Wednesday, March 2, 2011

When A Crying Boy Meets A Lonely Girl (Part 1)


Author: Amarya Ririe (@amaryaririe)
Rating: Teenager
Genre: Friendship, Romance
Pemeran:
  • Kang Min Hyuk (CNBLUE)
  • Shin Tae Young (fiksi)

Note: Semoga ff nya menghibur deh. ^^





Pelajaran kosong tetapi murid-murid kelas 7-1 SMP Pyong San ini diminta mengerjakan tugas.

“Kerjakan halaman 62, setelah selesai akan dikumpulkan. Setelah itu boleh istirahat,” ujar sang ketua kelas, Ha Rim.


Minhyuk POV

Diperintahkan untuk mengerjakan tugas, aku langsung melakukannya. Semakin cepat selesai, aku bisa cepat istirahat. Bagaimanapun, perutku sudah terasa lapar. Aku benar-benar kesiangan tadi pagi dan tidak sempat sarapan. Belum pernah terjadi seperti ini sebelumnya.

“Ya! Kang Min Hyuk! Aku pinjam pulpen dong,” ujar seorang teman, Jaejun, yang duduk di bangku sebelah.

“Aku tidak bawa tempat pensilku, jadi aku hanya bawa 1. Nih, lagi aku pakai,” jawabku. Oh, teledornya aku bisa ketinggalan tempat pensil. Semalam habis belajar dengan kakak perempuanku, aku pasti lupa memasukkannya ke tas.

“Rupanya kau sudah selesai ya?” Jaejun melihat ke buku tulisku lalu merampas pulpen yang sedang kugunakan.

“Ya! Ini belum selesai tau! Aku masih mau pakai! Kembalikan!” Aku kesal.

“Tidak! Kau sudah hampir selesai dan aku belum sama sekali.”

Apa peduliku? Salah sendiri dia yang tidak bawa pulpen, kok harus aku yang berkorban? pikirku.

“Sudah, Jaejun. Kembalikan. Ntar dia nangis lagi. Sudah tau dia cengeng,” ujar Ha Rim sang ketua kelas.

Seketika itu juga mereka, teman-teman sekelasku, kembali mengejek-ejek aku dengan kata “Minhyuk cengeng”.

Ahh, rasanya ingin sekali aku menutup telingaku. Hanya karena pernah beberapa kali memergoki, aku menangis, aku dikatakan cengeng. Aku tidak terima. Tapi saat ini juga aku tidak bisa menahan air mataku untuk keluar.

“Berisik! Kalian bisa diam tidak?! Aku tidak bisa konsentrasi. Ya! Ha Rim-ah! Kau ini ketua kelas, tidak bisakah menertibkan mereka?? Kalian, jangan ganggu dia lagi,” bentak temanku, seorang yeoja yang bernama Shin Tae Young. Satu kelas langsung terdiam, terkejut melihat sikap Taeyoung yang selama ini pendiam, tidak banyak bicara.

Taeyoung berjalan menghampiriku. Aku bertanya-tanya apa yang hendak dia lakukan. Dia memberikan aku sebuah pulpen. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung kembali ke tempat duduknya. Aku memandangi pulpen yang terdapat ukiran huruf bertuliskan “STH”, inisial namanya. Kelihatannya, pulpen ini cukup mahal. Ah, sudahlah. Kulanjutkan saja mengerjakan tugas.


Taeyoung POV

Waktunya pulang. Aku langsung membereskan tasku dan menyandangnya di bahu. Aku hendak keluar kelas tapi sesampainya di pintu, seseorang memanggilku.

“Taeyoung, Taeyoung..” panggilnya sambil berlari ke arahku.

Aku menoleh ke belakang. Minhyuk.

“Ini pulpenmu. Gomawo sudah meminjamkannya padaku,” katanya sambil membungkukkan badan dan tersenyum lebar seraya menyerahkan pulpen yang tadi kupinjamkan.

“Tidak usah, ambil saja,” kataku cuek dan langsung pergi meninggalkannya.



Minhyuk POV

Mwo? Kenapa dia tidak mengambil pulpennya? Aku memasukkan pulpen yang sejak tadi kugenggam ke dalam tasku.

Saat keluar pintu gedung sekolah, aku melihat Taeyoung dijemput oleh seseorang yang lalu membukakan pintu belakang untuknya. Kelihatannya supir.

Aku mengambil sepedaku di parkiran dan menaikinya. Saat melewati persimpangan dekat rumahku, biasanya aku melewati rumah seseorang yang kaya. Rumahnya besar sekali. Aku tidak pernah tau siapa yang tinggal di rumah itu. Namun, tiba-tiba aku menghentikan sepedaku, melihat sebuah mobil yang kulihat dinaiki oleh Taeyoung, masuk ke rumah itu. Pintu gerbang rumah itu tampak terbuka tutup secara otomatis.

Aku baru tahu Taeyoung tinggal di situ. Selama satu bulan lebih setelah masuk sekolah, aku tidak tahu bahwa ia penghuni rumah itu.


Taeyoung POV

“Annyeonghaseyo, Nona muda.” Pelayan rumahku membukakan pintu saat aku tiba di rumah.

“Annyeong,” jawabku. Aku langsung berlari ke lantai atas dan masuk ke kamarku.

Keesokan harinya, sesampainya aku di kelas, Minhyuk menghampiriku lagi.

“Taeyoung, aku lupa mengatakan ini. Gomawo, karena kemarin kau juga membuat anak-anak berhenti mengata-ngataiku,” ujarnya sambil tersenyum.

“Tidak usah berterima kasih, aku tidak melakukannya untuk membelamu. Aku hanya terganggu dengan keributan mereka. Itu saja,” jawabku. Aku berjalan ke tempat dudukku.

“Kupikir kau dan aku bisa jadi teman baik,” katanya dengan suara lemah seperti hendak menangis. Aku masih bisa mendengarnya tapi aku mengabaikannya.


Minhyuk POV

Taeyoung, sepertinya dia kurang ramah. Meski teman-teman lain sering mengataiku, tapi sikap mereka tetap bisa ramah. Sebenarnya dia tidak begitu kelihatan sombong, tapi sepertinya dia cuek dan sikapnya agak dingin.

Sepulang sekolah,

“Permisi, kau kenal Shin Tae Young?” tanya seseorang yang kuketahui adalah supir Taeyoung.

“Ya,” jawabku.

“Apa dia sudah keluar kelas?”

“Kukira dia tadi sudah keluar,” jawabku bingung.

“Kalau begitu, gomawo,” ucap supir itu lalu menuju ke luar gedung.

Tanpa berpikir, aku langsung berlari menuju kelas. Taeyoung, ternyata dia masih duduk di bangkunya. Ia sendirian di kelas.


Taeyoung POV 

“Taeyoung? Tidak pulang? Supirmu men…” kata Minhyuk.

“Apa kau memberitahunya aku di sini?” potongku.

“Tidak, aku bahkan tidak tau kau ada di sini.”

Minhyuk duduk di bangku depanku.

“Kau tidak pulang?” tanyanya bingung.

“Ngg, sebenarnya…”


Minhyuk POV

Taeyoung bercerita bahwa hidupnya selama ini membosankan. Setelah pulang sekolah, waktunya dipenuhi dengan privat piano dan mata pelajaran. Kalaupun bermain, ia hanya bermain di rumah sendirian dengan komputernya. Orang yang bisa dia jadikan sahabat pun hanya pengasuhnya sejak kecil. Sementara kedua orang tuanya sibuk dan sering ke luar negeri.

“Kau tidak punya saudara?” tanyaku.

“Punya. Oppaku usianya jauh di atasku, 19 tahun sekarang. Tapi dia tidak betah tinggal dengan keluarga hingga ia memutuskan untuk tinggal sendirian di Singapore. Ia bilang ia capek kalau harus mengikuti kemauan eomma dan appa. Dia kuliah sambil bekerja di sana. Aku ingin bisa seperti dia, tapi aku rasa aku masih terlalu kecil,” ceritanya.

Aku merasa kasihan. Menurutku, mungkin itu sebabnya kenapa ia pendiam dan dingin seperti itu.

“Haruskah aku mengantarmu pulang?” aku menawarkan.

Taeyoung mengangguk.


Taeyoung POV 

Minhyuk menggandeng tanganku dan menawarkan untuk mengantarku pulang. Aku melihat supirku sudah tidak ada lagi.

“Taeyoung, mianhae. Aku hanya bersepeda ke sekolah. Tidak apa-apa kan kubonceng dengan sepedaku?” tanya Minhyuk.

“Tidak usah minta maaf, ini tidak apa-apa. Jjinja,” jawabku.

“Kau yakin? Berpenganglah padaku. Aku akan memacu sepedaku dengan pelan,” katanya.

Minhyuk adalah orang kedua selain oppaku yang pernah memboncengiku.

“Minhyuk, bisa berhenti sebentar di taman itu?” tanyaku sambil menunjuk taman yang sedang kami lewati.

“Ah, ye,” jawab Minhyuk.


Minhyuk POV

Taeyoung memintaku untuk berhenti di sebuah taman. Ia ingin sekali menikmati cerahnya hari di taman itu. Kami duduk-duduk di kursi taman.

“Mengapa kau tersenyum seperti itu?” tanya Taeyoung padaku.

“Ah, tidak. Aku hanya senang bisa mengenal sisi lain dari seorang Taeyoung. Aku baru tau kau ternyata ramah juga,” jawabku sambil tersenyum.

“Ye? Kau berpikir aku ini tidak ramah ya? Sebenarnya, aku bukan tipe orang seperti itu. Aku ingin sekali berteman, tapi kau tau sendiri kan apa yang aku alami. Aku berpikir, semakin aku berteman pasti aku semakin menginginkan waktu bersama teman-temanku. Sementara aku tidak bisa. Jadi, aku ya seperti ini. Seperti orang yang kesepian,” jelasnya.

“Nah, sekarang kita teman kan?” tanyaku.

Taeyoung mengangguk.

“Kau tidak akan kesepian lagi. Karena mulai sekarang aku akan jadi teman baikmu,” kataku bersemangat.

Taeyoung tersenyum lebar.

**

Minhyuk POV 

Sudah 2 minggu setelah aku dan Taeyoung mulai berteman akrab. Kami sering belajar bersama di rumahnya ataupun di rumahku.

Bel masuk kelas berbunyi, tapi Taeyoung belum kelihatan juga. Ke mana ya dia? Aku memperhatikan bangkunya yang kosong.

Sampai pulang sekolahpun dia tidak ada juga. Tapi tampaknya tidak ada satu gurupun yang menanyakan ketidakhadiran Tae Young. Murid-murid yang lain pun hanya mengira Tae Young sakit. Aku memutuskan untuk ke rumah Taeyoung. Aku memacu sepedaku kencang. Sesampainya di depan gerbang rumah Taeyoung, aku memencet bel. Seorang wanita yang tampaknya pelayan di rumah Taeyoung keluar dan membuka gerbang.

“Annyeonghaseyo, kau mencari siapa?” sapanya.

“Annyeong. Apa Taeyoung ada? Aku Kang Min Hyuk, temannya. Dia tidak masuk sekolah hari ini dan aku ingin tau kenapa dia tidak masuk,” jawabku.

“Oh, Taeyoung. Dia sudah pindah ke Singapore dan akan tinggal bersama oppanya di sana,” kata pelayan itu.

Aku terdiam.

“Kau bilang, kau Kang Min Hyuk kan?” tanya pelayan itu.

“Ne. Aku Kang Min Hyuk,” jawabku.

“Taeyoung menitipkan surat untukmu jika kau ke sini,” kata pelayan itu sambil menyerahkan sepucuk surat.

Aku langsung berpamitan pulang. Aku kembali memacu kencang sepedaku hingga sampai di rumah. Eomma yang sedang berada di depan rumah kaget melihatku yang bersepeda dengan kencang.

“Anak ini. Kenapa sih mesti naik sepeda kencang-kencang. Kalau jatuh bagaimana?” marah eomma.

Aku tak menghiraukannya, malah berlari ke kamarku. Langsung kubuka surat dari Taeyoung.
               
Dear Kang Min Hyuk,

                Mianhae, aku tidak mengatakan langsung kepadamu tentang kepergianku terlebih dahulu. Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikan apapun. Tapi keputusan aku untuk pergi ke Singapore, baru kuputuskan tadi malam. Aku akan tinggal bersama oppaku di sana.
                Mungkin ini terkesan tergesa-gesa, tapi kalau aku menetap di Korea, aku rasa aku akan terus dihantui oleh kesepian tanpa orangtuaku dan tuntutan bahwa aku harus menjadi apa yang mereka mau.
                Aku harap, kau tidak kecewa padaku. Mungkin suatu saat, aku akan kembali. Itupun kalau kau masih mau mengingatku.
                Aku rasa, aku akan menemukan sesuatu  yang baru di Singapore. Aku pergi ke sana dengan harapan mungkin aku bisa menemukan jati diriku sesungguhnya.
                Gomawo, sudah menjadi teman baikku. Gomawo untuk membuatku selalu tersenyum dan tertawa.
                                                                                                                                                               
Shin Tae Young                


Aku tidak kuasa menahan air mataku. Aku menangis.

“Minhyuk, kau tidak bisa terlalu mudah untuk menangis. Kau ini cengeng untuk ukuran anak laki-laki. Jangan jadi crying boy lagi ya.” Sekilas kata-kata Tae Young muncul di benakku. Kata-kata yang diucapkannya saat aku sedang main ke rumahnya.

Tapi apa boleh buat. Aku tidak bisa menahan air mataku yang mengalir deras. Kenapa aku harus berpisah dengan Tae Young? Ini membuatku sedih, tapi aku hanya bisa berharap Tae Young tidak merasa kesepian lagi.

~To Be Continued~

5 comments:

  1. wah minhyk jadi cowo cengeng lucu deh. paling suka kalo dah ada cerita ninggalin orang ketempat jauh hehehe. ayo part selanjutnya ya

    ReplyDelete
  2. hihihi..Lovely Crying boy...^^

    ahh..emang tampang polos kyk hyukki lucu juga kalo nangis...ahahaha...

    ditunggu lanjutannya..=D
    berharap bakal banyak romance taeyoung-minhyuk..
    hhehe..

    ReplyDelete
  3. annyeong :D
    aigo~ kasian minyuk diolok-olok gitu huhu T.T (?)
    kereen, penasaran :D ditunggu lanjutannya yaa *belum bisa komen *nahan mulut supaya gak sok tau xD

    ReplyDelete
  4. wedeewww secakep minhyuk bakalan di maklumin dech kalo cengeng ...

    cini sayang datang ke pelukan eonni saat kau teteskan aiir mata ... cuup cuup .. #plak di kroyok boice

    *males login*

    ReplyDelete
  5. minhyuk crying boy, aku crying girl dan kita cocok.
    *krik krik* abaikan

    kasian amat baru nemu temen akrab udah pisah. tapi nyambung lagi kan nyambung lagi kan?

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'