Monday, May 2, 2011

Pizza Girl (Chapter 1): Annoying Guy, Annoying Customer

Judul: Pizza Girl (Chapter 1): Annoying Guy, Annoying Customer

Author: Lee Dae Hyun (@amaryaririe)

Rating: Teenager

Genre: Friendship, Romance (maybe next. let’s see), or whatever

Length: Chaptered

Cast:

  • Song Min Mi (fiksi)
  • Lee Jong Hyun (CNBLUE)
  • Demi Lovato

Other cast:

  • Kim Bum
  • Lee Ji Ah
  • Lee Dae Hyun (fiksi)

Note: Mianhae, kalau chapternya rada pendek, soalnya ini bisa di bilang masih pendahuluan, belum klimaksnya (?) Selamat membaca. Don’t forget to comment pls ^^



Minmi POV

Ah, akhirnya tugas ini selesai juga. Aku segera mengembalikan buku ke rak perpustakaan dan keluar.

“Minmi!” Ternyata Demi yang memanggilku. Mahasiswa keturunan Mexico-Italia-Irlandia ini adalah yeoja pindahan dari Amerika yang sudah menjadi sahabatku sejak awal masuk kuliah.

“Hey, ada apa? Kerja kelompokmu sudah selesai?” tanyaku kaget.

“Sudah. Tapi aku masih kesal ah karena kita gak sekelompok. Padahal aku pingin kita berdua sekelompok. Eh, aku malah dapatnya sama si Ryongguk itu. Udah susah banget disuruh kerja. Huh,” keluh Demi.

“Ya sudahlah, mau diapain lagi. Yang penting kan tugasnya udah selesai,” hiburku.

“Ngomong-ngomong, abis ini kau mau ke mana?” tanya Demi.

“Ehm, mau ke tempat Joe’s Pizza. Soalnya kemarin aku dihubungi orang sana. Kayaknya sih aku udah bisa mulai kerja part-time dalam waktu dekat,” jawabku.

“Oh, ya sudah. Aku juga harus ke tempat penitipan anak hari ini. Kita jalan ke halte sama-sama aja yuk.”

Aku dan Demi berjalan ke luar gedung universitas menuju halte terdekat. Hari sehabis hujan dan masih terlihat sisa genangan air di jalan.

Sebuah mobil dengan atap terbuka dengan kencang lewat di sampingku dan membuat genangan air menyiprat ke kaos yang kupakai.

“Ahh, kurang ajar banget sih tuh orang,” teriakku.

“Apa kau bilang? Aku kurang ajar? Siapa kau bisa bilang aku kurang ajar?” Seorang namja yang mengendarai mobil itu menghentikan mobilnya lalu ia keluar dari mobilnya dan berteriak padaku.

“Ya! Kenapa kau yang marah?! Seharusnya aku tau yang marah. Jelas-jelas kau yang mengendarai mobilmu dengan kencang. Tidak lihat apa ada genangan air? Liat nih, bajuku jadi kotor,” bentakku.

Namja itu lalu membuka kacamata hitamnya lalu menatapku dengan tajam.

“Memangnya aku sengaja?” tanyanya, tidak mau disalahkan.

“Siapa yang bilang kau sengaja? Tapi kau punya mata tidak? Di situ ada genangan air. Kau! Boleh saja kau punya tampang ganteng, tapi siapa sangka kau punya gangguan dengan penglihatanmu,” marah Demi.

“Ya! Berani-beraninya kau mengatakan aku punya gangguan penglihatan. Kalian ini, sungguh menyebalkan,” katanya lalu masuk lagi ke mobil dan pergi begitu saja.

“Kalau aku bertemu dengan namja itu lagi, awas! Kusiram mukanya dengan genangan air baru tau rasa,” geramku.

“Lalu bagaimana ini dengan bajumu?” tanya Demi.

“Ah, sudahlah. Aku tutupi dengan jaket dulu saja. Lagipula mau diapakan?” Aku pasrah.

“Ehm, semoga saja kau diterima kerja part-time itu membuatmu gak kesal lagi,” hibur Demi.

Lalu aku berpisah dengannya dan menaiki bus menuju restoran pizza itu.

**

“Kalau hari ini sudah bisa mulai kerja tidak? Atau besok saja?” tanya manajer restoran pizza tersebut dengan ramah.

“Aku sudah siap kok kalau harus hari ini mulai bekerjanya,” jawabku.

“Tapi tidak apa-apa? Sewaktu-waktu kau bisa lebih banyak menjadi pengantar pizza lho dibandingkan melayani di restoran. Tapi tenang saja, aku sudah menyerahkannya pada Kim Bum untuk mengatur kapan kau harus lebih banyak bekerja sebagai pengantar, kapan menjadi pelayan restoran.”

“Tidak apa-apa. Justru aku suka kok dan tampaknya menyenangkan kalau menjadi pengantar pizza makanya secara khusus aku melamar.”

“Ya sudah. Kau sudah boleh bekerja sekarang.”

“Gomawoyo. Aku permisi dulu.” Aku berjalan ke luar dari kantor manajer itu.

**

“Minmi-ya, tolong antar ke alamat ini ya,” kata Kim Bum sunbae saat hari mulai malam dan aku baru selesai melayani beberapa pelanggan.

“Ne, sunbae. Aku pergi dulu,” jawabku.

Aku segera mengendarai motor untuk mengantarkan pizza ke tiga rumah yang masih dalam satu blok.

“Ehm, ini yang terakhir. Setelah itu kembali lagi ke restoran,” kataku dalam hati.

Aku segera turun dari motor lalu masuk ke pekarangan rumah yang kutuju. Aku segera membunyikan bel. Aku mendengar seseorang menuruni tangga rumah itu dan berjalan ke arah pintu.

“Annyeonghaseyo. Pizzanya sudah sampai tuan,” kataku sambil membungkuk ketika melihat bayangan seorang namja tinggi yang membuka pintu.

Saat aku menengadahkan wajahku dan menatap orang itu, alangkah terkejutnya aku.

“Kau?” Aduh, apa lagi ini?

“Kau lagi, kau lagi. Ternyata yeoja rese yang terkena cipratan genangan air tadi. Ada apa ke sini? Mau menuntutku soal bajumu yang kotor?”

Arrggh, kenapa harus dia? Aduh, dua kali sudah aku bertemu dengannya hari ini. Menyebalkan sekali.

“Hei, aku tidak punya banyak waktu untuk melayanimu yeoja rese. Sekarang, mau apa ke sini?”

“Hei, kau tidak punya mata apa?! Liat ini. Topiku, kaosku dan kotak pizza ini. Memangnya aku mau apa lagi selain mengantarkan pizza pesananmu?”

“Oh, nganterin pizza. Perasaan selama aku langganan pizza di restoran ini, aku belum pernah diantarkan pizza oleh yeoja rese. Baru ya?”

“Apa urusanmu kalo aku baru atau tidak? Dan aku, aku punya nama. Namaku bukan yeoja rese. Ingat itu!” kataku geram. Aku langsung menyerahkan kotak pizza itu.

“Oke, ini uangnya. Dan kau mau tip berapa?” katanya dengan nada meremehkan sambil mengambil kotak pizza yang aku serahkan.

“Sudah, jangan banyak gaya hai orang kaya. Aku harus kembali bekerja. Emangnya aku mau buang-buang waktu apa berhadapan dengan namja aneh sepertimu,” jawabku.

“Ya sudah ini. Dah yeoja rese,” katanya mengejek lalu menutup pintu rumahnya.

“Dasar namja gila,” umpatku dalam hati.

**

“Kembalinya kok rada lama?” tanya Kim Bum sunbae.

“Itu tuh di alamat ini. Ada namja rese,” jawabku.

“Namja rese? Lee Jong Hyun maksudnya?” tanya Ji Ah sunbae.

“Ah, entahlah namanya siapa. Pokoknya menyebalkan,” jawabku.

“Kau orang pertama yang bila dia menyebalkan,” jawab Kim Bum sunbae.

“Emangnya kenapa? Sunbae tau dia?”

“Beberapa karyawan yeoja di sini yang pernah mengantarkan pizza di rumahnya bilang kalo anak itu ganteng. Dia udah lama langganan pizza di sini. Entahlah, mungkin karena mereka juga tidak pernah berbicara dengan Jonghyun jadi tidak tau seperti apa dia. Aku sendiri belum pernah melihatnya,” kata Ji Ah.

Jonghyun POV

“Masih kesal dengan yeoja dan temannya itu yang marah-marah kepadaku tadi siang, eh malah dia muncul lagi di pintu rumahku untuk mengantar pizza. Dia emang yeoja rese dan galak pula. Kayak mau nyaingin anjing herder saja. Baru bajunya yang kena genangan aja udah marah-marah ga jelas. Yeoja rese!” pikirku sambil memakan pizza yang kupesan.

“Jonghyun, kau pesan pizza ya?”

“Ya, Jonghyun! Kau malah melamun.”

“Noona, kau membuatku kaget.” Ternyata Daehyun noona.

“Kau ini melamunkan apa? Lagi jatuh cinta ya? Wah, akhirnya dongsaengku.”

“Andwae. Siapa yang lagi jatuh cinta,” jawabku ketus.

“Eits, santai aja dong jawabnya. Sekarang, ada apa?”

“Tadi siang aku ketemu dengan yeoja rese. Bajunya kecipratan genangan air di jalan pas mobilku lewat. Eh dia marah-marah,” ceritaku.

“Ya iyalah pasti dia kesal. Noona udah tau pasti kau ngendarain mobilnya kencang kan. Udah tau itu genangan air, malah diinjak dan gak pelan-pelan lagi.

“Tapi kan aku gak sengaja, Noona,” jawabku cemberut.

“Ya sudahlah, kalau menurutmu kau benar. Mau diapakan lagi?” kata noona lalu mengambil pizza dan pergi meninggalkanku.

Dalam hatiku, aku berharap tidak akan pernah bertemu dengan yeoja itu. Melihat wajahnya saja sudah membuatku kesal.

**

Minmi POV

“Bagaimana hari pertamamu bekerja?” tanya Demi saat ia baru datang ke kelas.

“Ugh, menyebalkan,” jawabku cemberut.

“Lho emangnya kenapa? Masalah dengan manajer atau karyawan lain?” tanyanya lagi dengan penasaran.

“Hmm, ga dua-duanya sih. Masalah dengan namja yang kemarin lagi.”

“Mwo? Kamu bertemu lagi dengan namja itu? Di mana?” Ia terkejut.

“Aku mengantar pizza ke sebuah rumah dan ternyata dia tinggal di rumah tersebut. Ah, sial. Kenapa harus bertemu dia lagi?”

“Terus katamu kemarin kalau bertemu dia lagi, mau menyiramnya dengan genangan air kan?”

“Aduh, Demi. Mana sempat. Aku kan lagi bekerja. Aku malah tidak menyangka bisa ketemu dia lagi.”

“Sabar yah. Dalam satu hari ketemu musuh 2 kali. Hal yang menyebalkan,” ujar Demi.

“Sebenarnya ada yang lebih menyebalkan lagi, Dem. Aku dengar dia adalah pelanggan setia restoran pizza itu. Frekuensi aku untuk bertemu dia lagi, kemungkinan aku untuk bertemu dia lagi, akan lebih besar,” keluhku.

“Berdoa saja supaya kamu gak pernah berurusan sama dia lagi. Walaupun nampaknya mustahil,” kata Demi pesimis.

“Semoga saja,” gumamku.

**

“Eomma, benar kan eomma tidak masalah kalau aku kerja part-time?” tanyaku pada Eomma saat aku sedang off.

“Tidak masalah kok. Eomma malah senang kamu bisa mandiri dan menambah uang saku kamu sendiri. Meskipun eomma dan appa bisa membiayai semuanya, tapi eomma tidak melarangmu untuk bekerja part-time. Hanya satu pesan eomma, bijaksana ya memakai gajimu. Kalau bisa ditabung saja, kan kau masih di bawah tanggungan orang tua. Jadi belum begitu banyak pengeluaran. Kalau kau nabung dari sekarang kan suatu saat kau dalam keadaan terdesak, kau bisa menggunakannya.”

“Iya eomma,” jawabku.

Huh, kalau tidak karena tekadku untuk mencoba mandiri dan menambah uang sakuku, sudah mundur saja aku dari pekerjaan ini karena namja rese itu. Tapi kalau aku terlalu mempermasalahkan itu, malah aku yang rugi sendiri. Tidak, namja itu tidak boleh mematahkan semangatku.

**

“Minmi, tolong layani tamu yang di meja 3 ya.”

Aku segera mengambil menu dan note lalu berjalan ke meja 5. Saat itu masih sore dan belum banyak pelanggan yang datang.

Astaga! Namja itu lagi.

Aku hendak berbalik badan dan bermaksud meminta yang lain untuk melayani manusia satu ini. Tapi sialnya, dia sudah melihatku.

“Hai yeoja rese,” sapanya sambil tersenyum mengejek.

“Aku tidak butuh sapaanmu yang menjijikkan itu. Ini menunya dan cepat sebutkan pesananmu.”

“Ya! Kau mau kuadukan ke manajermu soal pelayananmu yang tidak baik. Kau melayani pelanggan dengan sangat buruk, yeoja rese,” katanya sambil menunjukku.

“Kukira tidak. Aku hanya bersikap seperti itu kepadamu. Tidak dengan yang lain,” jawabku.

“Kau lupa kalau aku pelanggan?” tanyanya sinis.

“Oh, kau pelanggan. Bagiku, kau hanyalah namja yang menyebalkan.”

“Hmm, baiklah yeoja rese. Aku mau pesan pizza dengan toping jamur. Oh iya, dan janggung di bagian pinggir. Minumnya lemon tea. Dan, tidak pakai lama,” ujarnya cuek sambil menyerahkan menu.

Aku menarik menu itu dengan kasar.

“Rupanya kau benar-benar ingin kulaporkan pada manajermu ya?”

“Jangan, jangan. Aku mohon,” jawabku sambil menggelengkan kepala.

“Kalau tidak mau diadukan kepada manajermu, sekarang berikan aku lagi menunya dan ambil dengan baik,” perintahnya.

“Siapa kau berani memerintahku seperti itu?!”

“Pembeli. Di mana-mana pembeli adalah raja. Sudah cepat lakukan atau…”

“Ne, ara, ara,” jawabku.

Aku melakukan seperti apa yang dia perintahkan demi ‘keselamatan’-ku. Dia tersenyum puas.

“Sudah? Puas kan?”

“Sekarang, tolong pizzanya jangan lama-lama ya, yeoja cantik,” katanya sambil tersenyum. Bagiku, senyumannya terlihat menjijikkan. Dan apa? Yeoja cantik? Idih, amit-amit.

Jonghyun POV

Setelah berhasil mengerjai si yeoja rese itu, betapa puasnya aku. Ups, tapi apa yang tadi kukatakan? Yeoja cantik? Astaga, sudah gila rupanya aku menyebut yeoja rese itu cantik. Saat menyadarinya, aku langsung syok.

Tak lama kemudian, dia kembali lagi dengan pesananku.

“Ini pizzanya dan ini lemon tea nya.” Kali ini nada suaranya ramah. Tampaknya ia takut diadukan ke manajernya. Aku tertawa dalam hati. Dalam benakku, aku merencanakan hal yang mungkin membuatnya bertambah kesal. Haha, rasain kau yeoja rese.

“Sekarang, temani aku makan,” kataku.

“Mwo? Sudah gila rupanya kau,” jawabnya dengan mata terbelalak.

“Dengar ya yeoja rese, kau kan khusus melayani meja ini. Jadi duduklah dan temani aku makan,” perintahku lagi.

Dengan wajah cemberut, ia duduk di kursi restoran ini yang setengah melingkar. Aku bisa melihat wajah bete-nya. Lagi-lagi aku tersenyum puas karena berhasil membuatnya kesal. Makanya, jangan macam-macam dengan Lee Jong Hyun.

Dengan iseng aku memainkan garpuku dengan pizza tertancap di atasnya.

UPS!

Tak kusangka pizza itu jatuh dan mengotori seragam putih yeoja rese itu. Padahal aku sama sekali tidak bermaksud untuk melakukannya. Aku tidak merencanakan itu.

Kulihat wajah yeoja rese itu memerah karena kesal.

“Ya! Namja sinting! Kau tidak henti-hentinya membuatku kesal ya. Lihat ini!” bentaknya sambil berdiri dan menunjukkan seragamnya yang kotor terkena pizza. Aku cukup kaget dengan bentakkannya karena suaranya keras sekali. Restoran masih sepi dan kemungkinan besar karyawan lain mendengar.

“Ya! Minmi! Ada apa ini ribut-ribut?!” seseorang muncul dari balik pintu.

Aku kaget dan melihat ke arah Minmi yang mulai berkeringat dingin.

-TBC-

5 comments:

  1. huwahaha bakal benci jadi cinta deh /sotoy
    hoho seruuu eonni >,<
    lanjut~~~~~~~

    ReplyDelete
  2. kalo ada customer seperti jonghyun di toko oni pasti dah oni cemberutin dech ... ehh nggak dink kalau seganteng dia mah .. ramah ramah ramah ... hahahahaha :P

    ReplyDelete
  3. setuju sama ica.. romannya benci jadi cinta..
    iya, aku belum greget. mungkin krn baru part 1 kali ya (?)

    lanjuttt

    ReplyDelete
  4. lnjutkan eonn ,,ak skaa

    ReplyDelete
  5. wahhhh ngakak" sendiri ni baca.a~ :D
    asik banget deh itu jonghyun sama minmi berantem.a~ kalo jadi cinta pasti makin asik lagi...hehehe
    lanjut^^

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'