Sunday, March 27, 2011

ALONE





Author: kang hyeri (@mpebriar)

Genre: Friendship, romance

Length: Oneshot

Rating: G

Cast:
  •  Jung Yonghwa CNBLUE
  • Bae Yongrin (fiktif)
  • Kang Hyeri (fiktif)
  • Lee Jungshin CNBLUE
  • Lee Jinki SHINee
  • Kim Taeyeon SNSD

Other cast:
  • Bae Yongju dan keluarga (fiktif)
  • Seo Joohyun SNSD
  • Member CNBLUE lainnya
  • Kim Kibum SHINee (numpang nama)

Disclaimer: Sebagian besar jalan cerita punya aku, 10 % adegan lainnya terinspirasi sama sinetron *korban opera sabun*. Oh ya, minhyuk juga punya aku (?)

Note: Tadinya sih mau posting sekuel Let's Try yang ke-3, tapi ternyata belum selesai. Aku lagi UAS kemarenan *curhat* Kebetulan ada ff yang udah lama selesai [sebulan yg lalu], kubuat untuk diposting di FFIndo [di sana kebagian posting akhir april zzz, nasib freelance], jadi aku posting ini aja dulu. Maaf kalau ada kesamaan tokoh, karakter, setting, bahkan alur cerita.
Selamat membaca J



“Oppa, kau lama sekali. Kajja! Nanti kita terlambat.”

“Ah, ye, ye! Mianhae, aku kesiangan.”

Hari ini tidak biasanya Yonghwa oppa tidak datang menjemputku. Terpaksa aku yang ke rumahnya. Ternyata dia bangun kesiangan. Pasti sibuk belajar untuk ujian try out nanti.

“Cepat naik!” perintah oppa. Aku pun menaiki kendaraan kesayangannya, sepeda. “Pegang bahuku yang erat, aku akan ngebut. Let’s go!!!!!”

Oppa mengayuh sepedanya dengan cepat, terlalu cepat. Tanpa sadar aku bukan memegang bahunya lagi tapi memeluk lehernya saking ketakutan.

“Yongie, kau mau membunuhku, hah? Leherku sakit,” kata oppa begitu sampai di depan gerbang sekolah.

“Hah? Hehehe mianhae oppa, kau bawa sepeda kayak orang kesurupan.”

“Mianhae, abis kita udah telat. Nah kan bunyi bel, cepat ke kelasmu. Kau bisa pulang sendiri kan nanti? Pulang sekolah aku ingin belajar sama teman-temanku.”

“Oh, ye, aku bisa. Hwaiting oppa, aku tau kau pasti bisa ujian dengan baik. Annyeong oppa,” kataku sambil berlari menuju kelasku.

Oh ya, lupa memperkenalkan diri. Annyeonghaseyo. Bae Yongrin imnida, 16 tahun. Kini aku duduk di kelas 1 SMA. Dan namja yang tadi itu namanya Jung Yonghwa, dua tahun di atasku, sedang mempersiapkan ujian kelulusan. Hahaha, kebetulan sekali nama tengah kami sama. Apakah ini jodoh? Aku harap begitu.

Dia itu tetanggaku, rumahnya hanya satu blok dari rumahku. Kami selalu bermain bersama sejak keci. Tidak heran kalau kami selalu berangkat dan pulang sekolah bersama.

Oppa selalu melindungiku layaknya kakak adik. Tapi aku sangat ingin lebih dari itu. Sudah lama aku menyukai oppa. Namun oppa tidak menyadarinya.

“Yongrin-ah, kau udah ngerjain pr fisika?” tanya Hyeri padaku begitu aku sampai di kelas.

“Udah, tadi malam diajarin Yong oppa.”

“Enak banget sih. Aku iri banget padamu.”

“Iri? Wae?”

“Kau punya tempat untuk bergantung. Nah, aku?”

“Ahahahaha. Kau kan bisa bergantung pada si ketua kelas.” Aku menyikut lengan Hyeri sambil mengarahkan pandanganku pada namja yang sedang tertidur di bangkunya.

“Jungshin? Dia itu namja payah kalo menyangkut cinta.”

HATCHI! Jungshin bersin. Tiba-tiba dia memandang tajam ke arah kami.

“Ya! kalian pasti ngomongin aku, iya kan? Udah ngaku aja deh.” Jungshin berjalan ke arah kami.

“Enggak tuh,” sahut Hyeri.

“Enggak salah lagi,” sambungku.

Tawa kami berdua meledak.

“Kalian mau aku cium, hah?”

“Aku tidak, tapi Hyeri mungkin iya, hahaha,” kataku lalu pergi sebelum mendapat amukan dari Hyeri.

Mereka adalah sahabat-sahabatku. Kang Hyeri dan Lee Jungshin. Pertama kali kami bertemu saat hari pertama masuk SMA. Tak tau kenapa kami merasa nyambung.



Akhirnya sekolah usai. Pelajaran hari ini emang membuatku ga semangat belajar. Dan lagi, oppa tidak pulang denganku. Jadi tambah ga semangat.

Oppa, bagaimana ujiannya tadi? 
Kuketik kalimat itu di ponselku dan kukirim pada oppa. Namun lama aku menunggu, tidak ada balasan sama sekali.

“Apa sebaiknya aku cek aja ke kelasnya?”

Aku menganggukkan kepalaku, berlalu ke kelas oppa. Kulihat oppa sedang ngobrol dengan sahabatnya, Lee Jinki. Kebetulan mereka ngobrol di dekat pintu, nguping aaah.

“Yong, kau beneran jadi ikut?” tanya Jinki oppa.

“Jadi dong. Aku pengen banget refreshing. Bosen belajar melulu.”

“Aku tau kenapa kau ikut, pasti karena ada Taeyeon kan? Seleramu bagus Yong.”

Refreshing? Bukannya tadi pagi oppa bilang mau belajar?

“Hush, ngaco aku. Yonghwa ku ini kan udah punya pacar.”

“Nugu?”

“Itu, hoobae kita. Si Yongrin.”

“Aish, dia bukan pacarku. Udah kubilang berapa kali.”

“Terus, berangkat bareng pulang bareng itu namanya apa coba kalo bukan pacaran?”

“Kupertegas sekali lagi. Dia itu bukan pacarku. Bu-kan-pa-car-ku. Arasso? Aku hanya menganggapnya adik.”

Kata-kata oppa tadi tiba-tiba membuat hatiku sakit. Rasanya sakit sekali. Lebih baik aku pergi dari pada mendengar pembicaraan itu. Aku takut hatiku bertambah sakit. Ingin sekali menangis, tapi tidak bisa. Terlalu banyak air mata yang aku keluarkan.

Aku salah, aku hanya dianggap adik. Lagipula siapa Taeyeon itu?



Matahari kembali muncul. Sejak kejadian ‘nguping’ kemarin, oppa tidak membalas sms-ku sama sekali. Tidak menelpon juga. Lain dari biasanya. Ada apa dengan oppa?

Dan sekarang sudah jam setengah 8 pagi. Setengah jam lagi bel sekolah berbunyi tapi oppa belum menjemputku juga. Apa dia bangun kesiangan lagi? Ah lebih baik aku hampiri lagi saja ke rumahnya.

TING TONG TING TONG! Aku menekan bel rumah oppa. Ternyata yang membukakan pintu adalah ibunya.

“Annyeong eomma,” sapaku sambil menundukkan badanku. Aku biasa memanggilnya eomma, itu permintaannya.

“Yongrin-ah, kok belum berangkat? Yonghwa udah berangkat setengah jam yang lalu lho. Emang ga mampir ke rumahmu dulu?”

“Aku justru dari tadi menunggu oppa.”



Oppa tidak membalas sms-ku, tidak pula menjemputku. Apa karena Taeyeon sunbae yang diceritakan kemarin? Ah, aniyo. Pasti tidak. Yong oppa itu selalu terbuka padaku. Pernah sewaktu SMP, oppa cerita padaku kalau dia suka pada seorang yeoja teman sekelasnya. Tapi syukurlah oppa tidak menyukainya sampai mendalam.

“Yongrin-ah, kau kenapa sih? Dari tadi lesu amat,” tanya Hyeri begitu aku duduk di bangku kelasku.

“Gwenchana,” jawabku singkat.

“Udah lah, Yongrin. Ga usah mikirin oppa mu itu. Semua namja emang selalu begitu. Kalau ada yang baru, yang lama dilupain.”

Aish! Menyesal aku menceritakan semuanya. Terutama sama si ketua kelas yang satu ini.

“Ya, Jungshin! Kau ini juga namja kan? Apa bukan?”

“Hah? Jelas aku seorang namja. Kau mau lihat?” Jungshin berakting seolah-olah ingin membuka resleting celananya.

“Paboya! Jangan bercanda Jungshin,” kata Hyeri seraya melempar buku tulisnya ke arah Jungshin.

“YA! KALIAN BERDUA BISA GA SIH GA BERANTEM! AKU LAGI PUSING!”

Hyeri dan Jungshin terdiam begitu aku bicara lantang pada mereka. Mianhae teman-teman, aku ga bermaksud begitu.



“Yongrin-ah, aku pulang dulu ya. Buru-buru. Eomma menyuruhku pulang cepat. Kau ke toko buku aja berdua sama Jungshin. Tapi kau jangan macem-macem ya sama dia. Awas kau! Annyeong.” Cih, Hyeri bahkan tidak memberikanku kesempatan untuk bicara. Ya sudahlah, terpaksa pergi berdua dengan Jungshin.

“Jungshin-ah, kau jadikan menemaniku?” tanyaku pada Jungshin yang duduk di depanku.

“Mianhae Yongrin-ah, jeongmal mianhae. Aku ga bisa. Aku harus menjemput sepupuku di sekolahnya. Ahjumma tidak bisa menjemputnya.”

“Yah, ya udah. Aku pergi sendiri aja.”

Ck! Belum pacaran aja udah kompakan begini, gimana kalau udah pacaran.

Apa aku pergi ke toko buku sama oppa ya? Ah aku belum ketemu oppa seharian ini.

“Hai, Jinki oppa!” sapaku begitu aku di dalam kelas Yong oppa.

“Hai, cantik!”

“Ya, berhenti memanggilku begitu. Hmm, Yong oppa mana?” tanyaku sambil celingak-celinguk di kelasnya.

“Yonghwa sih tadi ke kantin sama... Ah itu dia datang.” Jinki oppa menunjuk ke arah pintu dan akupun memutar kepalaku ke arah pintu kelas.

Yong oppa. Dengan Taeyeon sunbae.

“Yong, lama banget sih. Ngapain aja kalian di kantin? Mana titipanku?” tanya Jinki oppa.

“Yongie? Ada apa kau ke sini?” tanya oppa sambil memberikan sekantong plastik pada Jinki oppa.

Pertanyaan yang aneh. Biasanya pasti dia berkata, ‘kita pulang sekarang?’

“A...aku mau ke toko buku dan...”

“Mianhae Yongie, aku ga bisa nemenin kau,” kata oppa sambil merangkul bahu yeoja yang ada di sampingnya.

“Jadi dia ini yang kau anggap adik itu? Nomu yeppoda. Annyeong, Kim Taeyeon imnida. Kau mau roti?”

“Ga, sunbae. Makasih,” kataku datar, bahkan aku dengan sengaja tidak memperkenalkan diriku.

“Aigoo, kau memanggil Yonghwa dengan sebutan oppa, panggil aku noona kalau begitu.”

Aku hanya menanggapinya dengan senyuman pahit.

Tolong bawa aku keluar dari sini. Toloooooong!

“Kalau begitu aku pergi dulu. Permisi!”

“Kau ga apa-apa kan pergi sendiri?” tanya Yonghwa oppa padaku.

“Gwenchana!”

Suaraku nyaris bergetar. Tapi aku tidak mau menangis di depan mereka. Aku ga mau dianggap yeoja lemah.

“Nanti malam aku telpon ya, Yongie.”

Aku hanya tersenyum. Kalau aku menjawab, aku takut oppa tau kalau aku mau menangis.

“Yongriiiiiiiin!”

Sebuah suara yang menyebut namaku dari jauh terdengar. Jungshin berlari menghampiriku.

“Jungshin-ah, ngapain kau lari-lari?”

“Syukurlah kau belum pulang. Kajja! Kita ke toko buku.”

“Lho? Sepupumu bagaimana? Katanya kau mau menjemput?”

“Ga jadi, udah di jemput hyung ku.”

“Oh!”



“Jungshin, aku udah nemuin bukunya. Ayo kita ke kasir.”

Tapi begitu kakiku melangkah, aku tersandung karena kabel. Dengan cepat Jungshin menangkapku. Namun wajah Jungshin terlalu dekat, dengan cepat aku mendorong Jungshin. Alhasil, aku sukses terjatuh.

“Kok aku didorong sih? Mau nolongin tau.”

“Wajahmu itu terlalu dekat. Jangan ngambil kesempatan ya?”

“Pede banget kau, Yongrin. Aku kan menyukai Hyeri. Aduhhhh, Hyeri itu ga sadar apa ya kalau aku suka padanya.”

“Hahaha, kau kurang berusaha, Jungshin-ah. Hwaiting! Nanti aku bantu deh!”

Kedua sahabatku lucu sekali. Mereka saling suka tapi tidak menyadari satu sama lain. Hyeri sering curhat padaku ini itu yang intinya dia menyukai Jungshin, tapi Hyeri melarangku memberi tau Jungshin walaupun kami bertiga sahabat. Dan begitu pula Jungshin yang juga sering cerita padaku tentang rasa sukanya pada Hyeri. Aku memegang dua rahasia yang sama.

Tapi tiba-tiba saja perasaanku ga enak.



Pagi kembali menjelang. Jarum pendek jam dinding mengarah ke angka 7 lebih sedikit. Lebih baik aku berangkat sendiri, biar oppa merasa bersalah padaku karena kemarin tidak menjemputku. Katanya mau nelpon, mana???

Tapi ternyata aku salah besar. Begitu aku sampai di sekolah, aku melihat oppa sedang berdua dengan Taeyeon noona. Yong oppa benar-benar telah melupakanku.

Hatiku terasa sakit lagi. Lebih baik aku segera pergi ke kelas.

Ternyata kesialanku belum berakhir. Baru saja aku duduk di bangku ku, Hyeri datang lalu menggebrak mejanya keras. Untung saja di kelas hanya kami berdua, kalau tidak sudah dipastikan ini akan menjadi tontonan menarik bagi teman-teman sekelasku.

“Hyeri-ya, waeyo?”

“Kau tau? Jungshin berciuman dengan yeoja pengkhianat.”

“Mwo? Siapa yeoja itu?”

“JANGAN BELAGAK BODOH KAU BAE YONGRIN!”

“Hyeri-ya, kau tidak perlu bentak-bentak begitu padaku. Kan bisa dibicarakan dengan baik-baik.”

“Heh, kau, sa-ha-bat-ku! Ups salah, man-tan-sa-ha-bat-ku! Ga usah pura-pura baik lah. Hampir setahun kita bersama, baru sekarang kau nunjukin siapa dirimu sebenarnya.”

“Hyeri-ya, kau kenapa? Jelaskan padaku apa yang terjadi.”

Kulihat Hyeri mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya dan memencetnya. Aku ga tau apa yang sedang dia lakukan. Tapi begitu dia memasukkan ponselnya kembali, dia pergi keluar tanpa bicara. Namun dia sempat berhenti di pintu dan mengatakan sesuatu tanpa berbalik memandangku sebelum dia menghilang.

“Semoga itu mengingatkanmu.”

DRRRRRRRRT! Ponselku tiba-tiba bergetar. Ada mms masuk. Kubuka dan ternyata....

Ah aku mengerti. Kang Hyeri, kau salah paham.

“Yongrin-ah, aku melihat Hyeri menangis. Waeyo?” tanya Jungshin begitu sampai di kelas.

“Dia salah paham padaku. Ah aniyo, pada kita.”

“Mwo?”

Aku menunjukkan sebuah foto yang dikirim Hyeri tadi.

“Itu kan saat aku menolongmu waktu tersandung kemarin.”

“Kau benar Jungshin. Wajah kita terlalu dekat. Aigoo! Siapa sih yang ngambil gambar ini.”

“Ini semua gara-gara kau Yongrin,” kata Jungshin sambil menatap tajam padaku.

“Jungshin-ah?”

“Kau ga dengar? Ini semua gara-gara kau. Andai aja kemarin kau ga mengajakku ke toko buku, ga begini jadinya. HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!” Aku melihat Jungshin berteriak sambil menarik rambutnya yang panjang.

“Menyusahkan!”

Hanya kata itu yang terakhir aku dengar, selanjutnya dia berlari keluar. Entah ke mana, mungkin menyusul hyeri.

Mataku mulai panas. Air mataku jatuh dengan deras. Selalu saja begini. Orang-orang yang kusayangi selalu pergi menjauhiku.



Sudah dua hari ini aku tidak bertemu oppa. Hyeri pun tidak bicara denganku, begitu juga Jungshin. Bahkan mereka duduk di bangku yang jauh dari bangku ku.

Mereka menjauhiku.

Hari sudah mulai gelap tapi aku masih tidak mau beranjak dari tempat dudukku. Aku masih berharap tiga orang yang kusayangi itu menghampiriku. Aku berharap oppa mengajakku pulang bersama seperti biasa. Aku berharap Hyeri datang dan mengaku kalau dia hanya salah paham. Aku berharap Jungshin datang dan menarik kata-katanya waktu itu.

Tapi aku rasa itu mustahil. Hampir tiga jam aku diam di kelas, namun tidak ada tanda-tanda kedatangan mereka. Haha, air mataku saja habis. Aku capek menangis. Ga di rumah ga di sini.

Matahari sudah lenyap, namum bulan tidak memunculkan dirinya. Hahahaha, rasanya aku ingin tertawa. Bahkan matahari dan bulan saja menjauhiku.

Langkahku gontai menuju rumah. Tempat yang sebenarnya tidak ingin kudatangi. Tapi kemana lagi aku pergi? Dimana lagi aku berteduh?

Ku masukkan password keamanan rumahku. Pintu depan terbuka. Kunyalakan seluruh lampu. Kupandangi sekeliling rumahku. Rumah yang terbilang besar untuk ukuran gadis seumurku, sendirian. Tadinya aku tinggal berdua dengan pembantuku, biasa kupanggil ahjumma. Namun tiga tahun yang lalu dia menikah dan memutuskan untuk tinggal terpisah denganku. Dia tetap bekerja, hanya pagi sampai siang, lalu kembali ke rumahnya. Akupun tidak menolak. Lagipula aku tidak mau anaknya tinggal bersamaku, bahkan melihatnya saja aku enggan. Aku tidak mau membuat diriku iri pada bayi itu. Iri akan kasih sayang seorang ibu.

Ya, itulah aku. Sebatang kara. Eomma meninggal 8 tahun yang lalu. Yang aku ingat, sore itu aku sedang bermain basket dengan eomma dan appa. Bola yang appa lempar melewati pagar rumah dan menggelinding ke seberang jalan. Aku berniat mengejar bola basket itu dan tiba-tiba eomma mendorongku dengan kuat. Saat aku menengok ke belakang, kulihat eomma bersimbah darah. Kulihat pula eomma tersenyum, senyum terakhirnya. Eomma tewas.

Sejak saat itu appa tidak pernah bicara padaku. Dia pun memutuskan untuk pindah ke London dengan alasan akan mengurus cabang perusahaan barunya. Tapi dia tetap mengurusi keuanganku.

Aku tau appa, kau sebenarnya tidak mau melihatku. Tujuh tahun aku tidak bertemu dengannya.

Hey, sebenarnya aku punya seorang oppa. Usianya 5 tahun di atasku. Oppa ikut dengan appa ke London. Sama dengan appa, dia membenciku.

Ku masuki kamar eomma dan appa yang masih selalu ahjumma bersihkan setiap hari. Kupandangi foto mereka.

“Eomma, appa, oppa” kataku lirih.

Hahaha, paboya. Percuma saja kau panggil mereka, Yongrin. Mereka tidak akan datang. Semua ini karena kau Yongrin. Andai aja kau tidak menuruti ego mu, andai saja kau tidak manja, mereka pasti tidak akan bermain denganmu sore itu.

“Hiks, hiks!”

Saking seringnya aku menangis, aku terisak tanpa air mata setetespun.

GREAT! Aku memang ditakdirkan untuk sendiri. Semua orang yang aku sayangi kini meninggalkanku satu per satu.

Mataku tertuju pada sebuah bingkai foto. Ada eomma, appa dan tentunya aku dan oppa yang masih kecil. Kami tersenyum bahagia. Ah aku ingat, foto ini diambil saat pergantian hari menuju hari ulang tahunku yang ke-5. Saat itu aku sedang tertidur, tiba-tiba oppa menggelitikku sampai terbangun dan sebuah kejutan sudah menanti.

“Kalian tau ga rasanya sendirian itu seperti apa? Kalian ga tau kan? Eomma, pasti banyak malaikat yang menemanimu. Appa dan oppa selalu bersama.”

Akhirnya air mata sudah berhasil keluar.

“Aku iri eomma pada teman-temanku. Sepulang sekolah, teman-temanku pasti disambut eomma mereka dan mereka menceritakan hari-hari di sekolah mereka pada eomma mereka. Aku bercerita pada siapa?

Appa, aku iri pada teman-temanku. Setiap ada tugas pekarya, kebanyakan dari teman-temanku meminta bantuan pada appa mereka. Aku minta bantuan siapa?

Dan oppa, aku iri pada teman-temanku yang dibela oleh kakak mereka saat mereka diejek oleh teman mereka. Aku minta dibela siapa?”

Tak tau aku mendapat stok air mata dari mana, tapi air mataku mengalir dengan deras.

“Kini, teman-temanku yang ku anggap sahabat mulai menjauhiku. Dan orang yang kusukai telah menemukan belahan jiwanya. Aku rela jika oppa menyukai yeoja lain, tapi jangan melupakanku. Oppa....”

Tanpa berpikir panjang aku segera pergi ke kamarku. Mencari suatu benda yang sangat menarik perhatianku 7 tahun yang lalu.

“Tunggu beberapa menit lagi, oke eomma?”

TENG – TENG –TENG – TENG

Jam antik milik appa berbunyi. Tepat jam 12 pagi.

Saengil chukhae hamnida Bae Yongrin. Sweet seventeen yang indah. Sangat indah.

Aku mulai membuat sebuah ukiran, hanya sebuah ukiran horizontal yang tak berarti. Ini yang memang aku inginkan. Ukiran itu mengeluarkan sesuatu yang cair berwarna merah. Amis menyengat.

BRAK!

“Saengil chukha.... YONGRIIIIN!!!!”

Aigoo, suara gaduh apa itu? Aku ingin melihat siapa itu tapi mataku tidak bisa terbuka. Aisssssh! Kalian mengganggu sekali, aku ingin tidur dengan tenang.


6 tahun kemudian
Author pov


Seorang namja tampan yang di kenal sebagai leader sekaligus vokalis dan gitaris sebuah band ternama CNBLUE, sedang menatap dirinya di cermin.

“Aku pantas tidak memakai tuksedo hitam ini?”

“Perfect!” jawab seorang yeoja yang dari tadi terus mengamati namja itu.

“Huaaaaah, dugeun-dugeun.”

Namja itu berjalan bolak-balik ke sana kemari.

“Ya! kau membuatku pusing. Ga usah gugup. Lihat dongsaengmu minggu lalu, dia tidak gugup.”

“Aduh, dia mah emang kebelet kawin, kekekeke,” namja itu terkekeh.

KLEK! Pintu ruangan itu terbuka.

“Annyeong oppa. Wah, kau tampan sekali,” puji seorang yeoja yang muncul dari pintu.

Namja itu tersenyum. “Kau juga. Cantik sekali.”

“Seohyun-ah, kau tidak seharusnya di sini. Sana pergi. Kau tidak boleh melihat mempelai pria nya.”

“Cih, lalu Taeyeon eonni sedang apa di sini? Ah ya, arasso. Pasti nunggu Jinki oppa. Baiklah aku pergi. Jangan mengacaukan hari penting ini oppa.”

“Ne, arasso!”

Baru saja Seohyun pergi, muncul lagi seseorang. Seorang namja bertuksedo putih masuk ke ruangan itu, tak kalah tampannya dari namja bertuksedo hitam itu. Itulah pendapat Taeyeon.

“Mianhae aku telat. Aku ada shooting tengah malam tadi, terus ketiduran deh, hehe. Untung Key membangunkanku. Hey, kau tampan Yong,” kata Jinki meninju lengan Yonghwa.

“Gomawo. Aku emang tampan.”

“Kalau aku tampan sekali, hihi,” Jinki memamerkan gigi kelincinya.

KRIK KRIK!

“Kok pada diam sih? Aish! Jagi, kapan kita menikah kayak orang ini?”

“Kalo ke-sangtae-anmu menghilang, baru aku mau menikah dengamu,” jawab Taeyeon singkat.

KLEK! Tiga namja dan seorang yeoja masuk.

“Wah, si penganten baru datang,” ledek Jinki.

“Aish, oppa, berhenti bilang pengantin baru. Ini udah seminggu oppa,” jawab Hyeri. Jungshin sang suami hanya tersenyum.

“Hyung, kau tampan deh,” puji Minhyuk.

Jonghyun pun mengacungkan kedua jempolnya, pertanda setuju dengan ucapan Minhyuk.

“Jadi, kami mau dibayar berapa? Kau harus ganti rugi.” tanya Jinki.

“Bayar apa?” tanya balik Yonghwa.

“Aigoo, SHINee dan SNSD dengan formasi lengkap datang khusus ke sini untuk kau. Dengan terpaksa kami mengcancel jadwal hari ini demi kau.”

Jinki terkekeh. Ingin rasanya Yonghwa melempar vas bunga yang ada di sampingnya pada sahabatnya itu, tapi Jinki sudah keburu pergi membawa Taeyeon.

“Aku mau menengok mempelai wanitanya dulu,” kata Taeyeon dari balik pintu.

DRRRRRRRRRT!

Ponsel Yonghwa bergetar, ada sms masuk.

Oppaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, apa kau siap?

Yonghwa tertawa kecil begitu membaca sms itu. Diapun membalasnya.

Haha, kau tidak perlu memanggilku sepanjang itu jagi. Aku gugup sekali. Lebih gugup daripada saat pertama kali manggung di depan umum.

Tak lama Yonghwa mengirim sms itu, datang sebuah balasan.

Aku ga nanya keadaanmu bagaimana. Jung Yonghwa, apa kau siap menikah denganku?

Sebuah senyuman terukir, Yonghwa membalas dengan mantap.

Aku sangat siap Bae Yongrin. Nomu saranghaeyo :* <<<<<<<3333333


Flashback
Yonghwa pov


“Hey, Yong. Emang kau tau passwordnya?” tanya Jinki padaku yang sibuk memencet tombol yang ada di pintu rumah besar itu.

“Aku tau. Aku kan sering ke sini. Dan... nah terbuka kan.”

“Kau sering ke sini, Yong?” tanya Taeyeon heran.

Akupun mengangguk. “Biasanya kami belajar bareng.”

“Ya, kau ga apa-apain dongsaengku kan?” tanya Yongju, oppa Yongie.

Aku tau selama ini Yongie menderita, hidup sendirian tanpa kasih sayang orang tua selama 8 tahun ini. Aku sering memergokinya menangis di kamar orang tuanya, lalu keluar seperti tidak terjadi apa-apa. Yongie yang dari luar terlihat kuat, sebenarnya dia sangat rapuh. Aku tau itu Yongie, aku tau. Karena dari dulu aku menyukaimu. Ah, apa mencintai ya? Yah saranghaeyo lah pokoknya, hehe.

Dan kami semua: aku, Jinki, Taeyeon, Jungshin, Hyeri, Yongju hyung dan Bae ahjussi, bersekongkol mengerjai Yongie di hari-hari menjelang ulang tahunnya.

Semua ini adalah ide dari appa dan oppa nya Yongie. Mereka menyesal meninggalkan Yongie sendirian. Awalnya aku kesal mereka datang. Tapi yah karena mereka menyesal, akupun berusaha berpikiran positif.

Satu alasan mereka tidak mau bertatap muka dengan Yongie. Senyumannya. Ya senyuman Yongie. Aku akui senyuman Yongie mirip dengan eommanya. Ah tidak, bukan mirip tapi sama. Mereka berdua takut bila di dekat Yongie, yang ada mereka akan selalu teringat akan mendiang Bae ahjumma. Mereka takut akan selalu larut dalam kesedihan.

Dan kini, detik-detik menjelang hari ulang tahunnya, mereka berdua akan muncul di hadapan Yongie. Kado spesial.

“Ini kamar Yongie,” bisikku menunjuk ke arah sebuah pintu kamar tidur.

“Hey, jagi, buka kardus kuenya,” perintah Jungshin pada pacar barunya, Hyeri.

“Ye!”

Oh ya, mengenai persekongkolan, semua yang terjadi beberapa hari sebelumnya hanya sebuah rekayasa. Tentu saja aku ga pacaran sama Taeyeon. Yeoja itu bahkan yeojachingu nya Jinki. Hahahaha, aku meminjamnya.

Aku juga meminta bantuan pada kedua sahabatnya sekaligus hoobae ku di sekolah, Jungshin dan Hyeri. dimulai dari kesalahpahaman Hyeri sampai kata-kata pedas Jungshin. Mereka berdua setuju dan jadilah kami merencanakan ini semua.

Yongie, kau tidak akan kesepian lagi.

“Aku udah menyalakan lilin hyung,” bisik Jungshin padaku.

Aku mengangguk. Kupandangi sebuah jam antik yang terletak dekat dengan kami.

TENG – TENG – TENG – TENG

Jam 12 tepat, memasuki hari lahir Yongie.

“Kajja,” bisikku.

“Satu... dua... tiga...”

BRAK!

Pintu kamar Yongi kami buka dengan kasar, bermaksud mengagetkannya.

“Saengil chukha... YONGRIIIIIIIIN!!!”

ASTAGA! Bae Yongrin? Apa yang kau lakukan?????

Kami semua menghampiri Yongie yang terkujur lemas di tempat tidurnya. Banyak darah yang keluar dari pergelangan tangan kirinya. Dia mencoba membunuh dirinya sendiri.

“JINKI, PANGGIL AMBULANCE!” perintah Taeyeon. Dengan segera Jinki menelpon rumah sakit.

Yongju hyung mengangkat badan Yongi ke pangkuannya.

“Yongie, sadarlah. Ini oppa datang Yongie bersama appa. Yongie~ Jeongmal mianhae.” Ku lihat bulir air mata jatuh di pipi Yongju hyung.

“Yongrin-ah, kau tega sekali berniat meninggalkan kami semua,” pekik Hyeri histeris. Dia panik melihat sahabatnya itu tidak membuka matanya.

“Yongrin-ah, kau harus bangun. Kau tau? Aku udah jadian sama Hyeri. Ayolah, bangun. Kalau kau ga bangun, aku bakalan putusin Hyeri. Jebal, bangun Yongrin.”

Jinki dan Taeyeon diam, ikut larut dalam kesedihan.

“Yongie, ini aku Yong oppa. Kau harus sadar. Kau ga mau ada di sisi oppa? Aku hanya mau kau Yongie, sadarlah,” kataku.

Yongie masih belum sadar. Apa dia sudah pergi? Oh Tuhan, jangan ambil nyawa Yongie. Kami bahkan belum meminta maaf padanya. Aku benar-benar sungguh menyesal. Dia pasti tertekan, orang-orang yang dicintainya pergi meninggalkannya.

“Yongie, bangun nak! Jangan tinggalkan appa. Appa ga mau kehilangan orang yang appa cintai lagi. Jebal, sadarlah Yongie.”

Dan keajaiban datang, Yongie membuka matanya perlahan.


-END-

13 comments:

  1. huaaaahh baguuusss ... emosinya bikinnaik turun kaya jaetkoster :P

    tapinya NGGAK TERIMAAAA Jungshin sama Hyeri .. knapa selingkuhin MinHyuk haahhh

    ReplyDelete
  2. untung yongrin-nya gak meninggal, kalo meninggal asli deh gak bisa bayangin o.o
    waktu bagian seohyun itu kirain dia bakal jadi pasangan siapa gitu, rupanya cuma numpang lewat xDD *dilemparsones*

    aku hampir nangis waktu dia nyatain kesendiriannya itu :'( tapi karna lagi laper jadi gak keluar deh airmatanya (?)

    baguus eonni, aaa aku kok gak bisa bisa ya buat oneshot -,-

    daebak eon (Y)

    ReplyDelete
  3. untung yongrin-nya gak meninggal, kalo meninggal asli deh gak bisa bayangin o.o
    waktu bagian seohyun itu kirain dia bakal jadi pasangan siapa gitu, rupanya cuma numpang lewat xDD *dilemparsones*

    aku hampir nangis waktu dia nyatain kesendiriannya itu :'( tapi karna lagi laper jadi gak keluar deh airmatanya (?)

    baguus eonni, aaa aku kok gak bisa bisa ya buat oneshot -,-

    daebak eon (Y)

    ReplyDelete
  4. @eonni: emang jetcoaster naik turun ya on? *hadeh biasa naik bianglala*
    hehe, aku ga selingkuh dr minhyuk kok, tenang aja eon. gomawo eonni~

    @haninrare: hehe gomawo ya udah baca :)

    @ica: kalo dibuat meninggal, kasian yong nya ;p
    emang kalo laper bikin semua jadi buyar (?)
    gomawo~

    ReplyDelete
  5. @ririe: emang sedih ya??? kkk gomawo udah baca :)

    ReplyDelete
  6. tragis...tapi akhirnya aku suka heheeh

    ReplyDelete
  7. Bagus2... ga ketebak banget lah... awalnya bingung kenapa tiba2 ada seohyun, dan jadi apa dia... ternyata dapet pencerahan dari komen yang diatas...

    **Ooo... SeoHyun numpang lewat aja... ^.^ hehe...

    #ampunsone..

    ReplyDelete
  8. @sarah: tragis? hahaha akhirnya happy ending kan? gomawo udah baca :)

    @Princess Edelweis: haha, jadi si yong jinki jungshin dan taeyeon udah jadi artis. nah kan seohyun itu 1 grup sama taeyeon (SNSD) dan dia kan pasangan WGM nya yong, kekek. ga aku jelasin sih emang, mianahe klo bikin bingung
    gomawo udah baca :)

    ReplyDelete
  9. Wkwkwk gak nyangka ternyata kejutan...

    tapi pasti yongrin tertekan bgt yaa soalnya aku juga pernah ngerasain kyk gituu #curhat #ditampolauthor


    kok jungshin sama hyeri sih? jolthae andwae -____- jungshin punyaku seorang ;*

    nice FF! good job~ bikin ff terus yaaa ditunggu

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'