeyo” dia diam saja sambil memperhatikan punggung tangannya, aigo berdarah! Aku tidak tahu kalau tangan Eunhee tergores, ternyata kadang kertas cukup kuat juga untuk menggores tangan seseorang.
-TBC-
ff mu sukses bikin aku di tegor sama dosen gara2 senyum2 sendiri.
ReplyDeletesuka deh sama ceritanya, tema nya ringan tapi enak dibaca.
aku belum baca yg ketiga lho, nanti aja kejutan pas posting minggu depan hehehe
ketauan onni suka online pas dosennya lagi nerangin xD
ReplyDeleteohya ga apa deh, yang penting hati udah lega bisa nyelesein ini /plak :D
aigoooo yong nya lucu bgt sih gak mau ngaku kalo suka hohohoho. ada part 3 ya?? ayo posting, mpeb onni dipostingnya cepetan yo
ReplyDeleteko nggak ada yg kena ompol seeeh .. :P
ReplyDeletekalo anak eonni yg playgup tutornya cnblue, emaknya bakal rajin nungguin di sekolah
wkwkwk