Rating : T
Genre : ga romantis ga humor
Cast :
- Kang Minhyuk CNBLUE
- Park Hanyoung (admin sarah)
Other cast :
- Choi Harim - bu direktur (fiktif)
Disclaimer : jalan ceritanya asli bukan punyaku, dari komiknya Takeuchi Masami yang judulnya St. Valentine's Bodyguard. Tapi kalo minhyuk... gausah ditanya itu ah, malu jawabnya ;p
Note : PART 1
Jalan cerita part ini ga nyambung sama yang part 1, soalnya ini sekuel. Selamat membaca aja deh :)
“Ya, bagus Hanyoung!”
JEPRET!
“Cantiknya! Yak, bagus Hanyoung,” puji sang fotografer.
Di sisi lain, seorang namja berkaca mata bulat sedang memperhatikan seorang yeoja yang bernama Hanyoung tersebut. Setetes darah mengalir dari hidungnya.
“Duh, ga kuat!” gumam namja beranting sebelah itu.
Hanyoung pov
“Mimisannya banyak sekali, dia bisa anemia!” sahut kru yang lain.
AISH~ Merepotkan saja!
“MINHYUK!! Cepat bangun!!!!!” kataku lantang.
Dan tiba-tiba dia bangun. “Baik!”
Cih!
“Hanyoung! Apa-apaan ini?!” itu suara si ahjumma menyebalkan alias bu direktur, Choi Harim.
Aku yang sibuk membaca surat penggemar dan Minhyuk yang sedang asik makan biskuit, dibuat kaget olehnya.
“Duh, kaget! Ada apa si?” tanyaku.
“Pura-pura ga tau! Lihat homepage ini! Seenaknya aja nulis begitu!” kata bu direktur emosi sambil memperlihatkan laptopnya padaku. Otomatis pandanganku tertuju pada layar laptop.
Info Hanyoung
Tanggal 25 Maret nanti ada pertandingan basket di sekolah. Aku pernah ikut basket waktu SMP. Jadi sekarang mau ikut lagi. Doakan ya!
“Oh, pertandingan basket ya? Aku senang banget bisa ikut basket lagi, hehehehe.”
“GA BOLEH!”
Menyebalkan sekali ahjumma ini.
“Begitu membaca ini, mungkin ada fotografer gelap yang memotretmu macam-macam. Image-mu bisa turun drastis, Hanyoung.”
Masih aja diungkit. Pasti bu direktur memikirkan masalah yang telah berlalu.
“Boleh, deh!” aku memohon.
“Ga!”
“Boleh!”
“Ga!”
“Kalian tenang dulu...”
“Minhyuk, kau ini memihak siapa???” tanyaku dan bu direktur bersamaan.
Minhyuk cuma diam bagai kuda bodoh yang tak mendengar. Tiba-tiba dia bergerak mengarah ke si ahjumma menyebalkan itu.
“Minhyuk?”
“Hohoho!” tawa kemenangan si nenek sihir.
“Huh! Baiklah Minhyuk, jadi kau memilih jadi kudanya bu direktur, hah?” aku emosi.
“Hanyoung-ah, yang benar kaki tangan, kan?”
Kau? Menyebalkan!
“Terserah, aku mau pergi!”
Akupun berjalan keluar. Muak!
“Hanyoung, kau ga boleh ikut pertandingan. Mengerti? Hanyoung?” hanya kalimat itu yang bisa ku dengar dari si nenek sihir.
Sebal, sebal, sebal! Aku ga ngerti! Padahal udah lama banget aku menantikan pertandingan ini. Kalau selalu mengkhawatirkan fotografer gelap, yang ada aku ga bisa berbuat apa-apa. Apapun yang terjadi, aku harus tetap ikut.
“Nice! Hanyoung, kau hebat!” puji temanku begitu aku memasukkan bola basket ke ring.
“Kau pernah ikut basket waktu SMP?”
“Emangnya diijinin? Minhyuk bilang kau ga boleh ikut pertandingan?”
Dasar Minhyuk!
“Tenang-tenang, ga usah pedulikan orang itu,” kataku.
“Hanyuoooooung, kau kan tidak boleh.....,” belum sempat Minhyuk menyelesaikan kalimatnya sudah ditubruk oleh sekumpulan yeoja yang berlari mengejar bola basket.
“Minhyuk, kau tidak apa-apa?” kataku menghampiri Minhyuk.
“Hanyoung-ah...”
“Dasar bodyguard ga berguna kau.”
Minhyuk meraih lenganku.
“Hanyoung-ah, apa kau tidak mendengar di sekelilingmu?”
Hah? Aku pun mengedarkan pandanganku ke sekelilingku.
“Hanyoung-ssi... cantiknya.”
“Kau cantik sekali saat berlari...”
“Cih, dia mau jadi pusat perhatian, makanya dia mau ikutan basket.”
“Hanyoung, hadap sini dong...”
Aigoo. Aku ga menyangka yang datang ke sini hanya ingin melihatku. Bahkan teman-temanku di klub basket mengira aku ikutan hanya karena ingin diperhatikan.
“Biar aku usir mereka semua. Berisik.”
“Tidak perlu Songri-ya. Aku harus kerja sekarang, mianhae. Aku duluan ya,” kataku berusaha tersenyum.
“Hanyoung-ah, hari ni kan kau tidak ada pekerjaan.”
“Kau kayak yeoja, cerewet sekali kau Minhyuk. Kau ini bukan manajer ku, arasso?”
Memang lebih baik aku pulang, aku tidak mau membuat teman-temanku kerepotan karena masalah tadi.
“Oh jadi kau mau menyenangkan temanmu ya? Berarti kau tidak jadi ikutan pertandingan basket dong?”
“TETAP IKUT!” kataku tegas.
Tentu saja aku tetap ikut, pertandingan itu sudah aku tunggu-tunggu.
“Aku memang artis. Tapi kalau di sekolah, aku bukan artis, aku siswa. Aku ga mau jadi artis di sekolah. Tapi... aku ga menyangka akan kejadian tadi. Padahal Cuma latihan, tapi sudah bikin heboh. Bakal makin heboh kalau para fotografer berdatangan. Aku benci itu.”
“Baiklah. Kau boleh ikutan.”
“Eh? Jeongmal???”
Minhyuk mengangguk. Aku sangat senang mendengarnya. Tapi...
“Tapi bu direktur...”
“Aku akan menjagamu agar tidak ada fotografer yang memotretmu. Aku akan menjagamu bagaimanapun caranya.”
Minhyuk... Kata-katamu sungguh meyakinkan padahal kau ini bodyguard yang lemah.
“Betul boleh?”
“Kau ingin ikut sekali kan? Serahkan saja semuanya padaku. Kau lupa kalau aku ini bodyguardmu?”
MEOOONG!
Minhyuk memelukku ketakutan begitu mendengar suara anak kucing yang lucu. Hahaha aku harus memastikan diriku apakah dia memang bodyguard apa bukan.
“Ya ampun Hyuk, ini kan cuma anak kucing,” kataku seraya menggendong anak kucing manis itu.
“Habis datangnya tiba-tiba sih.”
Walaupun Minhyuk ini kelihatannya ga bisa di andalkan, tapi dia berusaha keras untuk melindungiku.
Yang penting aku bisa mengikuti pertandingan basket. Senangnyaaaa.
“Yak, shoot,” kataku pada diriku sendiri. “Yey masuk.”
“Hanyoung-ah, kau hebat, keren,” puji Minhyuk sambil menepuk tangannya.
“Tapi Hyuk, tidak apa-apa latihan begini? Kalo sendirian begini, aku cuma bisa latihan menggiring bola doang.”
“Yah mau gimana lagi. Kau mau kehebohan tadi siang terjadi lagi? Teman-temanmu pasti mengerti. Yang penting kau bisa ikut pertandingan nanti.”
Minhyuk benar.
“Minhyuk-ah, temani aku latihan yuk?”
“Eh, aku ga bisa main.”
“Masa ga bisa? Cuma posisi bertahan kok. Kajja,” aku menarik tangan Minhyuk ke tengah lapangan basket yang terletak dekat dengan rumahku.
“Serius Hanyoung-ah aku ga bisa main. Hanyoung-ah...”
BHUG!
BHUG!
BHUG!
Berkali-kali aku lemparkan bola pada Minhyuk, tidak ada satupun yang bisa dia tangkap. Yang ada malah kena badannya melulu.
“Aigoo~ Kau ini namja tapi masa nangkep bola aja ga bisa sih?”
“Kan sudah aku bilang aku ga bisa main. Sudahlah, kau latihan saja sendiri.”
“Cih,” aku meraih bola basket itu dan kembali menggiringnya, “Baiklah, mendingan aku latihan sendiri.”
Tapi begitu berlari, aku tersandung.
“Hanyoung-ah, awas!”
Dengan sigap Minhyuk menangkap tubuhku.
DEG!
Perasaan ini datang lagi. Perasaan aneh ini, Minhyuk yang tidak biasanya datang lagi. Matanya menatapku serius. Lain dari biasanya. Ya, tatapan itu lagi.
“Minhyuk?”
“Haaah,” Minhyuk bernapas lega. “Gwenchanayo? Lain kali kalau lari hati-hati.”
“Gwenchana Hyuk-ah. Wuah Minhyuk, gerakan reflekmu hebat banget. Kau menangkapku dengan cepat.”
“Hah? A...aku begitu karena kepepet. Ya kepepet. Aku takut kau terluka.”
“Justru kau yang terluka Hyuk,” kataku begitu melihat darah di punggung telapak tangan kanan Minhyuk.
“Hah? Ah ini ga seberapa kok.”
Kuraih tangan Minhyuk yang terluka itu, kuhisap darahnya dan kuludahkan ke tanah.
“Ha..Hanyoung-ah..”
“Diam. Ini biar ga infeksi.”
“Bukan Hanyoung-ah. Bibirmu terlalu lembut. Tuh kan aku mimisan lagi deh. Aduh..”
“Mi...mianhae. kebiasaan di rumah.”
Hanyoung pabo, apa yang kau lakukan? Aku malu menatap Minhyuk.
“Hmm gomawo Hanyoung-ah. Hebat lukaku langsung sembuh,” kata Minhyuk di sela tawanya.
Omona~ Minhyuk sangat manis saat tertawa. Nomu kyeopta. Tersenyum bagai malaikat. Ah, jangan sampai aku ikutan mimisan.
Minhyuk-ah, tetaplah tersenyum.
“Wah, wah! Adegan mesra di malam hari.”
Terdengar langkah beberapa orang mendekati kami. Akupun berbalik melihat siapa mereka. Enam namja tak dikenal datang menghampiri kami.
“Hoi, kalian sedang apa?”
“Huoooo, hyung, lihat. Itu kan foto model Park Hanyoung,” salah satunya menunjuk ke arahku.
“Wah, enaknya punya yeojachingu seorang model.”
“Bagi-bagi dong...”
Kurang ajar!
“Kalian mau apa?” kataku dengan nada sedikit ketakutan. Dengan cepat Minhyuk memblok ku.
“Hanyoung-ah, cepat kabur!”
“Mwo? Aku ga bisa meninggalkanmu sendirian, Hyuk!”
“Ga usah mencemaskanku.”
“Kau itu lemah, Minhyuk. Mana mungkin kau bisa menghadapi mereka sendirian?”
Aku takut terjadi apa-apa pada Minhyuk.
“Iya, kau benar. Karena lemah, aku jadi ga bisa melindungimu. Makanya kau kabur supaya kau selamat. Palli!!”
Aku ga bisa meninggalkan Minhyuk. Tangankupun masih mencengkeram kemeja sekolahnya.
“Hanyoung-ah! Kalau begitu aku hitung . 1....2....3....!”
Ah, baiklah! Apa boleh buat. Begitu aku mendengar kata 3, kaki ku langsung berlari menjauhi kerumunan itu. aku akan mencari bantuan.
Author pov
“Ah dia kabur! Kejar yeoja itu,” perintah seseorang berambut coklat.
Tiba-tiba namja berambut coklat itu ingin mengejar Hanyoung. Namun berhasil Minhyuk cegah. Minhyuk mencengkeram lengan namja itu dengan kuat.
“Ya! mau apa kau namja manis? Lepaskan! Kau mau mati, hah?”
Minhyuk menatap tajam. Dengan segera dia lepaskan kaca mata bulatnya. Sebuah sosok misterius Minhyuk muncul.
“Tadi kau bilang apa? Coba ulangi? Namja manis?” tanya Minhyuk dengan suara berat.
Lima namja tertegun memandangi Minhyuk dan tiba-tiba paras wajah ketakutan tergambar jelas di wajah mereka.
“Mi..mi...minhyuk??”
“Kang Minhyuk?”
“GA DENGAR? Kau, namja manis, minggir!” namja tadi masih saja berulah.
“Paboya, jangan!”
“Mi...mianhae Minhyuk. Dia orang baru jadi kurang tau.”
“Apaan sih? Kenapa kalian takut?”
“Paboya, kau mau mati, hah? Jangan coba-coba menentangnya. Cepat minta maaf sebelum Kang Minhyuk marah. Palli!”
Minhyuk menatap mereka dengan garang.
Hanyoung pov
Aigoo! Ini semua salahku. Andai saja hari ini aku di rumah saja.
Aissssh! Bagaimana keadaan Minhyuk sekarang? Pasti keadaannya parah sekali. Eottokhae??? Minhyuk kan lemah, dia pasti ketakutan. Semoga kau baik-baik saja Minhyuk.
NGUING NGUING!
Ah, mobil polisi. Tepat sekali. Tapi saat ingin meminta bantuan polisi, terdengar suara memanggilku.
“Hanyoung-ah...”
Minhyuk?
“Kau memanggil polisi segala, hahaha.”
“Bo...kau...?”
“Bokau? Apaan tuh?”
“Maksudku bodoh kau! Bisa-bisanya kau berkelahi dengan mereka. Kau ini lemah Minhyuk. Kalau begini jadinya, aku sudah mantap!”
“Mwo?”
“Aku sudah mantap untuk batal ikut pertandingan.”
“Lho? Waeyo?”
“A...aku mengerti sekarang kenapa kau dan bu direktur menentang keras. Aku ini selebritis, ga bisa bertindak layaknya anak biasa. Karena keegoisanku, aku jadi membahayakanmu.”
Aku mulai merasakan air mataku mengalir di pipi.
“Mianhae Minhyuk! Mianhae, mianhae, mianhae!”
“Kau salah, Hanyoung!” tangan Minhyuk menyeka air mataku. Bisa kurasakan tangan besarnya membelai pipiku. “Aku yang memutuskan apa yang aku inginkan, kenapa harus kau yang menanggung resikonya? Sekali ingin melakukan sesuatu, jangan menyerah. Apapun resikonya. Yah aku tau aku hanya mengenalmu baru sebulanan, tapi rasanya ini bukan Hanyoung yang ku kenal. Hanyoung yang ku kenal itu gadis yang pantang menyerah.”
Minhyuk benar. Aku sangat ingin mengikuti pertandingan ini. Sebagai murid SMA, lari bersama, tertawa bersama. Aku ga mau melewatkan masa-masa itu.
“Aduh, aku cerewet sekali ya, kekekekek,” Minhyuk terkekeh.
“Aniyo, kau benar! Demi Minhyuk yang telah melindungiku, aku pasti akan menang. Aku akan cetak score untukmu.”
“Bagus! Hanyoungku telah kembali, hehe.”
“Mwo? Tadi kau bilang apa?”
“Hah? Eh? Aku bilang apa ya? Kajja, aku antar kau pulang.”
Kayaknya kata-kata Minhyuk tadi ada yang ganjal. Ah hanya perasaanku saja mungkin.
“Kok ga luka bonyok? Boleh pergi ya?”
“Ah, ya! tadi aku bersimpuh. Karena aku terus memohon, mereka jadi kasian, hehe!”
Harusnya bukan maaf yang kuucapkan, melainkan terima kasih. Walaupun Minhyuk terlihat lemah, tapi aku selalu merasa aman didekatnya.
Hari ini hari yang sangat kutunggu-tunggu. Pertandingan basket.
“Annyeong, Hanyoung-ah!” sapa teman-temanku.
“Annyeong!”
“Bawa apa tuh? Mana Minhyuk?”
“Ini bekal makananku dan Minhyuk. Ah, dia lagi ada urusan sebentar.”
“Banyak banget!”
“Hahaha, biar Minhyuk itu kurus, makannya banyak banget.”
“HANYOUNG!”
“Bu...bu direktur?”
Nenek sihir itu datang menghampiriku. Aku harus pergi.
“Tunggu! Aku kan sudah bilang kau ga boleh ikut bertanding!”
Sayangnya aku kalah cepat, bu direktur berhasil mencengkeram lenganku.
“Ga apa-apa kok! Minhyuk bilang dia akan menjagaku.”
“Menjagamu kau bilang? Bagaimana caranya kalau dia hanya sendirian? Lihat sana, fotografernya banyak sekali.”
Pandanganku mengarah ke kerumunan orang-orang berkamera. Ba...banyak sekali...
“Sudah mengerti kan sekarang? Ayo pulang!” bu direktur menarikku yang entah mau ke mana.
Tidak! Aku tidak boleh pergi! Dengan sekuat tenaga kulepas cengkeraman kuat bu direktur.
“Hanyoung?”
“Aku akan bertanding! Minhyuk bilang dia akan menjagaku, dia ga mungkin bohong. Aku percaya padanya.”
“Kau tau itu mustahil kan? Dengarkan aku!”
“Ga mau!!!”
Orang-orang menatap kami. Keberadaanku mulai diketahui para fotografer.
“HANYOUNG-AH!”
Kulihat Minhyuk dari kejauhan memanggilku.
“Minhyuk!”
Yang ada dipikiranku kini adalah berlari ke arah Minhyuk.
“Hanyoung-ah, tunggu! Kau mau ke mana?”
Aku tidak menggubris bu direktur. Namun, ternyata tindakanku ini mengundang perhatian para fotografer dan merekapun berlari mengejarku. Tidak apa, Minhyuk pasti menungguku. Kulihat Minhyuk merentangkan tangannya. Dia tersenyum menyambutku.
Author pov
Hanyoung menoleh ke arah Minhyuk begitu mendengar Minhyuk meneriakkan namanya. Dia berlari dan ternyata itu memancing para fotografer. Kerumunan berkamera itu kini mengejar Hanyoung. Hanyoung terus berlari menuju tempat Minhyuk.
“Jeongmal paboya kau,” kata bu direktur lirih. Dia menutup wajahnya, tidak mau melihat pemandangan yang tidak ingin dilihatnya.
Namun perkiraan Choi Harim salah. Para fotografer memang mengejar Hanyoung, tapi begitu Hanyoung sudah berada dipelukan Minhyuk, para fotografer hanya melewati mereka begitu saja.
“Le...lewat begitu saja?” heran bu direktur.
Para fotografer berlari menuju sebuah gedung yang ada diujung sekolah.
“Di sana, di sana!”
“Kolam polo airnya di sana!”
Hanyoung merasa bingung.
“Polo air?”
“Sudah, sudah! Cepat kau ganti baju. Sebentar lagi pertandingan dimulai kan?
Minhyuk, kau benar-benar melindungiku, batin Hanyoung.
“Mwo? Sebenarnya apa yang terjadi?” bu direktur masih keheranan.
KRIIIIIIIIIIIIIING!
Ponsel bu direktur berdering.
“Yoboseyo?.... Jinjja?... Ah, ye, ye, aku akan segera cek. Gomawo untuk infonya.”
Bu direktur memutuskan sambungan dan mulai menjelajahi dunia internet melalui ponselnya.
Info Hanyoung
Aku memutuskan ikut pertandingan polo air saja. Aku memang suka basket, tapi kalau di polo air, aku bisa memakai bikini kesayanganku, hehe. Doakan semoga aku berhasil ya. Fighting ^^
“Ini... jangan-jangan perbuatan Minhyuk,” guman bu direktur.
“Ayo Hanyoung,” teriak Minhyuk pada Hanyoung yang sedang mendrible bola. “Aih, manisnya,” gumam Minhyuk sambil menyeka darah yang keluar dari hidungnya.
“Jadi tujuan gosip bohong yang kau buat itu hanya karena supaya kau bisa bebas melihat dia?” tanya bu direktur yang berdiri di samping Minhyuk.
“Aigoo, bu direktur curigaan melulu deh.”
“Gomawoyo! Kau telah melindungi Hanyoung. Bagus juga idemu mengalihkan para fotografer dengan memberikan info palsu. Ternyata benar dugaanku, kau bukan orang biasa. Siapa kau sebenarnya?”
Mereka berbicara tanpa saling memandang. Pandangan mereka terfokus pada permainan baset Hanyoung.
Minhyuk tersenyum, bukan senyuman yang biasa dia berikan pada Hanyoung. Senyuman misteriusnya.
“Aku bodyguard foto model Park Hanyoung. Dia bukan selebritis karbitan. Dia seperti bunga liar yang kuat akarnya karena banyak cobaan yang telah dihadapinya. Justru aku yang dilindunginya.”
Minhyuk melihat Hanyoung yang juga melihatnya. Senyumannya sudah berubah menjadi senyuman yang biasanya.
Hanyoung pov
Aku akan berusaha untuk menang. Ini untuk Minhyuk yang telah menepati janjinya. Kini giliranku menepati janjiku. Lalu dengan senyumannya, dia akan berkata ‘bagus Hanyoung’. Aku ingin melihat senyumannya lagi.
Bola kini sudah ada di tanganku. Score kami imbang. Waktu tinggal 5 detik lagi. Kalau aku berhasil, tentu kelompokku menang.
Fokus Hanyoung, fokus. Kau mau melihat senyuman Minhyuk kan?
Aku melempar bola yang ku pegang, berusaha memasuki ke arah ring. Namun aku malah menutup mataku, tidak berani melihatnya.
PRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT!
“KITA MENANG!!!!”
Aku memberanikan membuka mata. Teman-temanku menghampiriku dengan senyuman mereka.
“Kita menang Hanyoung.”
“Ini berkat kau, Hanyoung-ah!”
“Kau hebat!”
“Gomawo teman-teman. Kalian juga hebat.”
Aku menengok ke arah Minhyuk. Dan benar dugaanku. Minhyuk tersenyum lalu menghampiriku.
“Minhyuk-ah, tangkap bola kemenangan ini!”
BHUG!
Saking semangatnya, ternyata bola yang ku lempar mengarah ke kepalanya. Ah Hanyoung, kau lupa si Minhyuk ini tidak bisa menangkap bola?
“Minhyuk-ah, kenapa bolanya ga ditangkep sih? Aigoo. Gwenchanayo? Kau konyol deh!”
Bodyguardku, Kang Minhyuk. Yah walaupun kelihatannya tidak berguna, entah kenapa dia selalu bisa diandalkan. Bodyguard aneh dan lucu seperti dia tidak akan aku biarkan pergi.
Auhtor pov
Di depan gedung kolam renang indoor, para fotografer masih setia menunggu.
“Polo airnya belum mulai juga ya?”
“Mwolla! Hari sudah mulai gelap.”
Mereka masih belum menyadari berita bohong itu.
-part 2: end-
nantikan part 3
aeeeeh onn sukses deh bikin aku terbang ma penasaran siapa kah sebenarnya minhyuk itu? *silet modeon* ayo ayo lanjutannya..................
ReplyDeletemereka berdua lucuuu *mimisan* *ketularan minhyuk*
ReplyDeletefotografernya gatel wk
pengen tahu yang part 3 :3 eh iya, itu pictnya cocok sama peran minhyuknya disini ><
wakekekeke .. emang ada komik di atas .. *nggak pernah baca* jd penasaran sama minhyuk nya
ReplyDeleteaih aihh mimisannya itu lho yg gak nguatin .. wkwkwk
jangan lama2 part 3 nya yaa
@sarah: siapakah minhyuk sebenarnya? nantikan segera *teaser mode on*
ReplyDelete@ica: wehehehehe, tadinya aku mau pake pic yang minhyuk lg megang bola basket, tapi oke an yg ini
@eonni: hahahaha, komik jaman SMP on kkkkkk part 3 menanti :)