Friday, April 22, 2011

St. Valentine's Bodyguard [part 4: Electric Heart - end]


Author: kang hyeri [@mpebriar]

Genre: romance

Length: chaptered

Rating: T

Cast:

  • Kang Minhyuk CNBLUE
  • Park Hanyoung
  • Jung Yonghwa CNBLUE
Disclaimer: cerita ini ga ada di komik kayak part 1 & 2


Electric heart, ga ngaru sama judul lagunya SHINee atau ceritanya ngacu ke lirik Electric Heart, arti liriknya aja gatau apaan #curhat. selamat membaca chingudeul



Semua kembali seperti semula, masa-masa sebelum sebulan yang lalu, di mana Kang Minhyuk mengantar –lebih tepatnya mengawal- sang foto model Park Hanyoung ke rumah begitu sekolah usai. Kemunculan Minhyuk tadi pagi membuat Hanyoung dan teman-teman sekelasnya terkejut. Selama sebulan Minhyuk tidak kelihatan batang hidungnya, tidak pula memberi kabar mengenai kepergiannya, tahu-tahu muncul di kelas.

Hanyoung yang ingin sekali ngobrol banyak dengan Minhyuk di sekolah, namun terhadang oleh teman-teman yang lain yang mengerubungi Minhyuk. Tapi begitu kesempatan bicara berdua itu ada, Hanyoung tidak bisa bicara sepatah katapun. Sejak di sekolah hingga di tengah perjalanan, Hanyoung dan Minhyuk hanya berdiam diri. Rasa canggung menyelimuti mereka, mengingat kejadian yang terjadi sebulan yang lalu.

Lampu hijau menyala, Hanyoung melangkah menyebrang.

“HANYOUNG?!” teriak Minhyuk.

Tiba-tiba Minhyuk menarik kasar lengan kanan Hanyoung hingga tak sengaja jatuh ke pelukan Minhyuk. Minhyuk spontan memeluk erat tubuh Hanyoung di pinggir jalan.

“Ya! Kau mau mati hah?” tanya Minhyuk.

“A...aku... Tapi lampunya tadi hijau kok,” kilah Hanyoung.

“Itu lampu untuk kendaraan, pabo!”

Hanyoung ingin mengeceknya, tapi eratnya pelukan Minhyuk membuat Hanyoung tidak bisa bergerak.

“Minhyuk-ah! Sesak!”

Minhyuk yang mulai menyadarinya akhirnya melepaskan pelukannya. Wajahnya memerah, ditambah begitu tau kalau orang-orang sedang memandangi mereka. Minhyuk sendiri masih tidak percaya apa yang telah dilakukannya tadi. Rasa ingin memeluk Hanyoung muncul secara tiba-tiba, rasa yang selalu ia rasakan begitu Hanyoung tidak ada di sisinya.

“Minhyuk, jangan bengong. Lampu penyebrangan (?) udah hijau. Kajja, nanti keburu merah,” kata Hanyoung seraya menarik tangan Minhyuk. Minhyukpun hanya menurut. Dan entah kenapa sentuhan tangan Hanyoung bagaikan setruman listrik bagi Minhyuk.

Hanyoung yang berjalan mendahului Minhyuk –masih bergandengan tangan- hanya senyum-senyum sendiri. Buru-buru dia hapus senyuman itu, takut Minhyuk menyadarinya. Buru-buru pula Hanyoung lepaskan genggamannya begitu mereka sudah menyebrang. Hanyoung rasanya ingin menyebrang lagi. Hanyoung juga merasakan setruman listrik yang sama seperti yang dialami Minhyuk.

“Hanyoung-ah, kau mau es krim tidak?”

-

Hanyoung dan Minhyuk duduk di bangku taman, sesekali menikmati es krim cone mereka masing-masing. Suasana canggung masih meliputi mereka.

“Hmm, Jungshin apa kabar?” tanya Minhyuk membuka percakapan.

“Oppa baik-baik saja, dia sudah kembali ke Australia. Kau tidak tanya kabarku?”

“Park Hanyoung ku pasti baik-baik saja. Ups!” Minhyuk rasanya ingin mengutuk mulutnya. Kau ini kenapa, Minhyuk? batin Minhyuk.

“Hahaha, kau ada-ada saja.” Hanyoung ternyata tidak menyadarinya. Debaran jantungnya yang kencang mampu mengacaukan pendengaran Hanyoung.

“Minhyuk-ah, untuk kejadian waktu itu...”

“Ah, mianhae. Aku tahu aku salah, ga seharusnya aku memanfaatkanmu. Kalau tahu begitu seharusnya aku jujur dari awal. Tapi bu direktur melarangku memberitahumu.”

“Cih, nenek sihir itu!”

Sebenarnya bukan itu yang Hanyoung maksud, untuk masalah itu dia sudah memaafkannya. Mengenai kejadian sebulan yang lalu, kejadian dimana Minhyuk yang hampir mencium dirinya. Apa dia serius atau hanya main-main?

Sudahlah, mungkin dia hanya main-main, tapi rasanya....., batin Hanyoung.

“Jadi, kenapa kau kembali. Ada kasus baru?”

“Aniyo! Kan aku sudah bilang tadi, aku juga butuh sekolah. Sambil menunggu kasus datang.”

“Aku ga nyangka kau ternyata seorang... agen rahasia. Umurmu masih sangat muda, bagaimana bisa?”

“Aku ingin seperti ayahku dan ayahku memang menginginkanku seperti dirinya. Makanya sejak kecil aku sudah dilatih. Dan kemampuanku tidak bisa dipandang sebelah mata.”

“Waw! Jadi selama ini kau hanya pura-pura menjadi orang yang lemah?” seru Hanyoung. Minhyuk pun mengangguk. “Pantas saja. Tidak mungkin namja sebesar kau takut sekali dengan anak kucing, kekeke.” Minhyuk hanya ikut terkekeh.

“Ke mana saja kau selama ini? Pergi tanpa pamit, tidak pernah menghubungiku sama sekali.”

“Selama ini aku hanya di markas. Mianhae! Aku kira kau marah, makanya aku tidak berani menampakkan wajahku di depanmu.” Mana mungkin Minhyuk berani setelah apa yang nyaris dilakukannya sebulan yang lalu. Saat itu dia memang tidak main-main.

“Di markas, tidak ada hanya aku saja, masih ada belasan namja bahkan yeoja muda yang hampir sebaya denganku. Kami dididik dan dilatih. Oh ya, ada satu orang yang benar-benar menjadi panutanku. Dia di atasku 2 tahun, sudah kuanggap sebagai hyung ku sendiri. Kau mengenalnya.”

“Jinjja? Siapa?”

“Bagaimana kalau kau ikut aku sekarang ke bandara. Hari ini dia kembali dari Paris.”

Rasa penasaran membuat Hanyoung mengaggukan kepalanya.

-

“HYUNG!!” teriak Minhyuk begitu melihat seseorang yang dikenalnya keluar dari gate.

“Minhyukkie!” sahut orang itu.

Hanyoung hanya menutup mulutnya, tidak percaya dengan orang yang kini telah berada di hadapan dirinya dan Minhyuk.

“Welcome back, hyung,” sapa Minhyuk.

“Annyeong Minhyuk, annyeong Hanyoung!”

“Yonghwa oppa?”

-

“Kau mau pesan apa, Youngie?” tanya Yonghwa sambil membolak-balikkan menu makanan.

“Aku mau salad aja.”

“Kau, Minhyuk?”

“Sama.”

Yonghwapun memanggil pelayan dan mulai memesan.

“Aku ga nyangka oppa ternyata sama kayak Minhyuk.”

“Haha itulah pekerjaan asliku. Menjadi model hanya side job ku saja. Aku kaget lho begitu Minhyuk cerita kalau dia menjadi bodyguardmu. Rasanya aku cemburu,” Yonghwa mengedipkan sebelah matanya.

“Oppa bisa aja. Bagaimana Paris? Hampir setahun aku tidak berjumpa denganmu. Bogoshippo...”

“Nado. Paris baik-baik saja, akunya yang tidak baik-baik saja. Menjadi foto model di Paris ternyata ga semudah yang aku bayangkan. Di sana aku masih tidak ada apa-apanya.”

“Tapi itu kan dulu. Sekarang banyak majalah yang memuat artikel tentangmu. Aku salut padamu oppa.”

“Gomawo. Apa kau masih di Young Saturday?”

“Ye. Bagiku Young Saturday sudah menjadi rumah keduaku. Kenapa tidak memberitahuku kalau kau kembali ke Korea?”

Jung Yonghwa adalah seorang foto model senior yang juga dikontrak selama setahun oleh majalah Young Saturday, itupun masa kontrak sudah habis setahun yang lalu. Yonghwa lah yang banyak mengajarkan Hanyoung bagaimana menjadi seorang foto model yang baik.

“Aku tidak kembali, aku hanya ke sini untuk tiga hari. Aku ada urusan dengan bosku.”

“ Bosmu? Bos Minhyuk juga?”

“Ye. Lagi pula kasusku di Paris belum selesai.”

“Kau sedang menangani kasus apa, oppa?”

“Mafia senjata. Ada sekelompok penyelundup senjata besar yang masih kuselidiki setahun ini. Mereka lihai seperti belut. Ah jangan bahas pekerjaanku yang ini, aku yakin kau akan bosan.”

“Kau lebih suka menjadi agen rahasia apa model? Aku kira kau sangat mencintai dunia model, ternyata hanya pekerjaan sampingmu. Apa tidak saling berbenturan?”

“Tidak. Walaupun hanya pekerjaan sampingan, tapi aku sangat menyukainya. Kau kira jadi model hanya kedokku saja? Aku juga suka dunia model. Karena itu aku masih mempertahankan side job ku ini.”

Sejak di bandara hingga di restoran, Yonghwa dan Hanyoung terus saja mengobrol. Mereka seakan lupa kalau mereka tidak hanya berdua. Minhyuk yang dari tadi hanya bisa menyaksikan mereka berdua ngobrol, terus saja menyesali keputusannya tadi untuk mengajak Hanyoung ikut menjemput Yonghwa. Andai waktu bisa diputar.

Dengan mobil pinjaman, Yonghwa mengantar Hanyoung pulang. Minhyuk masih bersama mereka, duduk di bangku belakang sendirian. Aku hanya benalu, batin Minhyuk. mereka berdua terus saja ngobrol tiada henti.

“Sudah sampai!” seru Yonghwa begitu dia menekan rem dan kopling dengan kedua kakinya.

“Gomawo oppa. Kau tidak mau mampir? Adikku pasti senang kalau tahu idolanya sudah pulang.”

“Haha tidak terima kasih. Aku langsung pulang saja. Sampaikan salamku untuknya.”

“Oke. Annyeong, oppa!”

Bahkan dia tidak memberi salam padaku, aish!

Yonghwa melepaskan injakan rem dan dengan perlahan melepas injakan kopling. Tangan kanannya dengan lincah memasukkan gigi satu.

“Kau dari tadi hanya diam saja, Minhyuk? sakit?”

“Ani! Mianhae hyung kalau aku mengganggu acaramu.”

“Acaraku? Maksudnya?”

“Seharusnya aku tidak ikut menjemputmu tadi.” Minhyuk mengerucutkan bibirnya. Yonghwa yang melihatnya melalui kaca hanya terkekeh.

“Kekeke! Kau marah karena kami cuekin atau...cemburu?”

“CEMBURU???”

“Ya! Pelankan suaramu, aku ga tuli. Ternyata adikku yang terkenal cengeng ini sudah besar rupanya.”

“Mworago?”

“Kau menyukai Hanyoung kan? Ga usah mengelak.”

Minhyuk hanya gelagapan. Wajahnya memerah. Untung saja gelapnya malam membuat wajah Minhyuk kurang terlihat oleh Yonghwa melalui kaca.

“Aniya. Aku tidak menyukainya.”

“Benarkah? Dia gadis yang cantik, kuat dan periang. Berada di dekatnya membuatku senang. Dia itu tipe gadis idealku. Kalau kau tidak mau ya untukku saja.”

Yonghwa menatap kaca atas, penasaran dengan ekspresi Minhyuk. Ekspresi yang sudah Yonghwa duga. Dengan smirk devil nya dia bergumam pelan, “Lihat saja, Minhyuk!”

-

Begitu Hanyoung mengunci pintu rumah, dia dikejutkan dengan sosok Minhyuk yang ternyata sedari tadi berdiri di depan pagar. Minhyuk yang menyadari kedatangan Hanyoung, bergegas berjalan ke arah Hanyoung.

“Annyeong, Hanyoung-ah!” sapa Minhyuk.

“Annyeong, Minhyuk! Kau ngapain di sini?”

“Tentu saja menjemputmu. Memang biasanya begitu kan?”

“Memangnya kau masih menjadi bodyguardku?”

“Loh? Kapan aku pernah mengundurkan diri? Lagian bu direktur masih mengharapkanku.”

Hanyoung berpikir sejenak. Yang dibilang Minhyuk memang ada benarnya.

“Ya sudah, kau bareng kami saja.”

“Kami?” tanya Minhyuk

Hanyoung menunjuk ke arah belakang Minhyuk. Sebuah mobil sedan putih mendekat, lalu berhenti tepat di belakang Minhyuk. Sang pengemudi pun turun dari mobil.

“Annyeong!” sapa Yonghwa.

“Annyeong, oppa!”

Minhyuk hanya terdiam. Baru kali ini kedatangan Yonghwa membuat mood baik Minhyuk menurun.

“Minhyuk-ah, kau ngapain di sini?”

“Aku kan bodyguardnya, memang sudah seharusnya aku selalu di dekatnya.”

Yonghwa menaikkan sebelah alisnya. “Jeongmalyo? Tadi aku baru saja dari rumah Harim ahjumma, katanya kau sudah mengundurkan diri sebulan yang lalu.”

“Mworago? Mengundurkan diri? Minhyuk, coba jelaskan!” tegas Hanyoung.

Minhyuk terdiam. Dia menghirup udara dalam-dalam dan menghempaskannya seraya berkata ‘hah’. “Baiklah, aku mengaku kalau aku berbohong. Mianhae, Hanyoung. Bukan maksudku membohongimu. Hanya saja...aku...”

“Aku apa?”

“Aku...ingin...”

“Hanyoung-ah, bisa aku bicara serius padamu?” tanya Yonghwa memotong ucapan Minhyuk.

“Bicara apa, oppa?”

Yonghwa melirik ke arah Minhyuk, smirk nya kembali muncul. “Ada orang lain. Sebaiknya kita bicara di mobil sambil mengantarmu ke sekolah.”

Yonghwa menarik tangan Hanyoung dan menuntunnya ke bangku di samping pengemudi. Setelah menutup pintu mobil. Yonghwa jalan memutar menuju bangku pengemudi. Sebelumnya dia berbisik pada Minhyuk. “Kau lelet, Minhyuk!”

Awalnya Minhyuk tidak menyadari apa yang dimaksud hyung nya itu. Tapi begitu mobil sudah menjauh, baru dia menyadarinya. Ingin rasanya Minhyuk mengejar tapi mustahil. Mobil Yonghwa sudah menghilang dan Minhyuk ingin mengejar dengan apa? Kecepatan larinya tidak mampu mengimbangi kecepatan mobil.

“Semoga aja ga seperti yang aku bayangkan. Ani, ani! Hanyoung ga mungkin suka hyung. Tapi mereka berdua pernah dekat. Ga mungkin kalau Hanyoung tidak terhipnotis dengan kharismanya. AIGOO!!!!” gumam Minhyuk sendirian. Begitu menyadari beberapa orang sedang memandanginya bicara sendirian, dia langsung berlari menuju sekolah.

Di mobil..

“Oppa, benar Minhyuk mengundurkan diri? Tadi dia bilang malah nenek sihir itu masih menginginkannya menjadi bodyguard ku.”

“Untuk apa aku berbohong? Tadi Harim ahjumma sendiri kok yang bilang. Minhyuk melampirkan surat pengunduran dirinya sebulan lalu.”

Lagi-lagi dia berbohong, apa coba maksudnya? Batin Hanyoung

“Ngomong-ngomong, kenapa kau sekarang memanggil nenek sihir itu ahjumma?”

“Dia kan bibiku.”

GLEK! Hanyoung menelan ludahnya sendiri. “Je...jeongmal?”

“Ye! Kalau ga percaya, tanya sendiri saja padanya.”

Hanyoung teringat akan istilah nenek sihir yang terus dia lontarkan sejak dulu di depan Yonghwa.

“Tapi kok kau baru beritahu aku sekarang?”

“Awalnya memang rahasia, karena aku masih ada kontrak dengan Young Saturday. Jadi kami berdua sepakat menyembunyikan identitas kami sebagai bibi dan keponakan, takut muncul isu yang kurang sedap. Tapi kan sekarang aku sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan majalah itu, untuk apa aku menutupinya? Toh aku sudah bisa membuktikan kalau aku bisa menjadi model dunia tanpa koneksi, terutama bibiku.”

“Wow, daebak! Kau sangat hebat, oppa. Kapan ya aku bisa ke Paris? Sejak aku melihat fotomu saat sedang berjalan di catwalk sana, tiba-tiba rasanya aku ingin ke sana juga.”

“Suatu saat nanti kau pasti bisa. Kau hanya tinggal berusaha semaksimal mungkin.”

Yonghwa tersenyum dan senyumannya mampu membuat hati Hanyoung tenang.

“Oppa, tadi kau bilang mau bicara serius. Tentang apa?”

Begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan Hanyoung, Yonghwa memelankan laju mobilnya dan menepi di pinggir jalan.

“Kok berhenti? Sekolahku di ujung jalan.”

“Hanyoung, tatap mataku!” perintah Yonghwa. Hanyoung pun hanya menurut. Ditatapnya mata coklat milik namja itu lekat-lekat.

“Apa kau menyukai Minhyuk?”

DEG!

Jantung Hanyoung berdebar dengan cepat.

-

Sekolah telah usai, namun Hanyoung yang sejak awal pelajaran sudah tidak fokus, hanya melamun saja. Minhyuk yang memcium gelagat aneh Hanyoung, langsung menaruh curiga. Sejak sampai di sekolahpun, mereka berdua belum bertegur sapa. Begitu jam istirahat tiba, Hanyoung menghilang entah ke mana.

Sebenarnya apa yang dibicarakan hyung dengannya? Sampai-sampai membuat Hanyoung begini. Awas kau hyung! Kata Minhyuk di dalam hati. Apa jangan-jangan marah karena aku berbohong lagi? Aish, pasti itu!

Dengan segenap keberanian, Minhyuk yang duduk di samping bangku Hanyoungberniat menegur Hanyoung.

“Hanyoung-ah, kau kenapa dari tadi diam? Marah padaku ya? Jeongmal mianhae, aku berbohong karena...”

“Aniya! Aku ga marah,” kata Hanyoung datar, pandangan matanya masih lurus ke depan.

“Jinjja? Lalu kenapa kau diam terus? Kau dan hyung tadi bicara apa?”

“Bukan urusanmu.”

Minhyuk mengerutkan keningnya, bingung. Minhyukpun bangkit dan duduk di depan bangku Hanyoung. Mata mereka bertemu. Dan entah kenapa, sebuah setruman listrik kembali di rasakan Hanyoung. Tiba-tiba saja pikirannya kembali melayang ke kejadian sebulan yang lalu. Dengan segenap keberanian Hanyoung menatap mata Minhyuk yang ternyata Minhyuk masih melihat dirinya. Setruman itu kembali datang.

“Hanyoung-ah, kau kenapa? Sakit?”

Tangan Minhyuk ingin menyentuh dahi Hanyoung, dengan cepat Hanyoung menghindar.

“A...aku harus pulang. Yonghwa oppa sudah menungguku di depan!”

Hanyoung meraih tasnya yang ia sangkutkan di kursinya dan bergegas pergi meninggalkan Minhyuk yang masih terbengong.

“Ada apa sih sebenarnya? Ada yang ga beres!”

Dengan buru-buru Minhyuk meraih tasnya dan berlari mengejar Hanyoung. Langkahnya terhenti di gerbang. Dia melihat sosok Yonghwa dan Hanyoung. Saling bergandengan tangan. Begitu pandangan Yonghwa dan Hanyoung bertemu dengan mata Minhyuk, dengan reflek kaki Minhyuk bergerak masuk kembali ke dalam sekolah. Tidak benar-benar masuk, diam-diam dia mengintip dari celah tembok pagar sekolah. Dilihatnya Hanyoung dan Yonghwa sedang tertawa dengan riangnya.

“Aku memang lelet, hyung!” gumam Minhyuk.

-

Hampir dua jam Minhyuk menunggu di depan rumah Hanyoung, tapi gadis itu belum muncul-muncul juga. Tak lama kemudian, sebuah mobil sedan putih mendekat dan berhenti tepat di depan Minhyuk. Hanyoung pun turun.

“Gomawo, oppa!”

Yonghwa melambaikan tangannya pada Hanyoung dan menunjukkan smirk nya pada Minhyuk. Mobil kembali bergerak dan menghilang di ujung jalan.

“Kau dari mana saja dengan hyung?” tanya Minhyuk ketus.

“Bukan urusanmu!”

Hanyoung berjalan melewati Minhyuk, namun dengan cepat Minhyuk meraih lengan Hanyoung.

“Kau... dan hyung...pacaran?”

Hanyoung menatap lekat-lekat mata Minhyuk. “Kalau iya, kenapa? Masalah untukmu?”

JELAS MASALAH, PARK HANYOUNG! Batin Minhyuk.

“Kau... cemburu?” tanya Hanyoung pelan. Wajahnya ditekuk, takut Minhyuk melihat wajah merahnya.

“Aku? Cemburu? Haha...” Minhyuk memaksa tertawa, “Untuk apa aku cemburu? Aku hanya...”

BRAK!

Pintu pagar terbanting, lebih tepatnya dibanting. Hanyoung sudah lenyap dari pandangan Minhyuk.

“Minhyuk paboya! Jeongmal paboya,” gumam Hanyoung lirih di balik pagar.

Di sisi lain, Minhyuk masih berdiri terpaku. Ingin sekali dia mengutuk dirinya sendiri.

Apa susahnya bilang c-e-m-b-u-r-u? Aku cemburu, Hanyoung, sangat cemburu.

-

Malamnya Minhyuk tidak bisa tidur. Sudah berkali-kali dia mencari posisi yang pas untuk tidur, namun tetap tidak bisa tidur.

TING TONG! TING TONG! Suara bel tempat Minhyuk tinggal berbunyi.

“Siapa sih yang dateng nyaris tengah malam begini?”

Dengan langkah gontai Minhyuk berjalan menuju pintu.

KLEK!

“Oh, kau hyung. Ada apa?”

“Kau ga suruh aku masuk?”

“Aku sudah mau tidur. Tapi kau malah datang mengganggu. Cepat katakan saja di sini.”

Yonghwa hanya terkekeh. “Dugaanku ga salah.”

“Mwo?”

“Aniyo! Aku cuma mau bilang, besok siang jam 12 aku sudah harus kembali ke Paris.”

“Oh! Itu saja?” tanya Minhyuk sepele.

“Hanyoung akan ikut bersamaku!”

“MWO????” mata segaris Minhyuk tiba-tiba membulat.

“Aku rasa kau mendengarnya. Ya sudah, aku hanya ingin menyampaikan itu. Sampai jumpa!” Yonghwa melambai sekali pada Minhyuk dan kemudian melangkah pergi. Namun kemudian dia berbalik dan berkata, “Kau masih belum berubah, Minhyuk. Jujurlah pada dirimu sendiri.”

Minhyuk hanya terpaku. Berharap ini hanya mimpi.

-

Sudah hampir jam 11 siang. Hanyoung benar-benar tidak hadir.

“Yoonja-ya, benar Hanyoung ke bandara?” bisik Minhyuk, takut Lee sonsaengnim dengar.

“Dia sih sms begitu.”

Ck! Yonghwa hyung memang gerak cepat!

“Jonggu, mana kunci motormu?”

-

Dengan kecepatan nyaris 100 km/jam motor melaju. Tanpa menghiraukan keselamatannya, Minhyuk mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi. Untung saja jalanan saat itu sedang lengang.

Begitu sampai di bandara, dengan sembarangan Minhyuk memarkir motor milik temannya. Bahkan saking buru-burunya, helm masih bersarang di kepala Minhyuk. buru-buru dia melepaskan helmnya dan meletakkan di sembarang tempat.

Minhyuk berlari menyusuri bandara bagian keberangkatan ke luar negri.

“Hanyoung-ah...”

Minhyuk masih terus memanggil nama Hanyoung. Dia melirik jam tangannya.

“Masih ada waktu setengah jam lagi.”

Tiba-tiba langkah Minhyuk terhenti. Tampak dari kejauhan, seorang yeoja dengan koper hitamnya yang berdiri membelakanginya yang sangat tidak asing bagi Minhyuk. Dia berjalan mendekat dan kembali menghentikan langkahnya begitu jarak mereka tinggal 5 meter.

“Park Hanyoung!”

Yeoja itu menoleh ke belakang.

“Minhyuk? Nyaris saja mau berangkat. Kau tidak mau bertemu untuk yang terkakhir kalinya dengan...”

Dengan cepat Minhyuk memeluk Hanyoung.

“Jangan pergi, Hanyoung!”

Setruman listrik tiada henti kini dirasakan dua insan itu. ingin rasanya mereka merasakan setruman itu setiap hari.

“Wae?” tanya Hanyoung lirih di dalam pelukan Minhyuk. Hanyoung bisa merasakan debaran jantung Minhyuk yang berdebar dengan cepat.

Minhyuk menunduk dan membisikkan sesuatu tepat di telinga kanan Hanyoung.

“Saranghae!”

Mata Hanyoung terbelalak.

“Minhyuk-ah, aku...” Hanyoung ingin lepas dari pelukan Minhyuk tapi ditahan oleh namja itu.

“Berikan aku sedikit waktu, biar aku yang berbicara. Ingat kejadian sebulan yang lalu? Saat itu aku benar-benar serius. Aku tidak main-main. Kau tahu perasaanku begitu aku ketemu kau lagi? Aku sangat senang. Tapi begitu hyung menyabotase dirimu, entah kenapa perasaanku jadi kacau. Aku sangat cemburu. Dan bodohnya aku tidak bisa jujur pada diriku sendiri dan juga kau. Aku terpaksa berbohong lagi demi dekat denganmu. Yah, aku tahu kau dan hyung sudah pacaran. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku padamu. Dan setelah ini terserah kau mau melupakan kata-kataku atau tidak.”

Minhyuk meraih bahu Hanyoung dan memberikan sedikit jarak diantara mereka.

“Hanyoung-ah, kau menangis?” tanya Minhyuk begitu melihat air mata yang jatuh deras dari mata Hanyoung. Dengan jari panjangnya, Minhyuk menghapus air mata itu.

“Mianhae, aku malah membuatmu menangis di hari terakhir kita bertemu.”

Tiba-tiba saja Hanyoung tertawa lirih.

“Hahaha, jeongmal paboya. Minhyuk pabo!”

Kini Hanyoung yang memeluk Minhyuk.

“Ya! Sedang apa kalian berdua di sini?” tanya Yonghwa yang datang tiba-tiba.

Minhyuk buru-buru menghindar dari Hanyoung, takut terjadi salah paham.

“Hyung, maaf atas sikap kasarku semalam. Hmm tolong jaga Hanyoung!” Minhyuk membungkukkan badannya. Dan kemudian Yonghwa malah menyambutnya dengan memukul kepala Minhyuk dengan ranselnya.

“Aww! Apa-apaan sih kau hyung?” tanya Minhyuk sambil mengusap kepalanya.

“Kau itu orang terbodoh yang pernah aku kenal,” jawab Yonghwa dengan senyum jenakanya. Dia mengusap-usap kepala dongsaengnya. Minhyuk hanya diam, tidak mengerti maksudnya.

Yonghwa berjalan ke arah Hanyoung.

“Gomawo sudah membawakan tas ku. Kalian berdua, aku pamit. Sampai jumpa!”

Yonghwa melambaikan tangannya pada Minhyuk dan Hanyoung. Minhyuk benar-benar kebingungan.

“Kau...kau ga ikut pergi?”

“Untuk apa?”

“Tapi... semalam hyung bilang kalau kau....”

Hanyoung kembali memeluk Minhyuk.

“Nado saranghae, Minhyuk! Nomu saranghae...”

“Hanyoung-ah, tapi...” Minhyuk berusaha lepas dari pelukan Hanyoung tapi kini giliran Hanyoung yang menahannya.

“Giliranku bicara! Dengarkan aku baik-baik. Kejadian sebulan lalu benar-benar membuat pikiranku kacau. Di dalam hati aku selalu bertanya, saat itu kau serius apa tidak? Lalu kau menghilang, akupun berpikir saat itu kau hanya bermain-main. Tapi beberapa hari yang lalu kau muncul dan aku merasa yakin kalau saat itu kau serius. Namun aku kesal padamu yang ga mau berterus terang tentang perasaanmu padaku. Yonghwa oppa pun gemas padamu. Dia pun berinisiatif membantuku untuk mengungkap perasaanmu yang sebenarnya. Dan rencananya berhasil. Tiga fakta yang harus kau tahu.”

Hanyoung menarik kerah seragam Minhyuk dan membisikkan sesuatu.

“Pertama, aku tidak ada hubungan apa-apa dengan oppa. Kedua, kau termakan jebakannya. Dan yang ketiga, aku juga menyukaimu.”

Mata mereka kembali bertemu dengan jarak yang sangat dekat, semakin mendekat dan...

JEPRET! *ini bunyi kamera apa ya? lomo pun ga begini*

“Wah, foto ini akan laris kalau aku jual. Kabuuuuuuuuuuuur!” seru Yonghwa sambil berlari kembali masuk ke dalam.

“HYUNG!!!!”

Hanyoung hanya terkekeh.

“Jadi, kau benar menyukaiku, Minhyuk?”

“Ya!”

“Aku ga dengar!”

“Ya, aku menyukaimu,” kata Minhyuk dengan volume yang sedikit lebih besar.

“Apa? Ga denger.”

“AKU SANGAT MENYUKAIMU, PARK HANYOUNG!!!!!!!!!!!!!!”

Rasa bahagianya mampu mengalahkan rasa malunya.

Setruman listrik cinta kembali mereka rasakan melalui bibir mereka yang saling bertautan.

“Biarkan aku menjadi bodyguard hatimu, Hanyoung ku.”


-END-


9 comments:

  1. ffnya keren banget...untung hanyoung gak jadian sama yonghwa oppa ^^ (*ngarep jadi pacar yonghwa oppa)

    ReplyDelete
  2. huaaa padahal aku posting jam 1 pagi, udah ada yg komen aja..

    makasi chingu :)) emang udah di setting sama minhyuk, kkkkkk

    ReplyDelete
  3. waa akhirnya tamat juga ..
    bayangin tampang minhyuk yang polos itu jd bodyguard rada2 mupeng dah eoni ... hahahahah

    ReplyDelete
  4. Ah, akhirnya mereka saling mengungkapkan perasaan..

    Haha, Minhyuknya lugu amat deh..

    Nice ff ^^

    ReplyDelete
  5. atau gak thor ? selama baca dari bagian bandara aku seyum terus, ampe mama aku nengok2 ke aku XD

    ReplyDelete
  6. DAEBAK...GREAT... saya sebagai orang yang merasa bernama korea park han young baca ini senyum2 dari awal, jantung dah gak karuan, geregetan dah gak ketolongan......sukaaaaaaaaaaaaaaaaa >,<>,<>,<>,<>,<

    ReplyDelete
  7. huwaa Yonghwa emang penolong banget O:)
    selalu suka karakter Yong yang perhatian u,u

    ahh eonni, keren (y)
    lucu ngeliat minhyuk yang akhirnya nyatain perasaan juga >.< makanya hyuk jangan su'udzan dulu sama Yong! *minhyuk: su'udzan apa? "..."

    daebak eonn ^O^b

    ReplyDelete
  8. @CHINGUDEUL: aku senang ternyata dapet respon positif, padahal aku pikir ini ff benar2 biasa kkkk *ambil tisu, lap ingus*
    GOMAWOYO~ *BOW*

    @sarah: yah maaf ya kalau bikin jantung kamu gak karuan, geregetan dah gak ketolongan. nanti aku suruh minhyuk anterin kamu ke rumah sakit :p

    ReplyDelete
  9. @mpeb onni: gapa kok onn, kan dokternya juga minhyuk jadi langsung sembuh hhehhe

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'