Thursday, June 9, 2011

Let's Try 3: Saranghae [chapter 7]


Author: kang hyeri (@mpebriar)


Rating: PG15


Genre: romance


Length: chaptered


Cast:
  • Lee Jonghyun CNBLUE
  • Choi / Lee Hyeri [fiktif]
  • Lee Jinki / Onew SHINee
  • Choi Junhee / Juniel
Other cast:
  • Park Gikyoung [fiktif]
  • Kang Ryunna [fiktif]

Disclaimer: this' my own plot


Masalah foto, anggap aja Gikyoung itu mukanya mirip Seunghun FTI ;)
Happy reading


Jonghyun pov

Aku sendiri bingung pada istriku sendiri. Sikapnya berubah.

Pertama, dia melarang Junhee dekat-dekat denganku. Aku tau dia istriku dan mungkin dia cemburu. Tapi dia tidak punya hak untuk melarang-larang orang lain dekat-dekat denganku. Lagi pula aku mengenal Junhee jauh lebih lama dari Hyeri dan dia sudah kuanggap sebagai adikku sendiri.

Kedua, dengan tega dia melukai lengan Junhee. Oh Tuhan, aku benar-benar tidak menyangka Hyeri akan berbuat sampai sejauh itu. terus terang saat itu aku termakan emosi sehingga tanganku otomatis menampar pipi Hyeri. Setidaknya itu masih kurang setimpal dengan apa yang telah dilakukannya. Itu sudah kelewat batas.

Ketiga, dia bolos kuliah. Bahkan saat ujian tengah semester, tak ada satu haripun dia mengikutinya. Aku mendapat informasi ini dari Ryuna. Juga kudengar dari Ryuna, Gikyoung akan pindah ke Jepang. Baguslah!

Dan terakhir, dia mabuk-mabukkan. Tiga hari berturut-turut aku melihatnya pulang dalam keadaan mabuk. Ini pertama kalinya aku melihat Hyeri kacau begitu. Awalnya aku hanya ingin mengecek keadaannya. Bagaimanapun aku juga khawatir pada istriku sendiri karena Gikyoung mengabariku kalau dia sedang sakit. Tapi yang aku lihat itu benar-benar menyakitkan hatiku. Dan lagi dia pulang bersama Gikyoung. Apa namja itu yang mengajarinya minum? Mwollayo!

Rasanya mendiamkan dia adalah cara yang tepat. Benarkah?

“Oppa...!”

Suara manja Junhee berhasil membuyarkan lamunanku.

“Hah? Wae?”

“Kau melamun terus, oppa! Memikirkan apa? Hyeri eonni?”

Tepat sasaran kau, Junhee! Iya, aku memikirkannya. Aku rindu sekali padanya.

“Aku gerah, oppa! Kapan aku bisa keluar tanpa jaket? Ini musim panas.”

Inilah yang selalu mengurungkan niatku untuk pulang ke rumah. Aku berjanji pada diriku untuk tidak pulang hingga luka Junhee sembuh. Karena Hyeri, Junhee terpaksa mengenakan jaket atau baju berlengan panjang setiap hari untuk menutupi lukanya yang cukup panjang.

Hyeri-ya, mianhae! Aku tau kau merindukan aku. Tapi ini karena ulahmu juga.

“Jun-ah, aku ke ruanganku dulu, ya! Nanti aku kembali!”

“Jangan lama-lama ya, oppa! Aku takut sendirian!” katanya lirih.

“Ara! Kau ini sudah besar, masih saja penakut!” kataku seraya mencubit hidungnya. Dia hanya tersenyum.

Akupun pergi dari ruangan Junhee dan berjalan menuju ruanganku –ruangan CNBLUE-.

KLEK!

Ruangan ini kosong, pada ke mana?

Aku merebahkan diriku di sofa. Lagi-lagi memikirkan Hyeri. Sebelah tanganku memilin-milin bandul kalungku, kalung yang sama dengan Hyeri. Apa kabar, jagi? Setelah aku pulang nanti, semoga aku bertemu dengan Hyeri-ku yang lama. Bukan Hyeri yang egois, Hyeri yang tidak mudah main tangan, Hyeri yang tidak suka minum, dan Hyeri yang selalu setia padaku.

“Hyung?”

Lagi-lagi seseorang membuyarkan lamunanku, kali ini Jungshin.

“Kalian sudah kembali? Dari mana?”

“Kalau kata Yonghwa hyung sih nyari angin. Nggak tau deh nyari angin apa ngeliatin Seohyun tampil,” goda Minhyuk.

“Ya, aku benar-benar sumpek di sini!” sergah Yonghwa.

“Iya hyung, iya. Kita tadi nyari angin! Tapi nyari anginnya nggak usah sampe mangap begitu!” kata Jungshin yang diiringi tawaku, Jungshin dan Minhyuk. Wajah Yonghwa hyung memerah. Aku tahu kau menyimpan perasaan pada Seohyun, hyung! Kaunya saja yang malu-malu.

“Minhyuk-ah, mana adikmu?” tanyaku begitu aku sadar kalau Ryuna tidak terlihat.

“Dia pulang!”

“Jonghyunie, kau dari tempat Junhee?”

“Ye! Waeyo, hyung?”

“Kau nggak ketemu Hyeri?”

“Mworago? Hyeri ada di sini?”

Mereka bertiga mengangguk. Aku tidak tahu kalau dia ke sini. Lalu di mana dia sekarang?

“Aku bilang padanya kalau kau lagi di ruangan Junhee. Mungkin dia di sana sekarang,” jelas Jungshin.

Aku beranjak dari sofa dan bergegas ke sana. Aku berjalan mendahului ketiga rekanku.

Sebelum aku membuka pintu ruangan, aku mendengar suara lantang Hyeri dari luar yang sepi dari orang-orang.

“Kau brengsek, Junhee!”

O.O

Sebaiknya aku segera masuk.

KLEK!

Tepat saat aku membuka pintu, telapak tangan Hyeri mendarat tepat di pipi Junhee.

“YA!!!” suaraku spontan keluar dengan keras. Aku berjalan ke arah mereka berdua. “Apa yang kau lakukan, Hyeri!”

“Dengar penjelasanku dulu! Aku...”

“PENJELASAN APA? Ini sudah jelas kalau kau itu berubah, Hyeri!” bentakku pada istriku sendiri di depan Junhee dan ketiga rekanku.

“KENAPA KAU NGGAK MAU MENDENGARKAN PENJELASANKU?” Hyeri balik membentak.

“Kau berani membentakku?”

“IYA! Sekarang pilih aku atau yeoja brengsek ini!”

“Hyeri-ya, tolong jaga bicaramu!” kata Yonghwa hyung. Hyung memang benar, ucapan Hyeri kasar.

“Jonghyun, cepat pilih!”

Hyeri menuntutku. Apa yang harus ku lakukan. Aku tidak bisa meninggalkan Junhee karena kau juga, Hyeri. Aku merasa bersalah atas sikapmu padanya.

“Hyeri-ya, tenangkan dulu dirimu!”

“DIAM KAU, MINHYUK!”

Bahkan Hyeri berani membentak Minhyuk dan menyebut namanya tanpa embel-embel.

“Aku bisa saja menampar kau lagi, Choi Hyeri!” kataku pelan namun tegas.

“Bahkan kau memanggil marga lamaku. Mau menamparku? Ayo silahkan!” dia mendekat dan menyodorkan pipi kirinya padaku.

Seseorang menepuk bahuku. Aku menoleh dan mendapati Jungshin menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Hyeri, ini bisa dibicarakan baik-baik!” aku berusaha mengatakannya selembut mungkin.

“Tidak, Jonghyun! Aku capek! Kau bahkan nggak percaya pada kata-kataku!”

“Kata-kata apa?”

“Yeoja ini!” dia menunjuk Junhee. “Yeoja berwajah malaikat yang manis ini selalu memfitnahku!”

Begitu Hyeri selesai berbicara, Junhee langsung menangis sejadi-jadinya. Ya Tuhan, aku bingung padanya. Aku ingin sekali mempercayai Hyeri, tapi seorang Choi Junhee tidak mungkin melakukan apa yang Hyeri katakan tadi. Aku sangat mengenalnya.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, mataku masih menatap mata Hyeri yang sudah mulai berkaca-kaca.

“Baiklah kalau itu maumu! Kau akan menyesal, Jonghyun! KAU AKAN MENYESAL!” teriaknya lalu mendorong orang-orang yang menghalangi jalannya keluar.

Suasana kembali hening. Tanganku meraih bahu Junhee dan memeluknya, berusaha menenangkannya yang masih menangis.

“Gwenchana, Junhee!”

Aku tahu kalau ini akan mengingatkan Junhee akan orang tuanya yang dulu sering bertengkar. Dia berasal dari keluarga broken home. Makanya aku berjanji akan menjaganya begitu aku tahu masa lalunya.


***


Seminggu berlalu. Sama sekali aku tidak bertemu dengan Hyeri. Namun aku selalu memantaunya walaupun tidak secara langsung. Aku membayar seseorang untuk memantaunya dari luar. Syukurlah, dia baik-baik saja. Orang suruhanku juga berkata dia tidak pergi saat malam hari dan tidak pulang dalam keadaan mabuk. Dia juga melaporkan padaku, hampir setiap hari Jinki ke rumah. Yah, aku tidak khawatir kalau soal itu.

Hari ini aku kembali menyanyi di sebuah acara musik mingguan. Bukan aku dengan band-ku, tapi dengan Junhee. Ya, kami pasangan duet untuk salah satu lagu andalan Junhee di album miliknya.

Sikapnya akhir-akhir ini manja sekali padaku, sejak dia datang ke Korea. Dan karena ini media massa memberitakan kedekatanku dengan Junhee. Salah satu fotografer memotretku dengannya beberapa minggu yang lalu –kalau aku melihat fotonya, sepertinya saat aku sedang menemani Junhee jalan-jalan setelah aku konser-, tepat saat lengan Junhee melingkar di tanganku. Aku diam-diam berusaha menghindar, tapi sepertinya Junhee semakin lengket denganku.

Aku duduk termenung di ruangan dengan pintu berlabelkan Juniel & Jonghyun CNBLUE, menunggu Junhee yang sedang tampil sendirian. Orang-orang yang melihatku berdua dengan Junhee pasti selalu menggodaku. Terus terang, aku merasa tidak enak dengan semua ini. Semoga saja Hyeri tidak salah paham. Semoga!

“Jonhyun-ah!”

Aku menoleh ke arah pintu dan mendapati sosok Jinki di sana.

“Maaf tidak mengetuk-ketuk pintu dulu.”

“Gwenchana, hyung! Waeyo?”

“Kenapa kau santai sekali? Aku tau kau sedang ada masalah dengannya, walaupun aku tidak tahu itu apa. Tapi kenapa kau tidak mencegahnya pergi? Kau sudah tidak mencintai Hyeri lagi?” katanya datar.

“Tentu saja aku masih mencintai Hyeri. Pergi apa maksudmu? Dia mau ke mana?”

Jinki menghampiriku dan menarik kasar kerah bajuku.

“Dengar! Aku merelakan dia untuk kau karena aku kira kau yang lebih pantas untuknya! Jangan membuatku ingin merebutnya darimu, Jonghyun!” katanya dengan suara pelan, aku bisa merasakan deru nafasnya yang cepat.

Aku menepis tangan Jinki. “Aku melakukan ini semua karena aku sayang padanya. Aku mau Hyeri sadar kalau perbuatannya salah.”

“Perbuatan apa? Apa benar Hyeri melakukan sesuatu yang kau anggap salah? Kau sudah membuktikannya?”

Membuktikan? Aku belum pernah membuktikannya. Selama ini aku percaya pada Junhee karena Junhee bukan tipe yeoja yang seperti yang dituduhkan Hyeri padanya. Lagipula semua yang aku lihat sudah cukup untuk dijadikan alasan mengapa aku menjauhinya akhir-akhir ini.

“Kau tidak mengerti masalahnya, hyung!”

“Aish! Bisa kau ceritakan apa masalahnya? Aku selalu menanyakan itu pada Hyeri, tapi dia terus membungkam mulutnya. Aku telpon Gikyoung, diapun juga tidak tau!”

Aku terdiam. Ingin menceritakannya tapi akan sangat panjang.

“Sudahlah! Waktunya tidak banyak. Cepat susul Hyeri! Cegah dia pergi kalau kau benar mencintainya.”

“Susul ke mana? Aku benar-benar tidak mengerti, hyung!”

“Ya! Kau sudah membaca surat dari Hyeri yang aku letakkan di atas meja rias, kan? Dekat ranselmu.”

Aku menoleh ke tempat yang Jinki maksud. Hanya ada beberapa alat make up yang masih belum dibereskan.

“Nggak ada, hyung!”

Mata segaris Jinki membulat. Dia berjalan menuju meja rias tempat aku meletakkan ranselku. “Aku letakkan di sini! Amplop putih! Sungguh! Saat kau rehearsal. Tanya saja yeoja pendatang baru itu. Dia ada di ruangan ini tadi saat aku datang.”

Junhee? Apa iya mungkin dia...

“Jonghyun?”

Jinki memanggilku tapi aku mengabaikannya. Aku berlari mencari Junhee. Semoga yang aku duga tidak benar. Junhee anak yang baik.

“Chogiyo! Apa Juniel sudah selesai tampil?” tanyaku pada salah seorang staff.

“Sudah lima belas menit yang lalu!”

“Kau melihatnya ke mana?”

“Tadi sih aku satu lift dengannya saat mau ke atas.”

Ke atas? Apa mungkin dia ke atap. Satu-satunya tempat yang dia sukai adalah atap.

Tanpa berterima kasih aku melenggang pergi, berlari menuju lift. Sialnya lift hanya berfungsi satu –satu lagi tidak berfungsi-. Menaiki tangga tujuh lantai sepertinya akan lebih cepat dari pada menunggu antrian lift yang lumayan penuh sesak.

Aku mengatur nafasku begitu sampai di anak tangga terakhir. Tanpa menyentuh dada kiriku, aku bisa merasakan detak jantungku yang berdetak yang sangat cepat. Keringat mengucur di mana-mana. Wajahku panas, pasti memerah.

Aku bisa melihat Junhee dari kejauhan. Dia duduk membelakangiku dan berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Akupun berjalan, berusaha mengendap agar dia tidak mendengar.

“Hahaha, kasian sekali yeoja itu! Kau harus melihat aksiku saat aku melukai tanganku sendiri. ... Sakit? Nggak! Lebih sakit saat melihatnya menempel dengan Jonghyun! ... Oppa percaya kalau Hyeri lah yang terus memaksaku untuk menjauh dari Jonghyun, padahal sebaliknya. ... Kalau Taera eonni mah aku nggak khawatir karena aku tau dia nggak mencintai Jonghyun. ... Ya, hahaha! Minggu lalu dia datang ke ruanganku. Aku terus memanas-manasi dirinya. Dan kau tahu? Jonghyun datang tepat saat dia menamparku. Ya kau tau sendiri keahlian aktingku, menangis itu mudah sekali. ... Kau mau aku bacakan suratnya? Dia nggak berani mengantarnya langsung, dia menitipkannya pada si leader SHINee. Aku nggak tau ada hubungan apa mereka. Mungkin mereka main belakang. ... Aku bacakan ya. Untuk...”

“Ini untukku, Choi Junhee! Kau nggak berhak membacanya!” kataku tajam seraya merebut surat putih yang dia genggam.

Dia kaget sekali melihatku, sampai-sampai ponsel yang ia genggam terjatuh.

Akupun fokus membaca tulisan yang terbilang sedikit.


Untuk Lee Jonghyun

Maaf kalau selama ini aku tidak bisa menjadi istri yang baik. Aku yakin kau pasti bisa menjaga dirimu baik-baik tanpaku. Ada Choi Junhee yang akan selalu menemanimu. Bukankah dia lebih penting dariku?

Terima kasih karena sudah menjadi bagian dari hidupku. Walaupun hanya sebentar, aku sangat senang. Karena aku sangat mencintaimu, Jonghyun! Selamanya!

Sampai jumpa di lain waktu, itupun kalau Tuhan mengizinkan kita untuk saling bertemu lagi.

Choi Hyeri


ANDWAE! Kau mau pergi kemana, Hyeri? Jebal, jangan pergi! Setidaknya dengarkan dulu permintaan maafku.

Selama ini aku menuduhnya. Menganggap dia yang sama sekali tidak bersalah menjadi sangat bersalah di mataku. Astaga! Tuhan, ini mimpi, kan? Tolong bangunkan, aku!!

Air asin yang keluar dari mataku mulai terasa di bibirku.

Aku sangat menyesal! Sangat!

Tunggu! Jinki bilang aku harus mencegah dia pergi. Dia mau pergi ke mana?

“Oppa!”

Aku mendengar suara lirih Junhee. Aku mengabaikannya.

Aku merogoh kantong celanaku dan meraih ponselku lalu menghubungi seseorang.

“Yobosseyo, hyung?”

Jonghyun-ah, kau dimana?”

“Hyung, Hyeri akan pergi ke mana?”

“Mwolla! dia tidak memberitahuku ke mana dia akan pergi. Bukankah dia memberitahumu melalui surat itu?”

Langsung aku putuskan sambungan. Percuma bertanya padanya. Lalu kemana aku harus mencarinya.

“Oppa, mianhae!”

Aku menepis tangan Junhee yang menggenggam lenganku.

“Aku akan memaafkanmu kalau kau berhasil membuat Hyeri kembali ke sisiku!” kataku geram. Aku berbalik, berniat turun. Baru berjalan lima langkah aku berhenti, aku mengatakan sesuatu sebelum aku melanjutkan perjalananku, “Hyeri bukan orang yang suka main belakang. Awas kau kalau sampai aku mendengar hal yang tidak-tidak dari mulutmu!”


#####

#####


Jadwal CNBLUE di Jepang akan sangat melelahkan. Mataku tidak bisa terpejam. Aku selalu merasa antusias kalau berhubungan dengan yang namanya negeri sakura tersebut.

Lusa depan akan diadakan konser besar CNBLUE yang ke empat di Jepang, konser yang biasa diadakan setahun sekali khusus di negara itu. Dan kini kami berempat dan para staf sedang berada di pesawat, menunggu mendarat di tanah Jepang.



Aku baru saja keluar dari toilet bandara. Lega sekali rasanya.

“Huhuhu...., hiks!”

Aku melihat seorang gadis kecil menangis sendirian. Aku mengedarkan pandanganku ke sekelilingku. Mana orang tuanya? Sebaiknya aku hampiri saja.

[[anggap jonghyun ngomong pake bhs jepang ya]]

Hai! Kenapa menangis?” tanyaku begitu aku berjongkok, menyatarai tinggiku dengannya walaupun masih lebih tinggi aku.

“Nae appa...” jawabnya lirih. Suaranya sangat menggemaskan.

“Kau orang Korea ternyata. Ke mana appa-mu, yeppo?”

Gadis kecil yang aku rasa berumur sekitar tiga atau empat tahun ini hanya diam saja.

“Kok nggak jawab?”

“Kata eomma, nggak boleh ngomong dengan orang asing.”

Omo... dia pintar sekali, bicaranya sudah lancar. Dia juga penurut. Aku ingin memiliki anak seperti dia. Cantik, lucu, manis, menggemaskan dan pintar.

“Hyung!”

Aku menoleh ke belakang dan melihat Yonghwa hyung, Jungshin, Minhyuk berjalan menghampiriku.

“Anak siapa ini, Hyunie?”

“Hyung? Kau menggoda seorang gadis cantik. Yeppoda. Uwo, kyeopta!” puji Minhyuk. Dia ikut berjongkok dan mencubit-cubit pipi chubby anak kecil ini.

“Hyung, kau pedofil ternyata!” seru Jungshin.

Tanganku bersarang di kepala Junshin. “Appo, hyung!”

“Aku ini masih normal. Mana mungkin aku menyukai anak kecil. Dia ini sepertinya kehilangan ayahnya,” jelasku seraya mengelus-elus rambut sebahunya.

Aku berdiri, kemudian menggendong tubuh kecilnya. “Yeppo, siapa namamu?” tanyaku sambil menggoyang-goyangkan gendonganku.

“Hyunri. Ahjussi namanya siapa?” tanyanya polos.

“Jangan panggil aku ahjussi, aku belum tua. Panggil aku oppa, Jong oppa. Kalau yang itu,” kataku seraya menuntun tangan kanannya menunjuk Yonghwa hyung, “Orang yang rambutnya hitam itu baru cocok di panggil ahjussi. Panggil dia Yonghwa ahjussi.”

Awalnya Hyung tidak begitu ‘ngeh’. Kami semua tertawa melihat ekspresi Yonghwa hyung yang sudah mulai sadar dengan kata-kataku tadi, termasuk Hyunri. Aku suka sekali senyuman anak manis ini. Mirip seseorang.

“Kalau yang ini Minhyuk oppa dan ini Jungshin oppa.”

Hyunri lagi-lagi tersenyum.

“Hyung, dia juga punya lesung pipi, sama sepertimu.”

Iya, ya. Aku baru sadar. Kyeopta.

“Hyun-ah! Aku serasa memanggil namaku sendiri, haha! Hyun-ah, apa eomma-mu cuma bilang untuk nggak bicara pada orang asing? Kalau aku menggendongmu, nggak dilarang? Aku kan orang asing.”

Hyunri menggelegng-gelengkan kepalanya. “Aku yakin Jong oppa orang yang baik.” Aigoo, dia manis sekali.

Jungshin menepuk dahinya. “Oh ya kan, jadi lupa! Manajer menyuruh kita ke van.”

“Lalu Hyunri bagaimana? Masa kita tinggalin dia di sini?”

“Kita bawa ke petugas keamanan,” saran Yonghwa.

“Hyung kira dia maling?”

“Minhyuk pabo, maksudku biar mereka yang mencari ayah Hyunri. Kita sudah harus cepat-cepat. Meet & greet akan segera di mulai.”

Minhyuk hanya mengangguk, diikuti anggukanku dan Jungshin.

Kamipun membawa Hyunri ke bagian keamanan.

“Hyun-ah, kau di sini ya, tunggu sampa appa-mu datang!” kataku sambil menepuk puncak kepala kecilnya.

“Andwae!” sergahnya dengan suara khas anak kecil. kedua tangannya mengarah padaku, pertanda minta digendong olehku. Akupun menggendongnya seraya mengusap air matanya yang mulai jatuh.

“Oppa harus buru-buru. Appa mu sebentar lagi datang! Lain kali pasti kita akan bertemu.” Aku berusaha memberikan Hyunri ke salah satu petugas keamanan yang kebetulan seorang yeoja. Tapi Hyunri sama sekali tidak mau melepas genggamannya dari kaos polo putihku, cengkramannya kuat. Aku melepas paksa tangannya.

Aku dan yang lainnya melambaikan tangan kami pada Hyunri yang terus merengek, kedua tangannya mengarah lagi padaku, tangisannya melengking. Entah kenapa aku tidak tega meninggalkannya begini. Ingin sekali aku bawa pulang tapi itu tidak mungkin.

Kami berjalan menuju van yang Yonghwa hyung maksud. Tiba-tiba seorang namja berkemeja hitam yang dipadankan dengan celana jeans biru, berjalan berlawanan arah denganku dan bahunya menyenggolku. Diapun membungkuk seraya meminta maaf, aku juga ikut membungkuk karena aku juga salah. Tanpa memperlihatkan wajahnya dia kembali berjalan membelakangiku. Kalau melihat punggungnya, rasanya tidak asing.

-tbc-

Ini ceritanya fiktif ya, ga ada yg nyata..


10 comments:

  1. Onni..itu hyunri anaknya jonghyun ma hyeri kan???

    trus udah berapa taun tuh si hyeri ninggalin jonghyun???

    Cepet lanjutin ya onn, aku jadi penasaran...

    ReplyDelete
  2. tunggu next chapter nya ya :)

    ReplyDelete
  3. namja baju merah itu gikyooungg ? ..
    anak itu anak yong ma hyeri ? .. hyeri minggat ke jepang ? ..
    haaaaahhh ... huaahh penasaran tingkat dewa

    ReplyDelete
  4. ngga sabar ama chapter selanjtnya >.<
    jgn lama lama ya thor :)

    ReplyDelete
  5. Hyunri anaknya JongHyun-Hyeri yaaa?
    trus laki laki yang nabrak JongHyun itu Jinki yaaa ?
    berarti Hyeri ada di Jepang dong ??
    huaaa ~~ makin seru dan bikin penasaran ~~~

    ReplyDelete
  6. Hyunri pasti anaknya Jonghyun dan Hyeri nih #sok tau.

    Makin penasaran nih. Lanjutkan :)

    ReplyDelete
  7. hyunri anaknya hyeri jonghyun iya kan....??????

    lanjuuuut onn, jangan lama-lama ya

    ReplyDelete
  8. Osmegoddd...aduhh..makin menarik nih...

    huweee..aku pgn baca next partnya.....

    serius deh ..penasaran bgt nih aku...dr baca part 5-7...thor,,,aku langsung capcus ke part slanjutnya yahh..feelingku tuh bocah anaknya Jonghyun... =)

    ReplyDelete
  9. waaaaaa
    jgn lm" y chapter 8ny..
    itu yg nyenggol jonghyun jinki? ap gikyong?

    ReplyDelete
  10. keren unnie.....:)

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'