Monday, May 9, 2011

My Little Sister's New Friend (Chapter 3)


Judul: My Little Sister’s New Friend (Chapter 3)

Author: Lee Dae Hyun (@amaryaririe)

Rating: Teenager

Genre: Friendship, Romance

Length: Chaptered

Cast:

  • Choi Dae Hyun (fiksi)
  • Lee Jong Hyun (CNBLUE)

Other cast:

  • Choi Dae Jun (fiksi)
  • Lee Jae Jin (FT Island)
  • Im Jin Ah/Nana (After School)
  • Cho Kyu Hyun (Super Junior)

Note: Chapter 1 Chapter 2

Semoga chapter yang ke-3 ini gak membosankan. Di chapter ini, Daejunnya lagi gak muncul, cuma muncul nama 1 kali (?) Selamat membaca aja dan jangan lupa komen ya ^^



Daehyun POV

“Ya! Maumu apa sih?! Kau menghalangi jalanku. Kau mau membuatku terlambat ke sekolah? Huh?” Aku berseru pada si pengendara motor itu.

Pengendara motor yang misterius itu lalu menjalankan motornya ke arahku. Aku mulai ketakutan dan aku hanya bisa diam di tempat.

“Hahahaha.” Aku bisa mendengarkan tawanya di balik helmnya. Kurang ajar sekali dia. Bisa-bisanya tertawa sementara aku ketakutan.

Ia pun membuka helmnya. Aku tersentak karena kaget. Tanpa merasa bersalah, namja yang mengendarai motor itupun cengar-cengir, merasa puas karena telah membuatku ketakutan.

“Jonghyun-ah, itu tidak lucu tau. Kau membuatku ketakutan,” teriakku dengan wajah cemberut.

“Hahaha, kau lucu sekali tadi.”

Jonghyun POV

“Hahaha, kau lucu sekali tadi,” tawaku. Namun melihat wajahnya yang nampak kesal, aku jadi berhenti tertawa.

“Mianhae, Daehyun-ah. Aku tidak bermaksud membuatmu kesal, hanya ingin memberimu sedikit kejutan. Tapi sepertinya tadi aku agak keterlaluan. Ayo, sebaiknya kuantar kau ke sekolah,” lanjutku.

“Gwaenchana. Aku jalan saja,” jawab Daehyun namun wajahnya tidak cemberut lagi.

“Aku sudah membuang waktumu, jadi sekarang aku akan bertanggung jawab dengan mengantarmu ke sekolah. Ayo naik saja, nanti kau terlambat.”

Akhirnya, Daehyun pun menghampiriku dengan wajah yang ragu-ragu. Aku jadi tersenyum melihatnya seperti itu.

“Tidak apa nih kau mengantarku ke sekolah?” tanyanya.

“Gwaenchana,” jawabku sambil menyerahkan helm padanya. Aku sengaja membawa dua helm, berharap bertemu Daehyun yang juga berangkat sekolah. Beruntungnya aku, harapanku terwujud. Lagipula, setelah dia putus dengan Jaejin, rasanya tidak mungkin kan dia berangkat dengan Jaejin lagi.

Setelah ia naik ke atas motor, aku segera memacu motorku. Aku jadi senyum-senyum sendiri, tidak menyangka bisa memboncengi Daehyun.

“Motormu baru ya?” tanya Daehyun.

“Iya, setelah kecelakaan itu aku ganti motor.”

“Pantas aku tidak mengenalnya.”

Suasana menjadi sunyi. Aku tidak tahu ingin bicara apa dengan Daehyun. Bagiku, mengendalikan jantungku yang berdegup kencang saja sudah sulit apalagi memulai pembicaraan dengannya. Saat ini, aku benar-benar deg-degan. Lebih daripada biasanya.

“Jonghyun-ah, kau pasti sekolah di sekolah Katolik Pax Patriae itu ya?” tanya Daehyun tiba-tiba.

“Iya, hehe. Tau darimana?”

“Seragammu. Lagipula kan sekolah kita berdekatan, jadi aku sudah familiar dengan seragamnya,” jawab Daehyun.


(seragam yang dipakai Jonghyun di MSoundplex ini persis seragam SMA Katolik deket rumah author (?) namanya Pax Patriae jadi author pake aja nama sekolahnya)

“Tadinya, aku diterima di sana. Tapi, tidak jadi aku ambil,” lanjut Daehyun.

“Lho kenapa?” tanyaku sedikit kecewa. Kalau dia satu sekolah denganku, mungkin dari dulu aku sudah mengenalnya. Dan dari dulu juga aku punya kesempatan untuk mendekatinya. Ah, sudahlah. Setidaknya kesempatan itu sudah datang padaku sekarang.

“Soalnya di sekolah itu ada kau. Jadi aku tidak jadi masuk sana.”

“Hah?” Aku kaget mendengar jawaban Daehyun.

“Tentu saja bukan itu alasannya,” tawa Daehyun sambil meninju pelan punggungku. “Semula, aku mendaftar ke sana dan lulus tes, tapi ternyata sebelum pengumuman, aku sudah lebih dulu mendapat beasiswa di Busan National School, jadi aku memutuskan untuk mengambil beasiswa itu.”

“Berarti kau siswa yang pintar dong?”

“Hmm, biasa saja,” jawabnya merendah.

Akhirnya kami sampai di sekolah Daehyun.

“Gowayo, Jonghyun-ah,” katanya seraya menyerahkan helm.

“Cheonmaneyo,” jawabku. Kami pun berpisah.

Saat keluar dari sekolah Daehyun, tidak sengaja aku berpapasan dengan Jaejin yang juga mengendarai motornya. Aku bisa melihat wajahnya yang menatapku geram seolah ingin menerkamku. Sepertinya dia melihat aku dengan Daehyun tadi. Aku membuka kaca helmku dan tersenyum puas ke arahnya, lalu melanjutkan perjalananku.

Daehyun POV

“Daehyun!”

Aku menoleh ke belakang. Ternyata sahabatku, Jinah, yang memanggilku. Dia berlari-lari mengejarku yang hendak memasuki gedung sekolah.

“Kau ini. Santai saja kali, tidak perlu lari-lari. Masuk juga masih 10 menit lagi,” kataku pada Jinah.

“Ya! Kau ini. Daritadi aku memanggilmu tau. Mentang-mentang ada namja yang nganterin, sombong ga dengar aku manggil.”

“Mianhae, aku betul-betul tidak tau.”

“Sekarang, cerita dong namja itu siapa. Namjachingu yang baru ya? Ternyata Daehyun recovery-nya cepat juga ya. Habis putus, punya gandengan baru lagi. Ga nyangka ternyata selama ini sahabatku… Aww! Kenapa kau malah mencubitku?”

“Dia bukan namjachinguku, dia namja yang sering ke rumahku untuk mengajari Daejun. Itu saja. Hanya kebetulan kok aku bertemu dia di jalan,” jawabku saat aku dan Jinah berjalan ke arah kelas.

“Hmm, kebetulan? Sepertinya kata “kebetulan” gak ada dalam kamus seorang Daehyun. Kau kan selalu bilang, segala sesuatu tidak ada yang kebetulan tapi pasti ada tujuannya dan Tuhan gak pernah membuat sesuatu yang “kebetulan”. Tapi kenapa sekarang berubah gitu ya? Kalo gitu, yang tadi bukan kebetulan dong harusnya?”

“Im Jinah!!!” aku berseru dengan mata melotot. Jinah langsung berlari ke dalam kelas dan duduk di bangkunya seraya memberi tanda V dengan kedua jarin kananya kepadaku. Aku masuk ke dalam kelas dan menaruh tas di atas mejaku yang berada di depan meja Jinah.

“Tidak ada damai-damaian,” kataku kesal.

Sepulang sekolah…

“Prince Charming at 1 o’clock,” gumam Jinah.

“Hah? Apaan?” tanyaku.

“Lihat tuh. Arah jam 1.”

Aku melakukan apa yang dikatakan Jinah. Aku kaget saat mataku menangkap sosok seorang namja yang duduk di atas motor sambil memegang helm di pangkuannya.

“Yang tadi mengantarmu bukan? Namja itu.”

“He-eh,” jawabku.

“Kajja.” Jinah tiba-tiba menarik tanganku.

“Ya, apa-apaan kau Jinah? Jinah, kau mau membunuhku heh?”

“Apa maksudmu dengan membunuh? Kau takut bertemu dengannya?”

“Kau ini. Kenapa harus menarikku sih. Kita kan sedang menuruni tangga, kau mau kalau aku jatuh?!”

Jinah melepaskan genggaman tangannya. Aku bermaksud kabur, karena malas digodai Jinah terus sejak tadi pagi. Tampaknya ia senang menggodaku soal Jonghyun sejak tadi pagi. Aku langsung mempercepat langkahku ke arah berlawanan dari tempat Jonghyun berada, tapi gagal.

“Ya! Kau mau kemana?” tarik Jinah.

“Jinah, aku bisa jalan sendiri ah. Ngapain sih tarik-tarik melulu?”

“Daehyun…” aku membungkam mulut Jinah yang menyebut namaku dengan keras.

Keadaanku semakin terdesak dengan Jonghyun yang tiba-tiba menoleh ke belakang dan melihatku. Ia pun melambaikan tangannya dan tersenyum.

“Awas, kau Jinah!” gumamku sambil melotot ke arahnya. Ia hanya tersenyum penuh kemenangan.

Aku mengumpulkan segala keberanian untuk menghampiri Jonghyun. Ini semua karena kebodohan Jinah. Aku juga tidak menyangka Jonghyun akan muncul di depan gedung sekolahku. Sebetulnya, aku malu kalau dilihat teman-temanku yang lain. Apa kata mereka kalau melihat aku dengan Jonghyun padahal aku baru saja putus dengan Jaejin?

“Annyeong,” sapa Jonghyun saat aku sudah berdiri tepat di dekatnya.

“Annyeong.”

“Temanmu?” tanyanya sambil menatap Jinah. Astaga, ternyata Jinah mengikutiku.

“Dia sahabatku.”

“Lee Jong Hyun,” katanya seraya mengulurkan tangannya pada Jinah.

“Im Jin Ah,” Jinah menyambut uluran tangan Jonghyun.

“Hmm, ya sudah. Aku harus buru-buru pulang. Aku duluan yah.”

“Oke, Jinah. Hati-hati di jalan,” kata Jonghyun.

“Kamsahamnida.”

Sebelum pergi, Jinah menghampiriku dan berbisik, “Have fun ya.” Rasanya ingin sekali aku melemparnya dengan sepatu. Apa-apaan dia?

Kini tinggalah aku dan Jonghyun. Aku menoleh ke arahnya. Ia menatapku dan berkata, “Naiklah.”

**

Aku sedang membaca novel di perpustakaan saat seorang namja yang adalah seniorku datang menghampiriku.

“Daehyun,” sapanya lalu menarik kursi dan duduk di sebelahku.

“Kyuhyun sunbae?”

“Hey, sudah berapa kali kan kukatakan jangan panggil aku ‘sunbae’. Panggil aku ‘oppa’,” katanya.

“Ne, oppa,” jawabku.

“Aku ingin bertanya sesuatu. Boleh kan?”

“Boleh. Ada apa, Oppa?”

“Begini, minggu depan, hari Jumat, ada lomba cerdas cermat. Aku diberi kebebasan memilih siapa yang akan menjadi pasanganku untuk ikut kompetisi itu. Aku mengajukan kau pada Kang sonsengnim, dia setuju. Dia bilang, ide yang bagus.”

Aku menarik nafas lega. Kukira ia akan menanyakan hal yang lain. Sebelum aku berpacaran dengan Jaejin, ia pernah 3 kali mengajakku kencan dan aku menolaknya. Teman-temanku berkata sepertinya Kyuhyun oppa menaruh perhatian padaku dan mereka berpikir betapa bodohnya aku menolak namja setampan dan sepintar Kyuhyun oppa, ditambah lagi ia sama sekali belum pernah berpacaran dengan yeoja manapun padahal banyak sekali yang mengejarnya.

“Oke, Oppa. Aku mau.” Tapi alasan aku menerimanya bukan karena apa yang dirasakan Kyuhyun oppa padaku. Apapun latar belakang ia mengajakku untuk kompetisi ini, aku tidak peduli. Aku hanya ingin mencoba ikut lomba.

“Hmm, ya sudah. Bagaimana kalau kita langsung belajar saja sepulang sekolah?”

“Boleh. Mau di rumahku?”

“Hmm, boleh saja,” jawabnya.

**

Jonghyun POV

Aku hendak menjemput Daehyun di sekolahnya. Aku memang tidak bilang tadi pagi kalau aku hendak menjemputnya sepulang sekolah. Lagipula tadi pagi juga aku hanya mengira-ngira jam berapa Daehyun akan berangkat ke sekolah. Dan benar saja, aku bertemu dengannya.

Aku duduk di atas motorku dan menunggu Daehyun keluar dari gedung sekolahnya.

“Kau berpikir akan semudah itu mendapatkan Daehyun? Meskipun kau rela mengantar jemputnya, tapi bukan berarti Daehyun bisa begitu saja menerimamu. Oh, bahkan kau rela menjadi supirnya Daehyun demi mendapatkan dia.”

Aku menoleh ke belakang dan mendapati Jaejin berjalan menghampiriku. Aku turun dari atas motor lalu meletakkan helm ku di atasnya.

“Oh, sebegitu cintakah kau pada Daehyun sehingga rela mengabdi menjadi supirnya? Asal kau tau, bukan itu cara mendapatkan Daehyun. Dan yang aku tau, dia sebenarnya risih diantar kau terus-menerus, kecuali kau pacarnya. Jadi, strategimu salah, pecundang,” ejeknya sambil membalikkan jempolnya ke bawah.

Kupingku semakin panas mendengar kata-katanya. Aku masih bisa sabar sekarang, Lee Jaejin. Tapi kesabaranku ada batasnya. Dan apa? Pecundang katanya?

“Lalu, kau siapa? Kau tidak lebih dari sekedar mantannya Daehyun, Lee Jae Jin!” kataku kesal.

“Jangan senang dulu, Lee Jong Hyun! Kau pikir tidak ada kesempatan untuk aku dan Daehyun untuk kembali lagi? Aku dan dia baru beberapa hari putus. Sementara dengan kau, dia sama sekali tidak pernah jatuh cinta padamu.”

Memang benar apa yang dikatakan Jaejin. Daehyun tidak punya perasaan apapun kepadaku. Bahkan sejak hari pertama kami bertemu, sikapnya selalu jual mahal padaku. Hanya sekarang-sekarang ini saja dia tidak seperti itu lagi.

“Kau benar, Daehyun memang tidak naksir padaku. Tapi setidaknya, jika suatu hari dia menjadi pacarku, aku tidak akan melakukan tindakan sebodoh kau. Menurutmu, aku ini pecundang? Kurasa tidak, aku hanya ingin menjaga yeoja yang kucintai. Sementara kau? Kau ‘bermain’ di belakangnya dengan berselingkuh dengan yeoja lain. Aku berangkat bersamanya, pulang bersamanya, aku hanya ingin menjauhkannya dari kau, LEE JAE JIN!” kataku geram.

“Oh, jadi kau berani ya?!” bentak Jaejin lalu bersiap melayangkan tinjuan ke arahku. Aku berhasil menahan tangannya. Namun, ia berhasil melepaskan tangannya dan meninju bibirku. Sedikit darah keluar dari bibirku.

Aku balas memukul perutnya. Kami pun terlibat perkelahian dan aku pun sudah terjatuh ke tanah. Siswa-siswa dari sekolah Daehyun dan Jaejin berkerumun menyaksikan perkelahian kami.

Di tengah perkelahian ini, mataku tertuju pada tangga luar gedung sekolah tersebut. Mataku menatap sosok Daehyun yang sedang berjalan menuruni tangga bersama seorang namja. Pukulan Jaejin ke pipiku tak kupedulikan. Aku masih menatap Daehyun dan namja itu.

“Daehyun…” ucapku lemah. Jaejin pun tiba-tiba menghentikan pukulannya dan melihat ke arah mana mataku tertuju.

“Aahh, sunbae itu!” kata Jaejin geram. “Awas kau, Kyuhyun sunbae!”

“Kau payah,” kata Jaejin, lalu bangkit.

“Ada apa ini ramai-ramai?” Kudengar suara seorang namja. Ternyata namja yang disebut Kyuhyun sunbae oleh Jaejin itu datang menghampiri. Tak ketinggalan, Daehyun juga.

Tubuhku masih terbaring di tanah saat itu dan ketika Daehyun melihatku, ia tampak sangat kaget. Lalu ia menatap Jaejin.

“Arggh, kalian ini apa-apaan sih?!” bentaknya kesal lalu pergi begitu saja diikuti namja bernama Kyuhyun itu.

-TBC-



8 comments:

  1. makin seru aja nihh ~~~tapi kasian jonghyun nya, uda dipukuli jae jin, eh ditinggal ma dae hyun.

    ReplyDelete
  2. ada kyuhyun... enaknya jadi daehyun, disukai cowok2 tampan kekekekek #iri..

    ff nya bagus ri, aku jadi makin penasaran

    ReplyDelete
  3. eonni :O itu itu, aaa tiga-tiganya biasku loooh ><
    cinta segiempat (??)

    jaejin jadi cool bgt disini u,u
    sedangkan abang evil (?0 jadi kutubuku zS

    lanjut onnie xD

    ReplyDelete
  4. aku iri ama Daehyun...mau dong jadi daehyunnya #plakk

    ReplyDelete
  5. aseeek ada kyu oppa ^O^ lanjuut thoor

    ReplyDelete
  6. @ rara: gomawo udah baca. :)

    @ hyeri: gomawo mpeb :)

    @ eunjin: tiga-tiganya juga biasku. kkk :D

    @ lady: sama, author juga mau (?)

    @ haninrare: oke, tunggu ya. gomawo :)

    ReplyDelete
  7. chingu, banyakin chapternya!! ceritanya seru. hehehe
    kan jdinya makin banyak makin rame #plak

    ReplyDelete
  8. huaaa ada kyuhyun yg menurut eon senyumnya manieesss ... :)

    lanjuutt

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'