Saturday, April 30, 2011

Let's Try 3: Saranghae [chapter 3]


Author: kang hyeri (@mpebriar)


Rating: PG15/17


Genre: romance


Length: chaptered


Cast:
  • Lee Jonghyun CNBLUE
  • Choi / Lee Hyeri [fiktif]
  • Park Gikyoung [fiktif]
Other cast:
  • Jung Yonghwa CNBLUE
  • Lee Jungshin CNBLUE
  • Kang Minhyuk CNBLUE
  • Lee Jinki SHINee

Disclaimer: this' my own plot


Selamat membaca & jangan lupa komen :) maaf ya kalau kurang memuaskan..



[anggap aja lagi ngomong pake bahasa Jerman, kalau kalimat beginian, author nyerah]

“Kau yakin mau masuk? Badanmu belum sehat betul,” tanya Anne seraya menatap Hyeri yang sedang mengenakan dasi seragamnya.

Iya! Udah hampir seminggu aku ga masuk, aku ga mau ketinggalan pelajaran.”

“Kau ga masuk sebulanpun kau pasti dapat ranking di kelas.”

“Mana bisa tau. Ayo berangkat!” ajak Hyeri pada roommate-nya itu.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke kelas karena sekolah mereka berada persis di samping asrama.

Anne, kau ke kelas duluan saja, aku mau ke ruang guru dulu.” Anne mengangguk dan mereka berjalan berlawanan arah.

Saat berjalan, tak sengaja Hyeri menginjak tali sepatunya sendiri. Dirinya nyaris jatuh kalau saja tidak ada orang yang menolongnya.

“Gwenchanayo?” tanya namja si penolong itu.

“Gwenchana.. Hmm Gamsahamnida!” kata Hyeri sambil membungkuk.

“Cheonmaneyo, Schöne!”

Namja itu tersenyum menatap Hyeri lalu berjalan membelakanginya. Saat sosok namja itu sudah hilang di tikungan lorong, Hyeri baru menyadari sesuatu.

“Dia orang Korea? Tadi dia bilang aku apa? Cantik?” gumamnya tersipu malu.

Hyeri berlari. Bukan menuju ruang guru, melainkan kelasnya. Dia mencari sosok yeoja berambut pirang.

Ann, apa kau tau murid sekolah yang keturunan Korea seperti aku?”

Anne tampak sedang berpikir. “Apa yang kau maksud itu Gee? Dia siswa pertukaran pelajar. Ah ya, aku lupa bilang kalau dia juga orang Korea.”

“Benarkah? Oh, yang kau ceritakan itu ya? Hari ini hari terakhirnya di sini, bukan?”

“Ya, sudah seminggu! Aku dengar dari temanku yang sekelas dengannya, dia akan kembali ke Korea nanti malam...”

Flasback end

Kini namja itu sedang berdiri di hadapannya.

“Kau sudah mengingatku rupanya. Hallo, wie gehts?”

“Kau? Gee?”

Gikyoung mengangguk. “Udah hampir seminggu tapi kau baru menyadarinya sekarang.”

“Kita kan hanya bertemu sebentar saat itu, wajar kalau aku tidak mengingatmu. Kenapa kau ga cerita?” tanya Hyeri seakan dia lupa akan dua syarat Gikyoung tadi. Seperti bertemu dengan teman lama.

“Aku mau kau menyadarinya sendiri. Jadi, bagaimana syarat-syaratku, gampang kan?”

Hyeri mendengus kesal, “Untuk yang pertama, aku masih bisa terima. Tapi yang kedua, tolong jangan paksa aku.”

“Gwenchana.. Aku ga mau kau suka padaku karena terpaksa. Bersiap-siaplah kau, Choi Hyeri.. Lambat laun kau pasti akan menyukaiku,” katanya sambil mengerlingkan sebelah matanya. Hyeri hanya tersenyum kecut. “Aku ga yakin!”

“Sekarang sih belum. Ya sudah! Aku pulang dulu ya, jagiya!”

“Sekali lagi kau panggil begitu, kau akan mati,” geram Hyeri seraya menunjukkan kepalan tangannya.

Gikyoung terkekeh lalu kembali ke tempat dia memarkir motornya. Hyeri hanya menatap tajam sosok Gikyoung yang mulai mengecil.

“Masalah lagi,” gumam Hyeri begitu mengingat ‘pesan’ yang masuk di ponsel Jonghyun. “Apa yang kau sembunyikan dariku sebenarnya?”

***

Pagi-pagi, sebelum Hyeri berangkat kuliah, tiba-tiba saja Jonghyun datang.

“Hyeri-ya, apa ponselku terbawa olehmu?” tanya Jonghyun dengan nafas yang tidak beraturan.

“Di atas tempat tidur,” jawab Hyeri sekenanya. Dirinya sibuk membereskan buku yang masih berserakan di meja. Kemudian dia mengambil tasnya dan berjalan keluar meninggalkan Jonghyun yang masih tercengang dengan sikap acuh Hyeri.

BRAK! Suara pintu terdengar keras. Jonghyun yang merasa ada yang tidak beres langsung mengejar Hyeri.

“Hyeri, kau kenapa?” tanyanya sambil mengikuti Hyeri berjalan.

“Aku ga apa-apa!” jawabnya ketus.

“Kau ada apa-apa, Hyeri-ya! Tumben banget kau ketus begini padaku. Ada apa?”

Hyeri menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Jonghyun. Dia memaksa untuk tersenyum. “Aku ga apa-apa, Lee Jonghyun.” Senyuman itu kembali pudar, digantikan dengan tatapan tajam Hyeri.

“Hyeri-ya, ayo cer....”

BRUMMM! Sebuah motor hitam berhenti tepat di samping mereka. Si pengendara membuka helm hitamnya. “Annyeonghaseyo, aku mengganggu tidak?”

“Mau apa kau, Gikyoung?” tanya Hyeri tanpa menatap Gikyoung.

“Aku datang di saat yang tepat sepertinya. Butuh tumpangan?” tanya Gikyoung seraya memberikan sebuah helm pada Hyeri. Hyeri hanya menatap Gikyoung dan Jonghyun secara bergantian.

“Kalian berdua.... AISH!” Hyeri berbalik dan berjalan menuju halte yang tidak jauh dari posisinya. Kebetulan sekali ada bus yang berhenti, diapun menaikinya. Gikyoung dan Jonghyun hanya tercengang menatap bus yang mulai menjauh.

“Jadi kau yang bernama Gikyoung?” tanya Jonghyun dengan tatapan tajamnya.

“Ye, Park Gikyoung imnida! Dan kau Lee Jonghyun, namjachingunya Hyeri,” kata Gikyoung yang menatap Jonghyun tidak kalah tajamnya. “Aku tidak peduli dengan statusmu sebagai namjachingu, aku mau bilang kalau aku menyukai Hyeri dan aku pasti akan mendapatkannya.”

Gikyoung memakai helmnya sendiri, menyalakan mesin motornya dan melesat pergi meninggalkan Jonghyun yang masih menganga.

“Apa-apaan dia?”

-

Sesampainya di rumah, Hyeri langsung memasuki kamarnya, mengabaikan Jonghyun yang menatapnya dari dapur. Jonghyunpun menghampiri istrinya, berniat untuk menyelesaikan masalah yang tidak jelas sebabnya.

KLEK! Jonghyun membuka pintu. Kemudian menangkap sosok Hyeri yang sedang merebahkan diri di tempat tidur.

“Hyeri-ya, ayo kita bicara!” ajak Jonghyun begitu duduk di sisi tempat tidur

“Aku sedang malas, Jonghyun-ah! Aku mau istirahat!”

Jonghyun merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya. “Apa kau marah karena ini?” tanyanya sambil memperlihatkan ponselnya yang menunjukkan sebuah pesan yang telah membuat Hyeri resah sejak kemarin. Hyeri meliriknya sebentar dan kembali mengacuhkannya.

“Tuh kan benar. Aku bisa menjelaskannya!”

“Sudahlah! Aku ga peduli kau mau berbuat apa atau kau sedang bersama siapa. Itu bukan urusanku!” kata Hyeri membelakangi Jonghyun.

“Kok begitu? Harusnya ini jadi urusanmu juga, kau ini istriku apa bukan sih? Aku bisa terima kalau kau marah, tapi aku ga suka kau berbicara seperti itu, seolah-olah aku bukan siapa-siapamu!”

Jonghyun pergi meninggalkan Hyeri dengan sedikit hentakan keras. Tak lama suara deru motor berbunyi lalu kembali sunyi.

Mata Hyeri sudah mulai berkaca-kaca.

“Kok jadi kau yang marah, sih?” gumam Hyeri.

TING TONG! TING TONG!

“Siapa sih yang datang? Mengganggu!”

Dengan langkah gontai Hyeri berjalan menuju interkom yang terletak di dekat pintu depan. “Si biang masalah datang!” Dengan cepat Hyeri mengusap matanya lalu membuka pintu untuk tamu yang sangat tidak ia inginkan.

“Annyeong, Hyeri-ya!”

“Annyeong, eonni. Lama ga berjumpa,” sapa Hyeri dengan senyum palsunya.

“Aku tadi lihat Jonghyun pergi, mau ke mana? Sepertinya dia sedang marah atau kesal,” kata Taera.

“Mwolla! Masa kau tidak tau kenapa?” kata Hyeri dingin.

Taera sudah menduga akan terjadi sesuatu antara Hyeri dan Jonghyun sebelumnya, tepatnya sejak mengetahui kalau ponsel Jonghyun ada di Hyeri. Karena itu Taera datang untuk meluruskan sesuatu sebelum terjadi masalah yang lebih besar.

“Kau tidak mempersilahkanku masuk?”

“Ah ya, aku lupa! Silahkan masuk eonni,” ajak Hyeri dengan malasnya. Hyeripun menyilakan Taera untuk duduk sedangkan dirinya menyiapkan minuman.

“Tumben eonni kemari, ada apa?” tanya Hyeri begitu dia meletakkan minuman yang memang dibuat khusus untuk Taera. Kemudian dia duduk di sofa seberang Taera.

“Aku belum pernah kemari, penasaran. Jadi aku minta alamat rumahmu dan Jonghyun pada Minhyuk tadi pagi. Hmm sekalian ada yang ingin aku bicarakan.”

“Bicara apa, eonni? Kalau bisa cepat! Aku ada urusan!” bual Hyeri. Hyeri tidak ingin berlama-lama dengan yeoja yang dia anggap sebagai perusak hubungannya dengan Jonghyun.

“Aku menduga kalau kau membaca pesanku untuk Jonghyun kemarin sore. Dan dugaanku sepertinya tepat begitu tadi aku melihat Jonghyun pergi dengan kesal. Apa kalian habis bertengkar?”

Hyeri memalingkan wajahnya, “Itu bukan urusanmu!”

Taera bangkit lalu menghampiri Hyeri. Dia duduk di sampingnya. “Mianhae! Tapi yang kau bayangkan itu ga benar. Aku dan Jonghyun ga ada apa-apa.”

Hyeri masih enggan menatap Taera. Taerapun mendesah, menghempaskan nafasnya lewat mulut. Kemudian dia merogoh isi tas nya dan mengeluarkan sesuatu.

“Kalau boleh jujur, aku bertemu dengan Jonghyun akhir-akhir ini karena aku ingin konsultasi tentang pernikahan. Kau dan Jonghyun telah menikah dan kupikir Jonghyun bisa berbagi pengalaman. Tadinya aku ingin bertanya itu padamu langsung, tapi Jonghyun melarangku dengan alasan takut mengganggu konsentrasimu di awal kuliahmu. Ini kalau ga percaya,” Taera memberikan surat undangan itu pada Hyeri. “Jangan lupa datang ya bersama Jonghyun.”

Taera kembali bangkit dan berjalan menuju pintu. Kini kesunyian kembali melanda rumah itu. Hyeri hanya menatap surat undangan berwarna putih itu.

“Jadi...aku...salah?” gumam Hyeri sambil menatap surat undangan pernikahan yang diberikan Taera tadi. Rasa bersalah menghantui dirinya. Ingin sekali dia menelpon Jonghyun, tapi ternyata rasa gengsinya yang lebih besar menahan dirinya untuk tidak melakukan itu.

***

Tiga hari berlalu. Tiga hari pula Hyeri tidak berhubungan dengan Jonghyun. Jonghyun tidak datang ke rumah atau menghubunginya sama sekali. Kali ini Jonghyun memang marah sekali.

Dengan langkah gontai Hyeri berjalan menuju halte bus. Badannya lemas, nafsu makannya hilang. Dia sendiri lupa kapan terakhir kali dia makan. Ditambah dinginnya cuaca, hari ini memang awal musim dingin. Saking terburu-burunya, Hyeri lupa memakai mantel yang lebih tebal.

“Aigoo! Aku ga nyangka bakal sedingin ini!” gumam Hyeri. Dia segera duduk di halte bus, menggosok-gosok tangannya yang tidak terbungkus sarung tangan. Asap menyembul dari mulutnya.

Dia menyenderkan dirinya di tiang penyangga halte. Kepalanya terasa pening. Tangannya menekan-nekan perutnya sendiri, menahan rasa perih yang datang tiba-tiba. Tak lama kemudian matanya menutup dan tangannya jatuh menjuntai bebas.

-

Minhyuk dan Jungshin menatap gemas sosok Jonghyun yang sibuk memetik asal gitarnya. Sudah tiga hari Jonghyun berdiam diri di dorm.

“Kayak gitu tuh yang lagi putus cinta,” celetuk Minhyuk, sengaja mengeraskan suaranya untuk mengalihkan perhatian Jonghyun. Namun tetap saja Jonghyun terdiam, pikirannya sudah ke mana-mana.

Jungshin menjitak kepala Minhyuk. “Ngomong jangan asal, sok tau kau. Emang pernah ngerasain yang namanya putus cinta?” Ditanya begitu, Minhyuk hanya diam. “Ga cerita-cerita nih, mantan pacar udah berapa sih?”

Minhyuk tertawa, “Apa-apaan kau? Udah ga usah dibahas.”

“Ah gitu! Katanya kita bestfriend!”

Minhyuk balik menjitak Jungshin. Jadilah mereka saling menjitak.

“Ya! Ya! Ya! Ingat umur kalian,” lerai Yonghwa.

“Maksudnya kita cuma mau ngalihin perhatian Jonghyun hyung, tapi tetap aja kayak kemaren-kemaren,” kata Minhyuk gemas.

“Mikirin Hyeri, hyung! Ah, masalah rumah tangga. Aku ga ngerti yang beginian deh!” sambung Jungshin.

“Biar aku bicara padanya!”

Jungshin dan Minhyuk mengangguk. “Beli sate ikan di depan aja yuk, Shin! Urusan orang dewasa,” ajak Minhyuk.

“Orang dewasa?” Jungshin menatap Minhyuk, alis kanannya terangkat.

“Bagiku orang yang sudah menikah itu berarti udah dewasa.”

“Heh? Jadi kau, aku dan Yonghwa hyung belum dewasa?”

“Eh? Ga gitu juga sih!”

“Menurutku yang belum dewasa itu kalian berdua, yang beginian aja diomongin. Sana pergi!” perintah Yonghwa.

Dan jadilah Yonghwa dan Jonghyun hanya berdua di dorm. Yonghwapun menghampiri Jonghyun. Petikan gitar asalnya membuat Yonghwa sadar kalau Jonghyun sedang melamun. Pandangan kosongnya terarah ke jendela.

“Jonghyun-ah!” sapa Yonghwa. Namun yang dipanggil tidak menyahut. “Jonghyun?” Masih tidak menyahut. Tangan Yonghwa melambai tepat di depan wajah Jonghyun dan berhasil membuat lamunan Jonghyun buyar.

“Hyung? Waeyo?”

“Sebaiknya kau bicara baik-baik pada istrimu. Ga bagus sampai berlarut-larut begini.”

“Tapi dia ga mau tau sama apa yang sebenarnya terjadi. Aish, yeoja ini!”

“Maklum lah, Jonghyun! Emosinya masih labil. Kau harusnya bisa ngerti itu! Kau harusnya bisa bersikap lebih dewasa. Selesaikan masalah, bukan dibiarkan.”

“Lalu aku harus gimana?” tanya Jonghyun, baru sekarang dia menatap mata hyungnya.

“Datangi dia, bicara baik-baik. Siapa tau pikirannya sudah tenang dan mau mendengarkan penjelasanmu.”

Jonghyun tampak sedang berpikir sesuatu. Dia meletakkan gitarnya asal dan berjalan ke kamarnya. Yonghwa hanya menatap heran, bingung dengan apa yang dilakukan Jonghyun. Tak lama Jonghyun keluar dengan mantel tebal dan sarung tangannya.

“Hyung, aku pinjam kunci mobilmu!”

Yonghwa tersenyum. Dia merogoh isi kantong celananya dan mengeluarkan kunci mobil. Jonghyun berhasil menangkap lemparan dari Yonghwa. Jonghyunpun bergegas menuju basement.

“Hati-hati, hyun! Mobilnya masih kredit!”

“BERES!” sahut Jonghyun.

Jonghyun menyetir dengan kecepatan 60 km/jam, hari ini jalanan memang padat kendaraan. Padahal jam berangkat kerja atau sekolah sudah lewat.

Lucky im in love with my bestfriend, lucky to have been where i have been... *bosen kali ya ringtone panggilan masuk KRIIIING melulu*

Sebuah panggilan masuk di ponsel Jonghyun. Dia langsung mengenakan earphone-nya.

“Yoboseyo?” sapa Jonghyun, matanya masih terfokus pada jalanan.

Lee Jonghyun, cepat ke Rumah Sakit Seoul!”

Nuguseyo?”

Jinki! Ppali! Hyeri kutemukan pingsan tadi di halte bus!”

“MWO?” pekik Jonghyun.

Jonghyun langsung banting setir berbalik arah. Rumah sakit tidak jauh dari tempatnya kini.

Begitu sampai di rumah sakit, Jonghyun berlari menuju tempat yang Jinki katakan tadi. Ternyata di sana tidak hanya ada Jinki, Gikyoung juga ada di sana.

“Ngapain kau disini?” tanya Jonghyun ketus.

“Kenapa? Aku juga khawatir padanya,” jawab Gikyoung tidak kalah ketusnya.

“Sudah, sudah!” Jinki menengahi. “Tadi dia menelpon ke ponsel Hyeri. Aku yang memintanya kemari.”

Jonghyun hanya mendengus kesal.

“Hyung, bagaimana keadaannya?” tanya Jonghyun, ekspresi khawatir tergambar jelas diwajahnya.

“Belum tau! Dokter masih memeriksanya. Jonghyun-ah, bagaimana bisa is.....” belum selesai Jinki bicara, mulutnya keburu dibekap oleh tangan Jonghyun. Matanya melotot, memberi isyarat yang kemudian Jinki tau maksudnya. Dengan cepat Jinki menyingkirkan tangan Jonghyun.

“Ara! Ara! Aku hampir mati kehabisan nafas. Kau mau merasakan ttakbam ku?”

Jonghyun menarik tangan Jinki dan membawanya menjauh dari Gikyoung. Gikyoung hanya diam, memandang bingung ke arah mereka berdua.

“Ya! Bagaimana bisa istrimu dibiarkan pergi tanpa mantel dan sarung tangan? Hari ini cuaca dingin sekali!” geram Jinki.

“Jeongmalyo? Mianhae, hyung! Aku lagi ga ada di rumah.”

“Aigoo! Untung saja aku kebetulan lewat tadi. Jujur padaku! Apa kau dan Hyeri sedang ada masalah?”

Jonghyun hanya mengangguk pelan.

“Pantas, saat perjalanan ke rumah sakit, Hyeri terus menggumamkan namamu! Sesekali berucap ‘mianhae’!”

Jonghyun hanya mendesah pasrah. Kemudian dia menceritakan semuanya.

“Kau, Jonghyun! Pantas saja kalau Hyeri marah. Kau ini! Harusnya kau terbuka pada istrimu sendiri, jadinya ga bakal kayak begini! Coba kalau kau yang ada di posisinya, kau ga cemburu? Cepat selesaikan masalah kalian. Ini hanya masalah sepele! Tidak perlu sampai berlarut-larut begini. Selesaikan dengan baik-baik, jangan pakai emosi.”

Jonghyun masih tertegun dengan nasehat panjang Jinki. Orang yang ada di hadapannya kini bicara seolah dia sudah berpengalaman.

Dua kali dia mendapat nasehat yang sama. Apa semua leader memang sebijak itu? *oh itu pertanyaan auhtor*

Dokter yang memeriksa Hyeri keluar dari ruangan. Jonghyun dan Jinki pun menghampirinya.

“Bagaimana keadaannya, dok?” tanya Jonghyun dan Gikyoung bersamaan. Keduanya menoleh dan saling melempar tatapan super tajam.

“Aku perlu bicara dengan keluarganya!” kata dokter.

Dengan spontan Jonghyun menjawab, “Aku suaminya!”

Tiga orang itu menoleh ke arah Jonghyun dengan terkejut. Jinki langsung saja mencubit pinggang Jonghyun. Mulut Gikyoung menganga lebar, shock dengan apa yang dia dengar barusan.

“Jeongmal?” tanya dokter yang sepertinya masih kurang percaya. Dia tau namja itu adalah seorang pemusik terkenal. Dia hanya tidak menyangka kalau namja yang masih terbilang sangat muda itu ternyata sudah menikah.

“N...ne!” Jonghyun merutuki dirinya sendiri.

“Bisa ikut aku ke ruanganku? Ada yang ingin aku bicarakan!”

Jonghyun dan dokter itupun berjalan meninggalkan Jinki dan Gikyoung. Mulut Gikyoung masih terbuka lebar saking terkejutnya.

“Ya, tutup mulutmu!” perintah Jinki.

Mereka berdua sampai di ruangan sang dokter. Dokterpun duduk, diikuti Jonghyun yang juga duduk di seberang sang dokter.

“Dok, keadaan Hyeri bagaimana?”

“Keadaannya sudah tidak apa-apa. Dia hanya kurang makan, sehingga penyakit maagnya kambuh. Tubuhnya lemas, ditambah dinginnya cuaca. Kata temanmu tadi dia keluar tanpa mantel.”

“Oh ya, sebaiknya kau perhatikan pola makan istrimu, sepertinya dia tipe orang yang mudah terserang maag,” sambung si dokter.

“A...aku ga tau kalau Hyeri punya penyakit maag. Hmm kami baru menikah beberapa bulan yang lalu.”

“Aku paham! Tunggu satu jam atau dua jam, lalu istrimu sudah bisa di bawa pulang.”

“Gamsahamnida, dok! Hmm, masalah aku sudah menikah, bisakah...”

“... aku bisa merahasiakannya,” sang dokter mengedipkan matanya.

Jonghyunpun keluar dari ruangan dokter, bergegas menuju ke ruangan tempat Hyeri berada.

KLEK! Jonghyun membuka pintu ruangan itu. Tiga pasang mata langsung menatap dirinya.

“Kau.. aduh aku lupa siapa namamu. Ah, Gikwang-ssi....”

"Gikyoung," serempak Hyeri dan Jonghyun mengoreksi.

"Ah, ye,ye! Gikyoung-ssi, ayo kita keluar!" ajak Jinki.

“Waeyo?”

“Sudah, kita keluar! Jangan mengganggu acara mereka berdua!” Jinki menarik kerah kemeja Gikyoung, menyeretnya layaknya sebuah anak kucing yang kotor (?) Dia menepuk bahu Jonghyun, memberi semangat pada Jonghyun.

Kini tinggal Hyeri dan Jonghyun saja yang ada di ruangan itu. Jonghyun melihat Hyeri yang menundukkan kepalanya, rasanya malu menatap Jonghyun. Bagaimanapun, Hyeri telah salah paham pada Jonghyun dan sudah membuat Jonghyun begitu marah sampai dia tidak mau menemui atau bahkan tidak mengirim pesan untuk Hyeri.

“Gwenchanayo?” tanya Jonghyun begitu duduk di sisi tempat tidur.

“Gwenchana,” jawab Hyeri lirih.

“Hey, kok mukanya ditekuk sih? Ga mau lihat aku?”

Hyeri hanya menggeleng pelan. Tangan kanan Jonghyun merengkuh dagu Hyeri, membuat wajah Hyeri terangkat jelas. Bulir air mata telah membasahi pipi Hyeri.

“Hyeri-ya, kenapa kau menangis?” tanya Jonghyun seraya mengusap air mata Hyeri.

Kini Hyeri sudah berani menatap mata Jonghyun. Ingin mengungkapkan sesuatu, tapi rasanya lidahnya tidak mau diajak berkompromi.

“Ayo ceritakan pada suamimu ini, kenapa kau menangis?” Jonghyun mengusap-usap rambut Hyeri.

“A... aku mau... minta maaf padamu, Jonghyun!”

“Untuk?”

“Kau ga usah berpura-pura ga tau! Jeongmal mianhae! Ga seharusnya aku menuduhmu yang bukan-bukan.”

“Sudah, lupakan saja! Sekarang pikirkan kesehatanmu.”

Hyeri menggenggam tangan Jonghyun. “Kau...masih marah padaku?”

Jonghyun menggeleng, “Aku ga marah padamu, Hyeri-ya. Saat itu aku hanya sedang kesal. Mianhae! Bagaimana kalau kita lupakan saja masalah ini, oke?”

Hyeri mengangguk.

“Oh ya, kau percaya kan kalau aku dan noona ga ada apa-apa?”

“Ye! Noona udah cerita semuanya.”

“Jinjja? Kapan? Kau menemuinya?”

“Aniyo! Dia datang setelah kau pergi waktu itu. Ya, bukannya kau yang suruh?”

Jonghyun menggeleng.

“Mianhae, Hyeri, harusnya aku cerita padamu.”

“Ya sudahlah! Katanya mau dilupain aja??”

Tiba-tiba saja tangannya memeluk pinggang Jonghyun.

“Bogoshipo, jagi!”

“Nado.. Jeongmal bogoshipo,” Jonghyun membalas pelukan Hyeri.

Lama mereka berpelukan. Melepas kerinduan yang mereka tahan selama tiga hari ini.

“Ehem!” seseorang berdeham dari arah pintu. Lima sosok namja bertengger *burung kali* di pintu. Mereka berduapun melepas pelukan mereka.

“Pacarannya nanti aja hyung di rumah! Kami mau menjenguk istrimu!” goda Minhyuk.

“Waeyo? Kalian iri?” Jonghyun malah memeluk Hyeri. Wajah Hyeri mulai memerah.

“HYUUUNG! Kau membuat kami iri. Lepas, lepas! Wajah istrimu udah merah kayak kepiting rebus begitu,” kata Jungshin yang lalu menghampiri mereka berdua dan memukul bahu Jonghyun.

“Ya! Kenapa kau memukulku? Tanganmu itu terbuat dari batu atau apa, sih? Sakit sekali!” Jonghyun mengusap-usap bahunya yang dipukul Jungshin barusan.

Jinkipun tak bisa menahan gelak tawanya. “Hahahahaha, bahkan ini lebih lucu dari pada Tom & Jerry!” Semua mata tertuju pada Jinki. Sunyi senyap.

Krik krik!

“Oke, oke! Abaikan! Aku pulang aja kalau begitu. Hyeri-ya, cepat sembuh, ya! Kalau Jonghyun nakal, segera hubungi aku. Oke?”

“Gomawoyo, oppa!” kata Hyeri sambil tersenyum.

Jinkipun undur diri. Hyeri hanya menatap kepergian teman masa kecilnya itu. Dan baru Hyeri sadari, ternyata ada sosok Gikyoung di antara namja-namja tampan itu. Kedua tangannya menutup mulutnya yang terbuka. Hyeri sadar, pasti Gikyoung sudah mengetahui semuanya.

“Annyeong, nyonya Lee Hyeri!” sapa Gikyoung dingin. Dugaan Hyeri tidak meleset.

“Gikyoung? Ngapain kau di sini?”

“Tadi aku menelponmu, yang angkat ternyata Onew-ssi! Kenapa aku ke sini? Karena aku khawatir pada yeoja yang kusuka. Wajar kan?”

Kini semua mata tertuju pada Gikyoung.

“Kenapa menatapku? Ada yang salah?”

“Sangat salah, Park Gikyoung! Seperti yang udah kau ketahui kebenarannya, aku sudah menikah. Dan namja ini adalah suamiku!” jelas Hyeri seraya menggenggam tangan Jonghyun sebagai isyarat kalau Jonghyun lah si suami yang dia katakan tadi.

“Aku sudah tau itu! Tapi apa salahnya kalau aku menyukai istri orang? Aku yakin suatu hari nanti kau akan berpaling padaku,” kata Gikyoung dengan rasa percaya diri yang tinggi. Hyeri terkejut dengan pernyataan Gikyoung tadi.

Jonghyun menatap tajam mata Gikyoung, begitupun sebaliknya. Bagaikan sengatan listrik yang terpancar satu sama lain.

“Hyung, cinta segitiga, hyung,” bisik Minhyuk pada Yonghwa yang ada di sampingnya.

“Wow, yang beginian cuma pernah aku lihat di drama!” sambung Jungshin.

“Kalian berdua!” bisik Yonghwa sambil mencubit kedua lengan dongsaengnya.

-

Jalanan sungguh ramai siang itu. Sejak dari rumah sakit hingga di tengah perjalanan menuju rumah mereka, Hyeri dan Jonghyun hanya berdiam diri. Tidak ada satu patah katapun yang terlontar dari mulut mereka masing-masing. Hanya suara radio yang memenuhi kebisingan di dalam mobil saat ini.

“Jagiya?” panggil Jonghyun memecah keheningan.

“Hmm?”

“Si Gikyoung itu, kau... ga menyukainya kan?”

“Tentu saja enggak! Walaupun aku pernah berharap untuk bertemu lagi dengannya dulu, tapi cintaku hanya untukmu.”

Jonghyun tertawa, “Hahaha, kayaknya baru kali ini aku mendengar kau menggombal. Ah ya, apa maksudmu dengan bertemu? Kau pernah bertemu dengannya dulu?”

“Sebenarnya itu juga baru aku sadari beberapa hari yang lalu. Waktu aku sekolah di Jerman -saat itu aku kelas 1 SMA-, aku nyaris terjatuh karena menginjak tali sepatuku sendiri. Kalau ga ada dia –saat itu dia menjadi siswa pertukaran pelajar-, mungkin aku harus bisa menahan malu. Aku hanya melihatnya beberapa menit dan kamipun tak pernah bertemu lagi hingga awal masuk kuliah, itupun aku masih belum sadar.”

“Owh, jadi judulnya kisah lama bersemi kembali?” ledek Jonghyun.

“Lee Jonghyun, jangan mulai!”

“Ara! Tapi kau benar kan hanya mencintaiku?”

“Tentu saja! Hmm, nomer 4 setelah Tuhan dan kedua orang tuaku.”

Jonghyun tersenyum pada Hyeri, tangannya meraih kepala Hyeri dan ditariknya menuju bahunya.

“Jonghyun-ah, aku baru tau kalau kau bisa nyetir mobil? Ngomong-ngomong mobil siapa ini?”

“Mobil kreditan Yonghwa hyung.”

“Kredit? Aku kira uangnya banyak!”

Jonghyun tertawa terbahak-bahak. “HUAHAHAHA, aigoo! Hyung harus mendengar ini.”

-TBC-


6 comments:

  1. Huaaa, so sweet amat dah Jonghyun sama Hyeri. Kkkk :D

    Btw, itu fotonya pas bgt.. Haha

    Ditunggu kelanjutannya..

    ReplyDelete
  2. ihhh jonghyun ma hyeri bikin gemes deh....
    akhirnya ketauan juga mereka suami istri, lanjutannya onn

    ReplyDelete
  3. eonnii, huwaaa so sweet bgt *O* huahaha ngakak bagian MinShin kayak anak-anak sama waktu onew condition, krik krik xDDD

    kasian ya gikyoung u,u

    eh iyaya eonn, kenapa leader pada bijak bgt sih ;_; (?)

    kereeen eonni, lanjutannyahaha ><

    ReplyDelete
  4. cerita nya romantis, seru dan ada lucunya juga.
    apalagi kalo jungshin ma minhyuk uda ngobrol ber2, hehehe
    kalo boleh kritik, tbc nya kurang bikin penasaran.
    overall, aku sukaaa ^^ lanjutannya jangan lama lama ya thor ^^

    ReplyDelete
  5. ummm...so sweet....rumah tangga..ga ada pertengkaran..bagai sayur tanpa garam *halah

    kapan ada lanjutannya??Go author!
    buat yg nyaris NC dong

    XD

    *ini knapa Lee Jinki nongol..jiakkakakkaa...
    aku tau nih authornya suka onew..kekkkekee...

    *jangan2 beneran tuh mobil yoong yg warna merah masih Kredit...

    ReplyDelete
  6. kyaaa~ sii oppa mobilx msh kredit ya.. ckkk~
    gag p2 yang pnting hasil kringatx ndiri ;)
    lanjut~ ^_^

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'