Saturday, June 4, 2011

Let's Try 3: Saranghae [chapter 5]


Author: kang hyeri (@mpebriar)


Rating: PG15


Genre: romance


Length: chaptered


Cast:
  • Lee Jonghyun CNBLUE
  • Choi / Lee Hyeri [fiktif]
  • Park Gikyoung [fiktif]
Other cast:
  • Kang Ryunna [fiktif]
  • Lee Jungshin CNBLUE

Disclaimer: this' my own plot


Maaf ya kalo part ini jadinya malah aneh ;p Masalah foto, anggap aja Gikyoung itu mukanya mirip Seunghyun FTI ;)
Happy reading


Jonghyun pov


“Oppa, aku ke toilet dulu!”

“Ya sudah, aku tunggu di sini!”

Junhee berlari menuju toilet.

Aish, anak ini! Sifat manjanya belum hilang juga ternyata. Terpaksa aku yang menemaninya pergi. Yonghwa hyung, Jungshin dan Minhyuk tiba-tiba saja menghilang. Tega sekali mereka. Masa aku yang sudah beristri ini yang harus menemaninya.

Aku memandang ke sekelilingku dan mendapati sepasang kekasih saling berangkulan.

TUNGGU! Itu bukannya Hyeri dan namja sialan itu? Ya Tuhan, mereka berangkulan? Apa selama dibelakangku mereka berbuat begini?

“Waw!” kataku seraya bertepuk tangan. Pandangan mereka teralih padaku. “Kalian mesra sekali!”

Tangan Gikyoung mengeratkan rangkulannya dan Hyeri hanya menundukkan kepalanya. Ada apa, jagi? Merasa tertangkap basah?

“Jonghyun-ah, ini bukan seperti yang kau bayangkan,” katanya berusaha membela diri. Lah, tidak seperti yang aku bayangkan, begitu melihatku kenapa tidak berusaha melepaskan diri? Aneh bukan?

“Memangnya sudah berapa lama kalian menjalin hubungan diam-diam di belakangku?” tanyaku agak kesal.

“Jonghyun-ah, aku bisa jelas....”

“JAWAB!”

Maaf kalau aku telah membuatmu menangis. Entahlah, rasanya emosiku meledak. Spontan aku membentak istriku sendiri. Wajar bukan kalau aku cemburu. Perasaanku kacau balau. Aku pikir kau orang yang setia, Hyeri?!

“Oppa...!”

Suara Junhee terdengar olehku. Dia berlari dan tiba-tiba saja melingkarkan tangannya di lenganku. Astaga, pasti Hyeri salah paham.


Hyeri pov


Baru kali ini Jonghyun membentakku. Spontan air mataku jatuh. Dia tidak mau mendengarkan penjelasanku. Dan namja di sampingku ini malah hanya diam dan terus mengeratkan rangkulannya. Aku tau dia berusaha menahanku agar aku tidak jatuh. Kakiku rasanya sakit sekali, dan lagi tubuhku tiba-tiba lemas saat Jonghyun muncul.

Buru-buru aku menghapus air mataku.

“Oppa...”

Dari arah barat, muncul seorang yeoja yang menurutku cukup manis. Dia berlari menghampiri kami. Tidak! Dia menghampiri Jonghyun dan tangannya melingkar di lengan Jonghyun.

Siapa dia? Kenapa...

“Oppa, mereka berdua teman-temanmu?” tanya yeoja itu. Sikapnya sangat manja sekali. Bukan mataku saja yang panas, hatiku juga ikut panas. Baru kali ini aku melihat Jonghyun berdekatan dengan yeoja lain. Bahkan dengan Taera eonni pun mereka tidak sedekat ini.

Kulihat Jonghyun berusaha melepaskan diri.

“Oppa kenapa, sih? Dulu kita biasa begini, kok!”

Mworago? Ada hubungan apa mereka sebenarnya?

“Annyeonghaseyo, jeoneun Choi Junhee imnida!” katanya membungkuk seraya memperkenalkan dirinya.

Aku benar-benar penasaran sekali siapa dia. “Kau... siapanya Jonghyun?”

“Aku? Aku orang yang sangat spesial baginya!” katanya tersipu malu.

Spesial?


Author pov


Gikyoung sama terkejutnya dengan Hyeri begitu melihat kemunculan Jonghyun. Dia bisa merasakan tubuh Hyeri melemas sehingga dia merapatkan rangkulannya. Baginya, masa bodoh dengan kesalahpahaman, toh ini menguntungkan baginya.

Hingga seorang yeoja datang dan bermanja ria pada Jonghyun. Ini sontak membuat hati Hyeri panas tapi tidak dengan Gikyoung. Dia tertawa puas di dalam hatinya.

Hyeri merasa tidak tahan melihat pemandangan yang baginya kurang mengenakkan itu. Dia terjatuh saat ingin berjalan, terlepas dari rangkulan Gikyoung. Gikyoungpun ikut berjongkok lalu membantu Hyeri berdiri dan kemudian membantunya berjalan.

“Hyeri-ya, kakimu kenapa?” tanya Jonghyun yang tiba-tiba saja merasa khawatir. Hyeri tidak menggubrisnya. Dia terus berjalan terpincang-pincang dengan bantuan Gikyoung menuju parkiran mobil. Begitu mereka berdua sudah jauh, Jonghyun baru mengejar mereka, meninggalkan Junhee yang sedang tersenyum puas.

Gikyoung membantu Hyeri masuk ke bangku sebelah bangku kemudi mobil. Gikyoung menutup pintunya dan segera masuk ke bangku kemudi. Saat dia melepas injakan rem dan kopling, tiba-tiba saja Jonghyun muncul di depan mobil Gikyoung. Sontak Gikyoung kembali menginjak dua pedal tersebut.

Jonghyun mengetuk-ketuk jendela pintu dekat Hyeri, berharap jendela mobil dibukakan.

“Jalankan saja mobilnya!” pinta Hyeri.

“As your wish!”

Gikyoung memacu mobilnya pelan, meninggalkan Jonghyun yang mendengus kesal. Ditendangnya penyangga gedung yang berada di dekatnya. Rasa sakitnya mampu teralihkan dengan rasa penasarannya akan apa yang sebenarnya terjadi pada Hyeri sehingga istrinya berjalan terpincang-pincang.

Dia merutuki dirinya sendiri. Menyesal tidak mendengarkan penjelasan Hyeri terlebih dahulu.

“Arrrrrrgh!”

“Oppa, gwenchanayo?”

Junhee menyentuh sebelah bahu Jonghyun, tapi kemudian Jonghyun menghindar. Jonghyun mengambil dompet di kantong belakang celananya dan memberi Junhee beberapa lembar mata uang.

“Sekarang kau sudah besar dan bisa pulang sendiri dengan taksi. Katakan saja gedung FnC pada supir taksi. Aku masih ada urusan!”

“Oppa, tapi...”

Jonghyun keburu menjauh.

“Rencana awal berjalan sukses, yah walaupun sebenarnya aku nggak sengaja bertemu denganmu, yeoja sialan! Berani-beraninya kau menikah dengan Jonghyun ku!” gumam Junhee, kembali tersenyum puas.



Jonghyun menunggu gelisah di rumah. Sudah hampir dua jam dia menunggu tapi istrinya belum muncul-muncul juga. Berkali-kali dia menelpon Hyeri, malah mendapat jawaban dari operator.

“Kau bawa lari ke mana istriku, Park Gikyoung?” gumam kesal Jonghyun.

Jam menunjukkan pukul 10 malam, setengah jam kembali berlalu. Mobil yang dikendarai Gikyoung berhenti tepat di depan rumah Hyeri.

Gikyoung tidak tega membangunkan Hyeri yang sedang tertidur. Dia berniat menggendong Hyeri dan berharap bisa membuat Jonghyun cemburu. Namun saat Gikyoung membuka pintu mobil samping Hyeri, tiba-tiba saja sebuah tangan menarik bahunya.

“Jangan mengambil kesempatan!”

Jonghyun mendorong Gikwang menjauh lalu menggendong Hyeri yang masih terlelap.

“Kakinya terkilir. Aku membantu istrimu berjalan dan tolong jangan salah paham. Aku nggak mau melihatnya sedih karena kau,” kata Gikyoung datar.

Tanpa berbalik –tangannya masih memapah tubuh Hyeri-, Jonghyun menanggapi sinis ucapan Gikyoung. “Terima kasih atas penjelasannya!”


***


Pagi menjelang. Hyeri membuka matanya perlahan-lahan hingga atap putih kamarnya yang terlihat saat pertama kali dia membuka matanya. Kemudian ia merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti tubuhnya. Jonghyun memeluknya.

Ditatapnya wajah Jonghyun yang tidak jauh dari wajah Hyeri. Mata Jonghyun terpejam, kulitnya putih, wajahnya tenang. Mampu membuat jantung Hyeri berdebar kencang. Dan mampu membuatnya lupa akan masalah yang telah terjadi.

Tak mau membangunkan Jonghyun, dengan pelan dia melepas tangan Jonghyun yang mengunci tubuhnya. Namun sama sekali tidak bisa diangkat.

“Mianhae!” seru Jonghyun seraya mengeratkan pelukannya.

“Jonghyun-ah...”

“Mianhae, Hyeri! Aku nggak tau kalau kakimu terkilir.”

Dan kini Hyeri kembali mengingat kejadian semalam. Rasa cemburu itu datang lagi.

“Aku mau memaafkanmu asal kau menjelaskan padaku siapa yeoja itu.”

“Baiklah! Tapi kau juga harus menjelaskan padaku kenapa kau bisa bersama namja itu.”

Hyeri mengangguk.

“Kau ingat, aku pernah bilang padamu kalau agensiku akan mengeluarkan seorang penyanyi baru?”

“Hmm, sepertinya aku ingat. Junhee bukan?”

“Tepat! Dialah orangnya! Dia akan debut minggu depan. Hmm, semalam sehabis konser, dia merengek padaku, memintaku menemaninya jalan-jalan. Aku terpaksa mengiyakannya.”

Hyeri mencibir. “Jadi, dia lebih penting dariku?”

Jonghyun hanya menanggapinya dengan tertawa kecil. Tangan kanannya memilin-milin rambut panjang Hyeri. “Tentu saja kau segalanya. Dia sudah kuanggap sebagai adikku sendiri. Kau cemburu, ya?”

“Ngapain aku cemburu sama anak kecil?”

“Ayolah, mengaku saja!” seru Jonghyun seraya mencubit hidung Hyeri. hyeri hanya memejamkan matanya begitu Jonghyun mencubitnya. “Dia bukan anak kecil, jagi. Satu tahun di bawahmu! Hey! Sekarang katakan padaku kenapa kau bersamanya semalam?”

“Kau cemburu?”

“Ani!” jawab Jonghyun singkat.

“Nggak cemburu, kan? Kalau begitu untuk apa aku cerita.”

“Ani, ani, ani! Aku cemburu! Cepat katakan!”

“Begini! Aku terpaksa menyontek tugasnya agar nilaiku nggak kosong. Dan dia memberikan satu syarat padaku, menemaninya ke toko CD semalam.”

“Ck! Namja itu!”

Kini Hyeri memeluk tubuh harum Jonghyun.

“Sudahlah! Yang penting masalah ini sudah beres! Oh ya, kelihatannya Junhee anak yang baik. Dia manis!”

“Haha kau benar!” sahut Jonghyun di sela tawanya.

Hyeri menatap tajam mata Jonghyun. “Ya, jangan marah dulu! aku hanya bicara jujur. Da aku yakin kau akan suka berteman dengannya.”



Hyeri menunggu di sudut kafe yang terletak tepat di gedung agensi tempat Jonghyun bernaung. Sembari menunggu Jonghyun yang sedang menghadap presiden direktur, Hyeri memesan secangkir cappuchino hangat dan sepotong strawberry cheese cake. Dia sudah bisa berjalan sendiri, hanya menahan sedikit rasa sakit.

“Annyeong, Hyeri eonni!”

Hyeri menoleh ke belakang dan mendapati Junhee yang sedang tersenyum manis padanya. Aigoo, kyeopta! Batin Hyeri.

“Boleh aku duduk di sini?” pinta Junhee.

“Silahkan!”

Junhee pun duduk di seberang Hyeri.

“Kau mau pesan?”

Junhee hanya menggeleng.

“Oh ya, aku belum memperkenalkan diriku. Lee Hyeri imnida! Kau pasti Choi Junhee, kan?”

Junhee kembali tersenyum.

“Kau manis sekali, Junhee-ya!” puji Hyeri.

Tiba-tiba senyuman Junhee memudar.

“Kau pikir aku manis? Kau salah besar eonni.”

Senyum sinis Junhee mampu membuat Hyeri bergidik ngeri. Yeoja yang dia lihat sekarang benar-benar berbeda dengan Junhee saat menyapanya tadi. Hyeri yakin yeoja yang satu ini tidak menyukainya.

Mereka berdua saling melayangkan pandangan tajam mereka.

“Kau kenapa memandangku begitu?” tanya Hyeri ketus.

“Kau sendiri?”

“itu karena kau duluan! Apa aku pernah berbuat salah padamu? Aku minta maaf kalau begitu!”

Junhee meletakkan kepalanya di atas tumpuan kedua telapak tangannya. Pipinya menggembung. Orang yang melihatnya pasti gemas. Namun tidak dengan Hyeri.

“Kau nggak salah kok, eon!” katanya seraya tersenyum, tapi kemudian senyuman itu kembali memudar. “Tapi menikah dengan Jonghyun itu sangat salah!”

Hyeri mendengus kesal. Dikiranya siapa dia berhak melarang Hyeri menikah dengan Jonghyun.

“Wae? Kau menyukai Jonghyun?”

“Aku nggak menyukainya!”

“Lantas?”

“Aku mencintainya!”

DHEG!

Rasanya ada sesuatu yang tajam menusuk hati Hyeri.

“Lebih baik eonni pergi dari Jonghyun atau kau akan menyesal berurusan denganku.”

Ucapan Junhee tidak bisa dianggap enteng. Hyeri tahu kalau itu ancaman serius. Namun Hyeri tidak peduli dengan apa yang dikatakan Junhee barusan.

“Omong kosong apa itu? kau berkata seolah-olah Jonghyun hanya milikmu seorang. Kau harus sadar kalau Jonghyun sudah menjadi suamiku.”

“ANDWAE!” Junhee berdiri seraya menggebrak meja, tepat saat Jonghyun datang.

“Jun-ah, waeyo?”

Junhee tiba-tiba saja menangis. “A..aku tulus ingin berteman dengan Hyeri eonni, tapi dia malah menyuruhku menjauh dari oppa! Hiks!”

“Ya! Kau ngomong apa?” Hyeri ikut berdiri begitu mendengar bualan Junhee.

Dengan sedikit terisak Junhee menjawab, “Kalau eonni nggak mau temenan sama aku ya nggak apa-apa. Tapi jangan suruh aku menjauh dari oppa! aku sudah menganggapnya sebagai kakak kandungku sendiri!”

Junheepun pergi dari kafe tersebut dengan air mata yang masih bercucuran.

“Jonghyun-ah, sungguh aku nggak bilang begitu tadi!”

Jonghyun hanya terdiam, memandang datar mata Hyeri.

“Jonghyun?”

Jonghyun berbalik dan berjalan keluar dari kafe.

“Mwoya? Bahkan Jonghyun nggak percaya padaku?! Baiklah anak sok manis, aku akan menerima tantanganmu!” gumam Hyeri geram.



Hyeri kembali berkutat dengan buku-buku mata kuliahnya. Ujian tengah semester akan di mulai besok. Namun tetap saja kejadian tadi siang kembali terbayang-bayang, membuat konsentrasinya buyar.

“Aish, yeoja itu! Iblis dibalik wajah malaikat! Aku harus hati-hati!”

Demi membangun mood, Hyeri menyalakan laptopnya dan berselancar di dunia maya. Ingin sekali bercerita pada Ryuna, tapi yang dicari berstatus offline di media chat. Yang ada hanya Gikyoung.


Hyer: annyeong..

Pgkyong: ?????

Hyer: wae?

Pgkyong: tumben kau ngechat aku duluan

Hyer: ga suka? Ya udah

Pgkyong: ani ani ani---- joahae! Nomu nomu nomu joahae

Hyer: --‘

Pgkyong: kau pasti rindu padaku yang tampan ini

Hyer: mworago? Kalau di dunia ini Cuma ada satu namja dan itu kau, aku tetap nggak akan mengakuimu tampan

Pgkyong: oh ayolah, semua orang mengakui ketampananku. Aku juga pintar. Masa kau nggak tertarik padaku

Hyer: aku udah bersuami ya. kalau tampan, kenapa sampai sekarang belum punya pacar?

Pgkyong: kau tau jawabannya


Hyeri menghela nafas. Dia memang tahu jawabannya. Gikyoung masih menyimpan harapan pada Hyeri walaupun itu mustahil. Namun kata mustahil tidak ada dalam kamus hidup Gikyoung dan dia tetap akan berusaha mendapatkan Hyeri.


Hyer: ya ya terserah kau sajalah

Pgkyong: bersiap-siap lah choi hyeri, sebentar lagi kau akan ada di genggamanku

Hyer: kau pikir aku pensil?

Pgkyong: kenapa harus pensil

Hyer: mwolla, hanya benda itu yg ada dipikiranku

Pgkyong: bagiku, kau adalah bunya eidelweis (eh, begini bukan tulisannya???). bunga keabadian. Kau akan selalu ada di hatiku untuk selamanya.

Hyer: ya Tuhan, park gikyoung pandai menggombal

Pgkyong: ya, hargai usahaku. Aku begini karena kau, pabo

Hyer: siapa yang kau bilang pabo?

Pgkyong: yeoja cantik yang sedang ngobrol denganku sekarang

Hyer: kau bilang hanya ada aku dihatimu, dasar playboy! Saat chat denganku, ternyata kau juga sedang ngobrol dengan yeoja lain

Pgkyong: tuh kan pabo! Maksud aku itu kau. Pabo pabo pabo

Hyer: *blushed* YA! kau akan mati besok.


Hampir dua jam Hyeri habiskan ber-chatting ria dengan Gikyoung. Setidaknya mampu membuat moodnya sedikit membaik.

Hyeri menatap jam dinding kamarnya. Jam 11 malam. Jonghyun hingga saat ini belum pulang-pulang.

“Apa dia marah padaku? Biasanya dia akan memberitahuku kalau dia nggak pulang,” gumam Hyeri sembari memandang layar ponselnya.

Hyeri melempar ponselnya ke atas tempat tidur dan membanting tubuhnya di tempat tidur empuknya.

DRRRT DRRRT!

Ponsel Hyeri bergetar. Buru-buru dia membuka pesan yang masuk.


From: LJS

Hyeri-ya, jonghyun hyung katanya hari ini nggak pulang


Hyeri menatap ponselnya tidak percaya.


To: LJS

Kenapa bukan Jonghyun saja yang memberitahuku, kenapa harus melalui jungshin oppa?


From: LJS

Mwolla


“Mwo?? Kenapa Jonghyun itu? Dia marah padaku karena adik kesayangannya menangis? Lee Jonghyun, kau harus tau siapa Choi Junhee sebenarnya!”

Hyeri berusaha memejamkan matanya. Dia ingin mengistirahatkan otaknya yang penuh dengan bayang-bayang kejadian tadi siang. Dan air matanyapun jatuh.


***


“Hyeri, matamu bengkak. Kau habis menangis ya?” tanya Ryuna yang baru saja datang.

“Ani! Aku begadang, belajar untuk UTS hari ini.”

“Ya, kau nggak usah bohong! Itu bengkak karena menangis. Ayo ceritakan padaku.”

Hyeri menarik nafas panjang sebelum menceritakan kejadian-kejadian yang menimpanya dua hari ini.

“Masa sih? Junhee itu orang yang baik, kok!”

“Kenapa kau bisa berkata begitu?” tanya Hyeri kesal begitu mendengar Ryuna menyebut Junhee sebagai anak yang baik.

“Kau tau kan sebelum aku kuliah di sini, aku tinggal di Jepang. Begitu juga Junhee yang sedang menjalani masa trainee-nya di sana. Kami tinggal satu flat dan dia anak yang baik. Kalau mendengar ceritamu tadi, aku masih nggak percaya.”

“Jadi maksudmu aku berbohong?” suara Hyeri mulai meninggi.

“Aniya, aku nggak bilang begitu. Kau hanya cemburu, Hyeri!”

“Kau nggak percaya? oh oke, aku hanya pembual! Bahkan Jungshin oppa yang selalu berhasil membuatku tertawa setiap aku membaca pesan darinya, semalam hanya mengirim pesan singkat.”

Hyeri bangkit seraya menyampirkan tali tasnya ke bahunya lalu melenggang ke luar kelas.

“Hyeri-ya, mau ke mana? Ujian sebentar lagi di mulai?”



Hyeri menangis lirih di ayunan taman dekat sungai Han. Tidak ada satu orangpun yang mempercayainya. Matanya sayu, memikirkan sesuatu. Bukan memikirkan ujian yang baru saja dia tinggalkan, melainkan orang-orang yang lebih membela Junhee ketimbang dirinya.

Sebuah tangan muncul di hadapannya, menyodorkan sebungkus permen kapas berwarna biru muda. Hyeri mendongakkan kepalanya dan mendapati Gikyoung yang tersenyum memamerkan gigi putihnya.

“Ngapain kau ke sini?”

Gikyoung tidak menggubris. Diletakkannya permen kapas itu ke pangkuan Hyeri dan duduk di ayunan sebelahnya.

“Kau cantik kalau sedang menangis,” kata Gikyoung.

“Haha bukannya justru sebaliknya?”

“Ani! Menangis itu meluapkan emosi yang kita pendam. Aku malah merasa beruntung bisa melihat sisi lemahmu. Kau pasti merasa lega setelah menangis, bukan?”

Hyeri mengangguk pertanda setuju dengan apa yang dikatakan Gikyoung.

“Kau nggak ujian?”

“Ada hal yang lebih penting untuk diurus ketimbang ujian,” ujar Gikyoung seraya mengedipkan sebelah matanya pada Hyeri.

Hyeri menyentuh kedua pipinya. Memanas secara tiba-tiba.


***


Sudah seminggu Hyeri mengurung diri di rumah. Dia benar-benar tidak peduli dengan ujiannya. Setiap Ryuna menelpon atau mengirimnya pesan, selalu di abaikan Hyeri. Hanya sekali Hyeri mengirim pesan pada Ryuna, itupun hanya meminta Ryuna untuk tidak bicara macam-macam pada Jonghyun, termasuk ujian yang ditinggalkannya. Dan Ryuna sepertinya mengikuti kemauan Hyeri karena hingga saat ini Jonghyun bak orang yang ditelan bumi.

Dia ingin sekali Jonghyun menghubunginya.

Hyeri menghela nafas panjang, kemudian memandang kalender duduk yang ada di dekatnya. Diapun meraihnya.

“Tanggal 17? Bukannya tanggal 9 seharusnya sudah? Sembilan hari? Ah, mungkin sebentar lagi. Akhir-akhir ini aku kan banyak pikiran,” gumam Hyeri begitu menyadari sesuatu.

Dia melemparkan kalender itu ke sofa di sampingnya dan menyalakan televisi yang jarang disentuhnya. Saat televisi menyala, muncul full face seorang yeoja manis yang sangat dibencinya sedang bernyanyi sambil bermain gitar. Dia baru ingat kalau yeoja itu sudah debut.

Juniel –name stage Junhee-. Suaranya memang bagus, mampu menyita perhatian Hyeri. Ditambah permainan gitarnya yang memukau.

Fokus kamera tiba-tiba bergeser ke wajah namja yang berdiri di samping Junhee. Ternyata Junhee tidak nyanyi sendirian, dia main bersama Jonghyun.

Sudah lama dia tidak melihat wajah Jonghyun. Tiba-tiba saja Hyeri menangis.

“Ini siaran ulang, kan?”

Sebuah suara yang sangat dikenal Hyeri terdengar. Hyeri menoleh ke belakang dan mendapati Jonghyun yang sedang tersenyum padanya. Tanpa basa-basi Hyeri menaiki sofa dan loncat ke pelukan Jonghyun.

“Jonghyun-ah...”

“Kau menangis?”

“Kau pikir aku sedang nyanyi? Ini semua karena kau, pabo!”

“Mianhae!” seru Jonghyun.

Jonghyun memeluk Hyeri erat. Rindu sekali pada sosok istrinya yang tidak ia jumpai selama seminggu ini.

“Aku seminggu ini sibuk! Harusnya aku memberitahumu langsung. Mianhae! Aku memang seperti anak kecil.”

“Junhee...”

“Lupakan saja! Junhee mengaku salah karena telah memancing emosimu.”

Hyeri melepaskan diri dari pelukan Jonghyun.

“Maksudmu?”

“Lebih baik kau bicara langsung padanya.”

Dan Junheepun muncul.

“Annyeong, eonni,” sapanya ramah. Hyeri hanya bersikap biasa. Dia masih ragu pada Junhee yang menurutnya bermuka dua.

“Aku tinggal kalian berdua di sini. Kalian bicara baik-baik, ya! Aku akan duduk dan menunggu di luar.”

Jonghyun berjalan meninggalkan kedua yeoja tersebut. Hyeri memandang tajam mata Junhee, tapi tidak sebaliknya. Junhee memandang Hyeri, seolah-olah tidak ada yang terjadi di antara mereka.

“Kau marah padaku ya, eonni?”

“Marah? Pertanyaanmu konyol sekali! Kau memfitnahku!”

“Itu salah kau sendiri! Aku kan udah bilang, jangan berurusan denganku. Oh ya, aku mau dibujuk oppa ke sini sebenarnya bukan ingin berdamai denganmu. Aku ingin memberimu penawaran.”

Hyeri mendelik. Penawaran?

“Apa itu?”

“Tinggalkan Jonghyun atau aku akan membeberkan pernikahan kalian. Kau mau melihat orang yang kau cintai bahagia atau melihatnya terguncang karena fans yang satu persatu meninggalkannya?”

Hyeri menatap Junhee tidak percaya. Wajah manis Junhee tidak semanis hatinya. Hyeri tidak bisa berkata apa-apa.

“Kok diam, eon? Apa perlu aku mengejutkanmu baru kau mau menuruti keinginanku?”

Hyeri bergidik ngeri. Baginya, yeoja yang ada dihadapannya sekarang ini lebih licik dari iblis.

Tubuh Hyeri melemas. Pilihan yang sulit.

Tangannya bertumpu pada meja kecil di dekatnya dan tak sengaja menjatuhkan vas bunga hingga pecahan vas itu berserakan di lantai. Hyeri spontan berjongkok, diikuti Junhee. Hyeri memungut pecahan-pecahan beling itu, tidak sadar kalau Junhee sedang menatapnya tajam.

“Eonni, kau mau tau kejutan dariku, nggak? Aku harap setelah ini kau mau mendengarkanku.”

Semanis mungkin Junhee berbicara, tetap saja bagi Hyeri yeoja yang ada di hadapannya kini adalah jelmaan iblis.

Junhee mengambil pecahan beling tersebut dan menggoreskannya di lengan putihnya.

“AAWWWW! APPO!!!!!!”

Hyeri terkejut mendengar teriakan Junhee dan dengan sigap mengambil beling yang digenggam Junhee.

“Ya, kau! Apa-apaan ini? Kau mau memfitnahku lagi?”

Derap langkah Jonghyun terdengar hingga dia juga ikut terkejut begitu melihat darah yang mengalir cukup deras di lengan Junhee.

“Junhee? Gwenchana?” Jonghyun mengambil sapu tangan miliknya dari saku kemejanya dan mengikatnya di lengan Junhee agar darah tidak terus mengalir.

“Appo, eonni!” seru Junhee terisak-isak.

Tatapan Jonghyun beralih ke Hyeri. Dan tiba-tiba saja tangannya bergerak menampar pipi Hyeri.

“Kau... kau kali ini sangat kelewatan, Hyeri!” kata Jonghyun terbata-bata.

“Bu..bukan aku yang melakukannya. Sungguh!” Hyeri berusaha membela diri. Air matanya jatuh deras membasahi pipinya.

“LALU YANG DITANGANMU ITU APA?” bentak Jonghyun.

Hyeri menatap pecahan beling dengan bercak darah yang digenggamnya. Kini Hyeri paham dengan kejutan yang dimaksud Junhee.

Jonghyun menggendong tubuh Junhee yang tiba-tiba melemas dan berniat membawanya ke rumah sakit.

Hyeri masih berdiri mematung. Tangannya mengepal. Dan tetesan darah terus mengucur dari tangan yang menggenggam pecahan beling tadi.

Tatapan matanya kosong. Tidak pernah menyangka kalau Jonghyun akan tega menamparnya.

“Aku nggak salah apa-apa, Jonghyun! Hiks! Kau menamparku!!”

Hyeri mulai terisak-isak. Tangannya masih mengepal hingga darah tidak henti-hentinya mengalir.

DRRRRRRT DRRRRRRRRRRT!

Ponsel Hyeri bergetar. Ada panggilan masuk dari Gikyoung.

“Yobosseyo?”

“Gikyoung-ah!” panggil Hyeri lirih.

“Hyeri? gewnchanayo? Kau menangis ya?”

“Aniya! Aku....”

BHUG!

Hyeri terjatuh tak sadarkan diri.

“Ya! Hyeri? Hyeri?”

-tbc-

HUAAAAAA JUNIEL!!! Maaf ya.. Dikau belum debut aja karakternya udah dibikin jadi antagonis begini..


8 comments:

  1. WOW ~~ makin keren aja ~~
    hyaaa ~~ jonghytun tega nampar hyeri cuma buat junhee :(

    ReplyDelete
  2. hyeri hamil yaaa???
    juniel thu ada beneran ya? -,-a
    authoooorr....kenapa dirimu bnyk ide c??? bagibagi idemu buatku dun T.T

    ReplyDelete
  3. Aku jdi esmosi onn bca part yg ini,,, Juniel bikin gerem aja apalagi jonghyun nya *ngasah golok buat juniel*

    Itu hyeri kok bsa pingsan tiba2?? kenapa?? apa jangan-jangan??

    ReplyDelete
  4. onn aku jadi emosi ma juniel lho beneran, jahat bgt sih
    wah...kayaknya hyeri.... tunggu lanjutannya aka ha gak mau sotoy. cepetan ya lanjutannya...

    ReplyDelete
  5. daebak .. bikin gemes karakter juniel .. hehehe
    lanjuuttttt :)

    ReplyDelete
  6. Kakak....
    ceritanya makin oke nih *____*


    Update soon ! ^ ^

    ReplyDelete
  7. Aduh, makin complicated aja nih. Junhee nya bikin emosi nih *lempar piring

    Tega nian si Jonghyun nampar Hyeri. Kalo aku jadi Hyeri, kutampar balik (?)

    Ditunggu kelanjutannya :D

    ReplyDelete
  8. osmegoddd....saya baru OL...huweeee...

    =,= menjawan pertanyaan readers... Juniel emang ada beneran..lagi debut di jepang...

    idola saya pula....


    gpp deh...

    kalo gga ada Juniel...
    gga seru nih...

    kekkeekkekkeke

    aku mau lanjut baca part 6..

    daebak daebak =)

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'