Thursday, April 7, 2011

My Little Sister’s New Friend (Chapter 1)


Author: Ririe Amarya (@amaryaririe)

Rating: Teenager

Genre: Romance

Pemeran:
  • Choi Dae Hyun (fiksi)
  • Lee Jong Hyun (CNBLUE)
  • Choi Dae Jun (fiksi)

Pemeran Pembantu:
  • Lee Jae Jin (FT Island)


Note: Selamat membaca aja.. Semoga ceritanya ga membosankan jadi aku bisa lanjutin ke chapter 2..






Jonghyun POV
            
“Ahjussi, es krim rasa strawberry, ya.” Terdengar suara gadis kecil di sampingku yang memesan es krim juga. Aku menoleh ke arahnya. Wah, gadis kecil ini lucu sekali.

“Biar aku saja yang bayar,” kataku saat gadis kecil itu hendak menyerahkan uang kepada ahjussi penjual es krim. Gadis kecil itu terkejut.

“Gomawoyo, oppa. Kau baik sekali,” katanya sambil tersenyum.

“Cheonmaneyo. Ah, kau ini manis sekali. Siapa namamu? Sudah sekolah kelas berapa?” tanyaku lalu mengelus kepalanya.

“Namaku Choi Dae Jun dan aku kelas 4 SD, Oppa. Lalu, siapa nama Oppa?”

“Aku, namaku Lee Jong Hyun dan aku sekarang kelas 2 SMA.”

“Wah, berarti oppa seumuran dengan onnieku, dong.”

“Kau punya kakak perempuan? Kita sama dong. Kau pasti dekat dengannya, ya?”

“Hmm, entahlah,” jawabnya murung.



Daehyun POV
            
“Daehyun, coba cari Daejun dulu di taman. Tadi dia bilang akan ke taman,” panggil eomma dari dapur.

Aisssh, aku kan sedang sms-an dengan Jaejin. Kenapa harus mencari Daejun? Anak ini semakin menyebalkan rupanya.

Jaejin, sudah dulu ya, aku harus pergi menjemput adikku di taman. Aku mengirim sms pada Jaejin.

Ya sudah, sampai nanti. Jaejin mengirim sms balik.

Aku berjalan dengan cepat ke taman. Ah, itu dia Daejun. Apa? Dengan seorang namja? Meskipun badannya tinggi, tapi tampaknya ia seusia denganku.

“Daejun, ayo pulang. Eomma sudah menyuruhmu pulang,” panggilku saat menghampiri mereka.

“Ah, dia kakakmu yang kau ceritakan tadi?” tanya namja itu.

“Iya, dia onnieku,” jawab Daejun sambil tersenyum.

Senyum Daejun yang manis itu malah membuat aku ingin membunuhnya. Bercerita apa dia tentang aku kepada namja itu. Namja yang aku tidak tahu siapa dia dan dari mana asalnya.

“Daejun-ah, siapa dia?” tanyaku pura-pura tersenyum dan mengelus kepala Daejun.

“Aku Lee Jong Hyun. Aku dan dongsengmu baru saja berkenalan. Namamu Choi Dae Hyun kan?” katanya sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya hendak menyalamiku.

“Ah, aku sudah tau namamu dan kau sudah tau namaku. Sekarang aku harus pergi. Ayo, Daejun, kita pulang,” jawabku berusaha untuk tersenyum.



Jonghyun POV
            
"Ah, aku sudah tau namamu dan kau sudah tau namaku. Sekarang aku harus pergi. Ayo, Daejun, kita pulang.”

Aissh, dia bahkan tidak menyambut uluran tanganku. Ia juga buru-buru pergi. Ia manis, tapi mengapa dia bersikap seperti itu?



Daehyun POV
            
“…dia membelikanku es krim, pokoknya dia baik sekali. Dan lagi ia juga tampan. Lebih tampan dari Jaejin,” cerita Daejun bangga saat makan malam bersama. Aku terbelalak melihat eomma dan appa yang serius mendengarkan cerita bocah kecil menyebalkan ini. Kenapa harus menyebut nama Jaejin sih?

“Ya! Daejun-ah! Apa tadi kau bilang? Lebih tampan dari Jaejin? Jangan bandingkan dia dengan seseorang yang baru kau kenal. Kau ini, bukankah tidak baik berbicara dengan orang asing? Eomma, appa, bukankah kami dilarang untuk terlalu mudah berbicara dengan orang yang belum dikenal? Kalau ia punya niat jahat bagaimana?” kataku kesal.

“Eomma dan appa tau siapa Jonghyun kok. Kami kenal orangtuanya. Tidak begitu dekat sih, tapi kami tau Jonghyun anak yang baik. Rumahnya kan dekat sekali dengan taman,” jawab eomma.

Daejun menjulurkan lidahnya.

“Puas?” tanyaku geram pada Daejun.

**


Jonghyun POV
            
Aissh, sudah jam segini. Aku harus buru-buru berangkat. Eomma dan appa sudah berangkat kerja dan noona sudah kembali ke Seoul karena ia kuliah di sana. Aduh, pakai kesiangan segala sih. Aku segera mengeluarkan motorku dan memacunya dengan kencang.

“Aaahhh,” teriak seorang yeoja yang sedang menyebrang jalan.

Karena terlalu kencang mengendarai motor, aku hampir menabrak yeoja itu. Ah, babo. Untung masih sempat nge-rem.

“Hei, kau bisa tidak untuk tidak ngebut?” marahnya.

“Daehyun,” kataku sambil membuka helm.

“Oh, jadi kau Lee Jong Hyun. Kau mau menabrakku, huh?”

“Mianhae, aku takut kesiangan ke sekolah. Jadi aku terburu-buru.”

Daehyun lalu membuang muka. Aku jadi merasa bersalah.

“Daehyun-a, aku antar kau ke sekolahmu saja ya. Sebagai permintaan minta maafku.”

“Tidak perlu. Lagipula kau kan mengejar waktu. Sudah, pergi saja sana,” ujarnya cuek.

Tiba-tiba sebuah motor datang menghampiri Daehyun. Pengendara motor itu menyerahkan helm kepada Daehyun, lalu Daehyun naik ke atas motornya. Aku segera melanjutkan perjalananku ke sekolah.

**


Daehyun POV
            
“Hei, kau Daejun. Sini,” aku menarik Daejun saat melihatnya sedang duduk di karpet, mengerjakan pr.

“Onnie, kenapa sih?”

“Aku masih belum selesai dengan urusan yang kemarin. Kau cerita apa, huh, tentang aku kepada Jonghyun?”

“Aku hanya bilang kepada oppa kalau sekarang kau tidak asyik lagi. Kau bahkan tidak punya waktu bermain denganku lagi. Makanya dia menawarkan diri untuk menjadi temanku. Besok ia akan membantu aku mengerjakan pr,” jawabnya sombong.

“Aku tidak peduli,” kataku lalu pergi meninggalkannya.



Jonghyun POV
            
Daehyun, aku masih merasa bersalah dengan kejadian tadi. Mian, aku hampir menabrakmu. Seandainya saja tadi aku lebih hati-hati. Mianhae, Daehyun. Tapi kenapa kau begitu membenciku? Kita sudah 2 kali bertemu namun sikapmu selalu seperti itu. Padahal, sejak Daejun menceritakan kekesalannya tentangmu saja, sudah membuatku penasaran terhadapmu. Bisakah kau memberi kesempatan aku untuk mengenalmu?

Ah, lagi-lagi aku teringat pria yang menjemput Daehyun. Siapa dia? Apa dia pacar Daehyun yang diceritakan Daejun kemarin? Aish, semakin tidak nyaman saja aku mengetahui dia sudah punya kekasih.

TOK TOK TOK!

“Wah, sudah kuduga. Pasti Jonghyun oppa,” seru Daejun saat membukakan pintu untukku saat aku ke rumahnya keesokan harinya.

“Mian, Oppa rada telat,” kataku.

“Gwaenchana. Ayo, Oppa. Masuklah,” ajak Daejun. “Sini, Oppa. Duduklah,” kata Daejun lagi.

“Annyeong, Daehyun,” sapaku saat melihat ia sedang membaca majalah di sofa panjang di sebelah sofa yang aku duduki.

Bukannya membalas sapaanku, ia malah menutup majalahnya dan meletakkannya di atas meja. Ia pun pergi.

“Oppa, biarkan saja dia. Jangan dipikirkan ya,” ujar Daejun.

“Gwaenchana. Hei, kau duduk di karpet ternyata. Kenapa tidak bilang? Oppa malah duduk di sofa,” jawabku sambil tertawa.

“Tidak apa-apa, Oppa. Duduk di atas saja.”

“Tidak, nanti susah ngajarinnya.”

Seseorang meletakkan 2 gelas air jeruk di meja. Ternyata Daehyun.

“Gomawo, Daehyun. Kenapa hanya 2?” tanyaku.

“Paboya, itu kan buatmu dan Daejun. Oh, tidak cukup satu gelas? Kalau mau kau bisa nambah lagi,” jawabnya sambil tertawa kecil.

Baru kulihat dia tertawa meskipun hanya sedikit. Aku ingin terus melihatnya seperti ini.

“Maksudku untukmu. Kau tidak mau ikut dengan kami? Kita bisa mengobrol sambil aku mengajari Daejun.”

“Ya! Kau ke sini untuk mengajari Daejun kan? Kenapa jadi mengobrol denganku? Tidak bisa, aku ingin tidur.” Ia lalu berlari ke lantai atas. Kudengar ia menutup pintu kamarnya.

“Ya sudah, Daejun. Ayo kita kerjakan lagi.”



Daehyun POV
            
Aku mengintip dari lantai atas. Memperhatikan Jonghyun yang begitu semangat mengajari adikku. Tampaknya mereka akrab sekali. Ah, tapi kenapa aku harus memikirkan mereka. Bukankah akhir-akhir ini mereka yang seringkali membuatku kesal?

Paginya, aku mencari-cari buku matematikaku tapi sulit untuk menemukannya. Ke mana ya? Aduh, sekarang aku harus pergi ke sekolah. Sebentar lagi Jaejin menjemputku. Bagaimana ini?

Ah, iya. Kemarin aku habis mengerjakannya di ruang tv. Aku pasti meninggalkannya di sana. Ah, ini dia. Aku memastikan semua nomor sudah kukerjakan. Loh, tapi kok ada yang beda ya? Perasaan kemarin 2 nomor jawabannya beda sama yang kemarin aku kerjakan.

Sebuah kertas kecil terjatuh keluar dari dalam buku tulis matematikaku. Apa ini?

Daehyun, mianhae kalau aku lancang. Aku menemukan buku ini di atas meja. Kupikir buku Daejun. Ternyata milikmu. Pada saat aku membukanya aku melihat tanggal terakhir dari pr-mu. Lalu aku berpikir kau pasti habis mengerjakan pr. Ada 2 soal yang kau ceroboh di akhir perhitungannya, sehingga jawabanmu jadi salah. Padahal, caranya sudah benar. Jadi, aku perbaiki. Mianhae sekali lagi. Tenang saja, aku menulisnya serapi mungkin kok. – Jonghyun 

Sejak hari di mana Jonghyun dan Daejun berkenalan, Jonghyun mulai sering datang ke rumah untuk mengajari Daejun dan juga bermain dengan Daejun. Aku semakin menemukan alasan mengapa aku jadi kesal dengan mereka. Aku sepertinya cemburu dengan kedekatan mereka. Cemburu karena Daejun lebih dekat dengan Jonghyun atau….? Ah, kalau itu ga mungkin. Masa iya aku ingin dekat dengan Jonghyun.



Jonghyun POV
            
“Nah, sekarang sudah selesai. Sepertinya oppa harus pulang,” kataku seusai mengajari Daejun.

“Oppa, kita tidak main dulu?” tanya Daejun murung.

“Mianhae, kali ini oppa tidak bisa. Oppa harus pulang,” jawabku tidak tega.

“Gwaenchana, yang penting oppa ke sini lagi,” kata Daejun tersenyum.

“Daejun, kakakmu ada di kamarnya?”

“Waeyo oppa?” tanya Daejun khawatir.

“Aku ingin bertemu dengannya sebentar.”

“Iya, dia ada di kamarnya.”

Aku naik ke atas. Aku langsung menemukan kamar Daehyun karena tidak jauh dari tangga dan pintunya terbuka. Kelihatannya ia ketiduran di atas ranjangnya karena posisi tidurnya miring di ujung tempat tidur. Melihatnya tertidur, aku tidak bisa menahan diri untuk membelai rambutnya.

“Daehyun, ini terakhir kalinya aku bertemu denganmu. Tapi kau belum mau bicara denganku juga. Aku rasa aku tidak bisa menemuimu dan Daejun lagi. Biar bagaimanapun, aku merasa kau terganggu dengan kedatanganku ke dalam kehidupanmu. Jadi aku memutuskan untuk tidak datang ke rumahmu lagi ataupun menemui adikmu. Mianhae, Daehyun. Terakhir Daehyun, sebelum aku pulang, aku ingin mengatakan ini. Saranghaeyo,” bisikku di telinga Daehyun.

Daehyun yang tertidur nyenyak mungkin karena lelah, tidak terbangun oleh bisikanku. Aku mencium dahinya dan itu membuatku tersenyum. Setidaknya ia tidak akan memarahiku soal ini karena ia tidak tahu aku melakukannya. Aku keluar dari kamarnya dan sekali lagi berpamitan pada Daejun yang tidak tahu bahwa aku tidak akan kembali datang ke rumahnya lagi.



Daehyun POV
            
Semenjak Jonghyun tidak pernah mengunjungi rumahku ataupun bertemu Daejun di taman, Daejun selalu murung. Tidak ceria seperti dulu lagi. Kupikir, inilah saat aku harus memperbaiki hubunganku dengan Daejun. Setiap sore, aku menemani dan membantu Daejun mengerjakan pr serta mengajaknya bermain selagi ada waktu. Lama-kelamaan, Daejun mulai kembali ceria. Kami pun akrab kembali.

Suatu hari Daejun berkata bahwa ia kangen pada Jonghyun. Aku pun berjanji pada diriku sendiri bahwa besok aku akan mencari Jonghyun. Aku tidak memberi tahu Daejun terlebih dahulu. Karena aku ingin memberinya kejutan. Setelah memberanikan diri menanyakan alamat Jonghyun pada eomma karena takut akan ditertawakan, aku pergi ke rumah Jonghyun.

TOK TOK TOK!!

Tidak ada orang.

Aku mengetuk pintu sekali lagi. Tidak ada yang menjawab.

“Kau cari siapa?” seorang ahjumma tetangga Jonghyun bertanya.

“Aku mencari Lee Jong Hyun. Tapi sepertinya tidak ada orang.”

“Oh, Jonghyun. Memang tidak ada orang di rumahnya. Orang tuanya sedang pergi kerja. Noonanya tidak tinggal di sini. Sejak Jonghyun dirawat di rumah sakit, jam segini rumah pasti kosong.”

“Rumah sakit?”

“Iya, dia kecelakan motor. Katanya sih balapan sama anak muda juga. Tumben banget Jonghyun kayak gitu. Dia kan anak baik.”

“Kalau boleh tahu, rumah sakitnya di mana ya?”

Ahjumma itu memberitahu rumah sakit tempat Jonghyun dirawat. Aku segera mencari taksi dan menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, aku langsung menanyakan kamar Jonghyun.

Aku berdiri di depan kamar Jonghyun. Aku mengetuk pintu lalu masuk. Tidak ada siapa-siapa kecuali Jonghyun yang sedang tidur. Aku duduk di sampingnya dan menggenggam tangan kanannya. Seketika itu juga jantungku berdegup kencang. Ah, ada apa ini?

Tak lama kemudian Jonghyun terbangun. Ia membuka matanya dan kaget saat melihatku ada di sampingnya.

“Daehyun-ah, kenapa kau ada di sini?” tanyanya.

“Aku di sini untuk menjengukmu,” jawabku.

“Kau tahu aku ada di sini?”

“Iya, tadi aku mencarimu ke rumahmu tapi tetanggamu bilang kau dirawat di rumah sakit. Kau kenapa sih harus balapan motor seperti itu? Pasti ada masalah kan?”

Jonghyun mengangguk. “Kau mengkhawatirkanku ya?” Dia tersenyum.

Apa? Mengkhawatirkan dia? Siapa yang mengkhawatirkan dia? Aku ke sini kan cuma demi Daejun.

“Daejun kangen sama kamu, sudah seminggu lebih kau tidak mengajaknya bermain ataupun membantunya mengerjakan pr,” kataku mengalihkan pembicaraan.

“Jangan beritahu dia dulu aku di sini. Nanti kalau aku sudah ke luar dari rumah sakit, aku akan datang ke rumah. Aku ingin memberinya kejutan.”

“Kejutan karena sudah lama tidak menemuinya dan tiba-tiba datang ke rumah?”

“Iya, tapi bukan hanya itu saja.”

“Lalu?”

“Nanti kau juga akan tau.”

Lalu, aku melihat mata Jonghyun memandang sesuatu tanpa berkedip sedikitpun. Aku jadi ingin tahu apa sih yang dia lihat daritadi.

Apa? Jadi sejak tadi tanganku menggenggam tangan Jonghyun?

Dengan cepat kulepaskan genggamanku. Aku malu sekali. Terlebih saat melihat Jonghyun senyum-senyum sendiri. Ah, ini tidak boleh terjadi.

Tiba-tiba, Jonghyun menyebut namaku.

“Choi Dae Hyun….”

Aku tidak menjawabnya. Namun, wajahnya semakin mendekat. Aku tidak tahu apa yang hendak ia lakukan. Aigoo, bibirnya semakin dekat saja dengan bibirku. Sebelum bibirnya berhasil menyentuh bibirku, aku langsung menjauhkan wajahku darinya. Dia tidak ingat apa kalau aku sudah punya pacar? Bukankah Daejun sudah pernah bercerita?

“Kau ini apa-apaan sih?” bentakku.

“Mianhae. Aku..,” jawabnya.

Aku langsung pergi meninggalkan Jonghyun yang memanggil-manggil namaku.



Jonghyun POV
           
“Kau ini apa-apaan sih?” bentak Daehyun.

“Mianhae. Aku..,” jawabku.

Dia beranjak dari kursi di samping tempat tidurku dan meninggalkanku.

“Daehyun, Daehyun,” panggilku.

Tapi ia tetap saja pergi tanpa berkata apa-apa.

Babo, kenapa aku sebodoh ini?



-TBC-
                

7 comments:

  1. yaa malu2 kucing tuh :O seru seru ! lanjutnyaa FFnya, jangan lama2 part 2 nya hhehehehe

    ReplyDelete
  2. yah, ada cowok ganteng malah dicuekin. gantengan mana sih jaejin sama jonghyun? #PLAK
    *belum pernah liat jaejin*

    lanjuuuut

    ReplyDelete
  3. DaeHyun sok jual mahal nih #plak XD
    masa' cowok seganteng JongHyun oppa di cuekin gitu aja? ahahaha
    pengen deh jadi Dae Jun yg bisa deket ma JongHyun oppa kkkk~

    nice FF b^^d
    ditunggu part 2 nya ya :)

    ReplyDelete
  4. itu daehyun nya mirip aku sama adek -_-" /gakadayangnanya

    lanjut eonn >,<

    mpeb eonni: beda kadarnya eon, kalo Jonghyun ganteng, kalo jaejin imuttt >O< <-- labil
    tapi menurutku sih :D *mian malah ngejawab xD

    ReplyDelete
  5. JongHyun .. kalo daeHyun gak mau sini sama eon aja dech ... #plak di tampol boice

    lanjutannya jangan lama2 yak

    ReplyDelete
  6. lucu, ringan, menghibur bgt xixixi...

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'