Sunday, January 9, 2011

One Saturday Night at the Bus Station

Author  : Amarya Ririe (@amaryaririe)

Rating   : Teenager (T)

Genre   : Cinta, Pertemanan

Pemeran Utama:            
-          Kim Chae Ra/aku (reader)
-          Lee Jong Hyun (CNBLUE)
-          Kang Min Hyuk (CNBLUE)

Pemeran Pembantu:
-          Kwon Da Eun (fiktif)
-          Lee Hyo Ri (fiktif)
-          Choi Eun Jae (fiktif)
-          Lee Jun Ji (fiktif)
-          Kim Ryong Guk (fiktif)

Note: Mian ya, kalo merasa fanfic nya kurang seru. Dimohon untuk kasih masukan. Hehe :D



Jam 5 sore dan sepertinya sekolah sudah sangat sepi. Aku keluar dari ruang tim majalah sekolah setelah menyelesaikan pengeditan beberapa halaman sendirian. Teman-teman satu tim atau lebih tepatnya teman-teman gengku (tim majalah ini dibuat oleh 'geng' ku) sudah pulang. Setelah mengunci pintu ruang yang disebut Fabulous Magz Room oleh si ketua geng, Da Eun, aku beranjak ke luar gedung sekolah. Benar, sepertinya sudah tidak ada orang lagi.
“Chae Ra. Belum pulang?"
"Heh?" Aku menoleh ke belakang dan menemukan ahjussi penjaga sekolah.
"Oh, Ahjussi. Iya, ini baru mau pulang. Oh ya, Ahjussi. Sekolah sudah benar-benar tidak ada murid lagi?" tanyaku.
"Hanya kau dan Lee Jong Hyun yang masih di sekolah. Dia sedang berlatih Judo." jawab Gun Mo ahjussi.
"Oh, annyeong, Ahjussi."
"Annyeong. Hati-hati di jalan."                 

                Aku berjalan ke luar gedung SMA ini melewati ruang latihan Judo. Benar, Lee Jong Hyun ada di dalam.
                "Annyeong," sapaku sambil memasuki ruangan. Dia hanya diam, menatap dengan dingin.
                "Annyeong," sapaku lagi sambil melambaikan tangan.
                "Kenapa? Rupanya teman-temanmu sudah pulang ya?" tanyanya dengan sinis.
Ah, sikap Jong Hyun membuatku berpikir. Sebenarnya aku tidak pernah secara langsung mendefinisikan diriku sebagai anggota gengnya Da Eun. Meskipun begitu, murid-murid yg lain tetap saja memandang aku sebagai bagian dari mereka. Di tahun pertama SMA, Da Eun, Eun Jae, Hyo Ri, dan aku memang sangat dekat tp kemudian Da Eun mendominasi hingga membuat sebuah geng yg terkesan 'eksklusif'. Sudah pasti, Jong Hyun yg adlh salah satu teman sekelas kami sudah muak dengan segala tingkah laku geng kami.
"Ya! Kenapa tidak jawab? Lagian untuk apa kau ke sini?" Suara Jong Hyun menganggetkanku.
"Hmm, aku tadi hanya lewat dan melihat kau masih di sini. Rupanya kau belajar Judo juga ya?" Aku balik bertanya, sedikit penasaran.
"Aku belajar Judo atau tidak, yang jelas itu bukan urusanmu. Aku mau pulang," jawabnya kasar sambil berjalan ke arah pintu.
"Ya! Jong Hyun, mungkin nanti aku bisa mewawancaraimu soal Judo untuk majalah sekolah," aku berusaha tetap ramah.
"Wawancara? Jangan harap aku tertarik untuk dimuat di artikel majalah kalian!" bentaknya.
                Aku berjalan kaki ke halte lalu naik bis ke rumah. Sikap Jong Hyun tadi masih terlintas di benakku. Selama ini aku tidak terlalu sadar bagaimana perasaan anak-anak lain terhadap aku dan teman-temanku. Padahal belum beberapa lama Da Eun mengubah image persahabatan yang wajar menjadi sebuah geng yg tidak disenangi anak-anak lain.
"Tin tin." Terdengar suara klakson motor dari belakang.
"Hey, ke mana saja kamu? Di telpon tidak juga diangkat?!"
Ckck, Min Hyuk rupanya.
"Ayo cepat naik," serunya.
"Tidak usah, aku ingin jalan kaki saja," jawabku.
"Kau dengar tidak? Ayo naik." Min Hyuk mulai marah.
Entahlah, aku sedang tidak ingin berdebat. Aku mengambil helm darinya dan naik ke atas motor.
"Kau tau aku belum pulang dari siapa?" tanyaku.
"Da Eun. Aku bertanya padanya kau ada di mana." Rasa kesal Min Hyuk mulai surut.
"Oh," aku menanggapi dengan singkat. Aku melingkarkan tanganku ke pinggangnya.
"Sebelum aku mengantarmu pulang, kita makan dulu yuk," ajak Min Hyuk.
"Boleh." Aku tersenyum.
                Aku dan Min Hyuk memasuki sebuah resto. Kami duduk dan memesan makanan.
               
                "Oh ya, besok aku jemput ke rumah ya. Udah lama kita ga berangkat ke sekolah bareng," kata Min Hyuk.
Aku baru sadar kalau aku sudah lama tidak berangkat sekolah bersamanya. Sejak awal bulan lalu, aku mulai merasa aneh dengan perasaanku terhadap Min Hyuk. Sepertinya aku sudah terlalu pasif dalam hubungan ini.

                Min Hyuk lalu pergi ke toilet. Aku memandang ke sekeliling resto dan pandanganku berhenti pada satu meja di mana ada 5 orang anak laki-laki yang duduk di situ. Salah satunya sangat familiar... Jong Hyun. Tapi aku yakin yang bersama dia bukan murid-murid di sekolah kami. Merasa diperhatikan, Jong Hyun melihat ke arahku. Aku memalingkan wajahku, pura-pura tidak melihat. Tapi tiba-tiba dia berseru, "Rupanya seorang Kim Chae Ra bisa jg pergi tanpa teman-temanya," dengan tawa mengejek. Teman-temannya tidak berkomentar, hanya tertawa kecil. Sesaat kemudian Min Hyuk datang, Jong Hyun yang tadi tertawa langsung terdiam. Dia kelihatan kaget karena Min Hyuk ada di sini.
                "Min Hyuk, kita pulang yuk," kataku pada Min Hyuk.
                "Oke. Tapi kamu gak apa-apa kan?" tanya Min Hyuk.
                Aku menggeleng.

                "Chae Ra! Kemarin Min Hyuk jadi menjemputmu?" Da Eun datang dan menaruh tas nya di bangkunya. Dia duduk tepat di depanku. Sedangkan Eun Jae di sebelah kiri Da Eun dan Hyo Ri duduk di sebelah kiriku.
                "Iya, dia juga mengajakku makan," jawabku.
                "Tadi Chae Ra pergi sekolah dijemput Min Hyuk juga lho," cerita Eun Jae pada Da Eun. Hyo Ri tertawa kecil.
                "Ehem.. Ga sia-sia kan aku nyomblangin supaya kamu jadian sama dia. Hehe," kata Da Eun bangga.

Saat pelajaran dimulai...
                "Hyo Ri, siapa sih yang duduk di belakangmu? Kok kosong bangkunya?" tanya Da Eun.
                "Oh, Lee Jong Hyun. Belum datang kali," jawab Hyo Ri.
Sesaat kemudian, terdengar pintu kelas diketok dan Jong Hyun masuk. Setelah meminta maaf kepada sonsaengnim, ia berjalan ke tempat duduknya.
                "Ckck, katanya ga suka tidur lama-lama, tapi telat." Aku mendengar Da Eun berbicara pelan dengan nada sinis. Untunglah tidak terdengar oleh Jong Hyun.

                Bel tanda istirahat berbunyi. Min Hyuk tiba-tiba muncul di depan pintu kelas bersama gengnya (Jun Ji dan Ryong Guk), lalu masuk ke dalam kelasku.
                "Eh, kau pindah sana," usir Min Hyuk pada Jong Hyun.
                "Iya, Min Hyuk kan mau duduk di sini, biar deket sama ceweknya," Jun Ji menimpali.
                "Min Hyuk bisa duduk di sini kok." Hyo Ri menawarkan bangkunya.
                "Tidak usah, Hyo Ri duduk saja," jawab Min Hyuk.
                Dengan terpaksa dan aku yakin Jong Hyun kesal sekali, dia beranjak dan keluar dari kelas. Aku jadi tidak enak.
                Selama diantar pulang oleh Min Hyuk dengan motornya, aku hanya diam saja. Sedang tidak mood berbicara dengan Min Hyuk. Sebenarnya sih bukan sekali dua kali dia bersikap seenaknya pada anak laki-laki yang lain tapi entah mengapa sikapnya tadi pada Jong Hyun membuatku kesal.
                "Chae Ra, besok kita kencan ya. Besok kan satnite. Aku jemput jam 7 ya. Kita makan di tempat biasa sekalian liat live music nya," ajak Min Hyuk saat sampai di depan rumahku.
                "Hmm, boleh. Kita ketemu di halte bus depan aja yah. Jadi kau ga usah masuk ke sini," jawabku.
                "Oke, aku pulang dulu yah," pamit Min Hyuk.

                Jam setengah 7 dan aku sudah siap. Aku berjalan ke halte bus dekat rumah dan menunggu Min Hyuk.
                Jam 7, dia belum kelihatan juga. Aku tunggu sampai jam 8, dia tak kunjung datang. Perutku sudah mulai lapar, dan aku memutuskan untuk berjalan sedikit ke warung kimchi dekat sini.

                Lumayan, aku kenyang juga. Setidaknya bisa mengisi perutku yang tadi kosong. Aku berjalan pulang. Rasanya aku tidak perlu menunggu Min Hyuk lagi. Dia pasti tidak akan datang. Ini bukan yang pertama kalinya dia ingkar janji.

                Sialnya saat melewati halte, hujan sangat deras mengguyur daerah ini. Aku harus berteduh di halte. Sendirian dan kedinginan. Aku tidak membawa jaket ataupun payung. Aku tidak menyangka akan hujan sederas ini.  Sesaat kemudian, seorang laki-laki memarkir motornya lalu berteduh di halte. Dia duduk di sampingku lalu membuka tudung jaketnya dan aku langsung mengenali sosok itu.
                "Chae Ra?" Sosok itu mengenaliku juga. Anehnya, dia tidak bersikap seperti yang kemarin. Apakah karena dia kasihan melihatku terjebak hujan seperti ini?
                "Jong Hyun?" Aku memastikan.
                "Apa yang kau lakukan di sini? Di tengah hujan deras?" tanyanya.
                "Aku.." Aku tidak tahu apakah aku akan mengatakan sebenarnya. Tapi sosok Jong Hyun yang duduk di samping kananku sekarang adalah sosok yang hangat.
                "Katakan saja. Tapi kalau kau tidak mau mengatakannya, tidak masalah." Dia tersenyum.
                "Aku menunggu Min Hyuk sejak jam 7 tapi dia tak kunjung datang," jawabku.
                "Mwo? Teganya dia membuat kekasihnya menunggu." Jong Hyun terlihat sedikit kesal.
Aku mulai kedinginan. Jong Hyun melepaskan jaketnya yang tebal dan menyerahkannya padaku. Untunglah dia masih mengenakan jaket yang meskipun tidak setebal yang diberikan padaku tapi setidaknya aku tidak membiarkannya kedinginan.
                "Sebenarnya aku sedang tidak ingin pergi bersama dia. Tapi, aku tidak tega kalau menolaknya."
                "Jujur, kau mencintainya?" tanya Jong Hyun.
                "Entahlah. Akhir-akhir ini aku berpikir semua hanya karena Da Eun. Mungkin karena aku sering dibuatnya berpergian dengan Min Hyuk, aku jadi merasa nyaman. Tapi aku baru sadar rasa nyaman yang kurasakan itu bukanlah cinta," jawabku.
Suasana hening beberapa saat.
                "Mian."
                "Kenapa kau berkata seperti itu?" tanyaku.
                "Mian untuk sikapku di ruang latihan Judo dan di resto itu. Masih ingat kan?" "Gak masalah," jawabku.
                "Sebenarnya aku tidak bermaksud untuk bersikap seperti itu. Aku berpikir kau sama saja. Ternyata kau baik. Tapi sayangnya dikelilingi orang seperti Da Eun dan sedikit egois seperti Min Hyuk," kata Jong Hyun bersimpati.
                Aku tertawa kecil.
                "Apa menurutmu aku ini seorang lemah?" tanyaku pada Jong Hyun.
                "Mengapa kau berpikir seperti itu?"
                "Yah, kau lihat. Aku tidak bisa bersikap tegas terhadap sikap Da Eun dan tidak bisa memutuskan apapun tentang kelanjutan hubunganku dengan Min Hyuk." Aku menjelaskan padanya.
                "Tidak, sama sekali tidak. Tentang Da Eun, biar bagaimana pun kau dan dia memulai persahabatan yang sangat baik dan tulus bukan? Soal Min Hyuk, mungkin itu karena kau masih merasa bimbang keputusan apa yang harus kau ambil terhadap kelanjutan hubungan kalian."
                "Ya, kurasa kau benar," jawabku.

Hujan tak kunjung reda. Aku mulai mengantuk.
                "Sandarkan saja kepalamu di pundakku. Kau kelihatan mengantuk." Jong Hyun menyadarinya dan aku merasa sedikit malu. Tapi apa boleh buat, aku mengantuk sekali dan akhirnya aku meletakkan kepalaku di pundaknya.
               
                Aku terbangun. Aku langsung melihat arlojiku. Jam 12 malam?
                "Hujannya sudah reda, aku antar pulang yah," kata Jong Hyun saat melihat aku terbangun.

                "Rupanya rumahmu tidak jauh dari halte tadi," kata Jong Hyun, sesampainya di depan rumahku.
                "Jong Hyun oppa.."
                "Oppa?" Jong Hyun kelihatan kaget.
                "Ya, kau lebih tua setahun dariku kan?"
                "Iya, saat aku kembali ke sini dari Jepang, aku harus turun kelas. Hehe. Tapi aku senang kalau kau memanggilku 'oppa'," jawabnya.
                "Gomawo, Jong Hyun oppa."
                "Cheonmanhaeyo, aku pulang dulu ya," pamit Jong Hyun.

Keesokan harinya, Minggu sore, Min Hyuk akhirnya menelpon.
                "Chae Ra..."
                "Min Hyuk, kau ini benar-benar menyebalkan ya."
                "Mian, Chae Ra. Aku pergi bermain billiard dengan Jun Ji dan Ryong Guk. Aku jadi lupa kalau aku sudah janji. Aku baru ingat setelah setengah 9."
                "Kau tahu, jam segitu aku masih di halte," jawabku kesal.
                "Mian, Chae Ra. Aku mohon, jangan marah.
                "Mwo? Kau pikir aku tidak pantas untuk marah? Ini bukan yang pertama kalinya kau bersikap egois, Min Hyuk. Kau pikir aku ini apa? Hanya dibutuhkan saat kau sedang malas berpergian dengan teman-temanmu?"
                "Ya! Chae Ra, aku kan sudah minta maaf."
                "Min Hyuk, kurasa sudah cukup. Aku ingin mengakhiri semuanya. Akhir-akhir ini aku menemukan diriku tidak sepenuhnya eksis dalam hubungan kita. Sikapmu juga sudah tidak bisa dimaklumi lagi."
                "Chae Ra, kau ini bicara apa?"
                "Aku ingin kita putus. Dan, tolong jangan bicara apa-apa pada Da Eun," pintaku.
                "Mwo? Putus?" Min Hyuk sedikit berteriak.
                "Iya." Aku menutup telpon.

Berkali-kali Min Hyuk mencoba menghubungi, tapi aku tidak mau mengangkatnya.

                Tidak ada satupun di antara yang tahu aku bertemu Jong Hyun pada sabtu malam di halte itu kecuali Hyo Ri. Dialah yang paling mengerti diriku di banding yang lain.
                "Chae Ra, bagaimanapun caranya kita harus menyembunyikan soal pertemuanmu yang tidak disengaja bersama Jong Hyun. Kalau tidak, mereka akan menyangka yang tidak-tidak," saran Hyo Ri.
                "Baiklah," aku menanggapi.

                Hari ini, aku pulang sendiri. Hyo Ri dijemput oleh onnie-nya karena ada urusan keluarga. Aku berjalan kaki ke arah halte.
                "Kim Chae Ra?" Seseorang menghampiriku dengan motornya. Dia membuka helm yang menutup wajahnya.
                "Hehe, Jong Hyun oppa."
                "Ayo naik. Aku antar kau pulang," tawarnya.
                "Oh, tidak apa-apa nih?" tanyaku.
                "Tidak, kok," jawabnya.
                Jong Hyun hendak memacu motornya tapi kemudian dicegat oleh sebuah motor yang pengendaranya sangat familiar.
                "Oh, jadi karena dia kau memutuskanku?" Min Hyuk turun dari motornya.
                "Apa-apaan kau ini? Dia tidak ada hubungannya dengan keputusanku. Jadi kau jangan ganggu aku. Ayo, Jong Hyun, kita pergi."

                "Oppa, kita mau ke mana? Kenapa ke arah sini?" tanyaku.
"Aku ingin makan es krim sambil duduk-duduk di taman. Kau mau ikut kan? Ayolah, tamannya cocok untuk suasana hatimu yang sedang buruk."

                Aku duduk di kursi taman menunggu Jong Hyun yang sedang memesan es krim. Benar apa yang dikatakan Jong Hyun, taman ini membuat hatiku sedikit tenang.
                "Ini es krim nya." Jong Hyun datang dan memberi es krim kepadaku.
                "Gomawo, Oppa," kataku.
                "Jadi, apa yang dikatakan Min Hyuk benar?" Tiba-tiba Jong Hyun bertanya.
                "Heh?"
                "Tadi dia bilang kau sudah putus dengannya."
                "Ya, Oppa."
                Semoga saja dia lupa pertanyaan Min Hyuk yang diikuti dengan apakah karena Jong Hyun aku memutuskannya. Sebenarnya, sudah agak lama aku memang ingin mengakhiri hubungan itu. Tapi tidak dapat dipungkiri sejak kejadian sabtu malam di halte itu, aku tidak bisa berhenti memikirkan Jong Hyun terutama senyumnya dan cara ia menatapku.
                "Tapi, apa benar itu karena aku?" tanya Jong Hyun, tampaknya ia sedang tidak bermaksud untuk bercanda dengan pertanyaan itu.
                "Tentu saja tidak," jawabku.
                "Ohh, meskipun begitu aku berharap itu benar."
                Melihat wajahku yang kebingungan, Jong Hyun tertawa kecil dan meneruskan kalimatnya.
                "Kau tahu, dulu waktu kelas 10, aku dan Min Hyuk satu kelas. Aku sama sekali tidak dekat dengan dia. Tapi suatu hari, dia melihatku sedang memperhatikanmu dan aku bertanya pada salah satu temanku siapa namamu dan ia juga mendengar saat temanku menceritakan sedikit tentangmu. Dia memintaku untuk menjauhimu. Tak lama setelah itu, kau berpacaran dengan Min Hyuk. Saat itu aku sadar, jika aku mendekatimu, aku hanya akan membuatmu terlibat masalah dengan Da Eun dan juga Min Hyuk. Jadi aku diam saja. Kupikir waktu itu aku hanya ingin berkenalan denganmu, jadi tidak masalah dan yah biasa saja. Tapi saat kau mendatangiku di ruang latihan Judo, di situlah pertama kali aku jatuh cinta padamu. Sejak saat itu, aku selalu berharap kau mau mengakhiri hubunganmu dengan Min Hyuk," cerita Jong Hyun.
                "Tapi aku juga tidak bisa berhenti memikirkanmu sejak kita bertemu di halte." Aku menanggapi ceritanya.
                "Apa ini terkesan buru-buru kalau kita berpacaran sekarang?" Pertanyaan Jong Hyun membuat sedikit kaget. Wah, to the point sekali dia.
                "Aku rasa iya, tapi aku ingin mencobanya. Tapi sebaiknya kita rahasiakan ini semua. Aku butuh waktu untuk menjelaskan apa yang terjadi antara aku dan Min Hyuk dulu kepada Da Eun." Aku menanggapi. Jong Hyun tersenyum lalu mengecup dahiku.

                "Hmm, ada apa nih nyuruh aku datang pagi-pagi? Keliatannya senang banget ada mau diceritain," kata Hyo Ri saat aku masuk ke kelas.Aku meletakkan tasku di atas meja lalu duduk.
                "Ayo dong cerita. Daripada ntar Eun Jae sama Da Eun udah dateng," kata Hyo Ri penasaran.
Aku mulai bercerita tentang apa yang terjadi kemarin setelah pulang sekolah.
                "Ya ampun, kenapa ga dari dulu ya? Ckck, aku lebih suka kamu sama Jong Hyun. Haha, ciee. Tapi kita sembunyiin dulu dari Eun Jae dan Da Eun, bahaya kalau mereka tau. Tenang Chae Ra, I'm on your side."
                "Aku dan Jong Hyun sudah bersepakat berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Ngomong-ngomong, gomawo, Hyo Ri." Aku memeluknya. Dia tertawa kecil.
                "Chukhae ya," jawabnya sambil menepuk punggungku.
                Da Eun dan Eun Jae datang. Mereka tidak sekalipun menyapa dan langsung duduk di bangku masing-masing. Aku menoleh ke arah Hyo Ri, Hyo Ri memutar bola matanya. Tak lama Jong Hyun pun datang, saat melewati Hyo Ri dan aku, dia tersenyum lalu duduk di bangkunya. Tiba-tiba dia mencolek lenganku dan menyerahkan selembar kertas kepadaku.
                "Nanti kita pulang bareng yah.
                Saranghae"
                Aku tersenyum, lalu menoleh ke arahnya dan mengangguk.

                Bel istirahat berbunyi, aku hendak beranjak dari tempat dudukku untuk pergi ke kantin. Begitu juga, Hyo Ri. Tapi sebelum kami berdiri, tiba-tiba Da Eun berdiri, memutar badannya ke belakang menghadapku dan memukul mejaku. Aku dan Hyo Ri kaget. Jong Hyun pun masih ada di tempat duduknya. Anak-anak yang tadinya hendak keluar kelas jadi tinggal untuk melihat apa yang terjadi.

                "Ya! Chae Ra! Maksud kamu apa? Heh? Tanpa memberitahuku ternyata kau begitu saja memutuskan Min Hyuk. Oh, rupanya kau selingkuh dengan dia ya?" Da Eun menunjuk Jong Hyun.
Melihat aku yang diam saja, Da Eun meneruskan kata-katanya.
                "Hei kau Lee Jong Hyun, kau pikir kau siapa bisa-bisanya jadi orang ketiga dalam hubungan orang?!"
                Hanya dalam hitungan detik Min Hyuk datang. Hah, makin keruh saja keadaan ini, pikirku. Sebelum aku membiarkan Min Hyuk mulai berbicara apa-apa dan semakin memperburuk situasi, aku memutuskan untuk berbicara. Tapi Hyo Ri sudah berdiri dan hendak berbicara. Aku mengisyaratkan Hyo Ri dengan tanganku agar dia tidak usah berbicara, biar aku saja. Aku berdiri dan mulai berbicara.
                "Da Eun kau tau, kau itu egois. Bagaimana bisa kau mengubah image persahabatan kita yang murni menjadi sebuah geng yang di bawah dominasimu. Soal Min Hyuk, kau memang orang yang semula mendekatkan aku dengan dia. Tapi itu hakku kalau aku ingin putus dengan dia. Yang terakhir, aku tidak bisa menerima kalau kau menghina Jong Hyun sebagai orang ketiga. Kau tidak tahu kan bahwa Min Hyuk sering tidak menepati janjinya? Bahkan kalau sudah bersenang-senang dengan teman-temannya dia sering lupa padaku? Memang aku ini apa? Hanya dicari saat dibutuhkan? Aku rasa sudah cukup. Oh ya, kalau kau mau tau, aku sudah berpacaran dengan Jong Hyun. Aku mencintainya. Tapi aku sangat menyayangkan sikapmu yang kasar tadi. Jadi mulai sekarang aku keluar dari gengmu!" jawabku tegas.
               
                Aku berlari ke luar kelas dan menangis. Saat melewati pintu kelas, Min Hyuk menarik tanganku. Aku menepis tangannya dan terus berlari ke balkon sekolah. Aku menangis di situ.  Sesaat kemudian, aku melihat Jong Hyun berlari menghampiriku. Aku tidak tau bahwa ia mengikutiku. Dia langsung memelukku.

                Setelah aku berhenti menangis, Jong Hyun melepaskan pelukannya dan bertanya apakah aku sudah merasa lebih baik. Aku mengangguk. Dia menghapus sisa air mata di wajahku.

                Hyo Ri datang. Tampaknya dia merasa lega setelah menemukanku.
"Chae Ra, Da Eun ingin bicara denganmu. Tenanglah, aku sudah membuatnya sadar," kata Hyo Ri.

                Aku masuk kelas bersama Jong Hyun dan Hyo Ri. Harusnya sekarang pelajaran Art tapi Hyo Ri mengatakan bahwa sonsaengnim tidak bisa datang dan hanya memberi tugas. Melihat aku datang Da Eun langsung memelukku dan meminta maaf.
                "Jong Hyun, selamat ya. Kalian berdua memang cocok," akhirnya Da Eun mengaku.

                Jong Hyun mengantarku pulang. Di perjalanan aku berkata,
                "Oppa, ingat kan waktu di ruang latihan Judo aku memintamu agar bisa diwawncarai soal Judo suatu saat untuk majalah kami? Hehe."
                "Iya, aku masih ingat. Tapi sebelumnya kau harus membayarku dulu."
                "Bayar?"
                "Iya, besok aku ada kompetisi Judo dan aku harap kau mau menemaniku," jawabnya.
                "Beres, Bos," ucapku.
                Aku merasa bahagia hari ini. Bagaimanapun aku senang setidaknya aku bisa mengembalikan persahabatanku dan menemukan cintaku, Jong Hyun.

                "Gomawo, Oppa, udah nganterin aku pulang."
                "Cheonmanhaeyo, Chae Ra, aku pulang dulu ya," jawab Jong Hyun lalu mencium pipiku.
                "Iya, hati-hati, Oppa," ucapku sambil melambaikan tangan.

                Aku teringat akan pertemuanku dengan Jong Hyundi halte bis Sabtu malam itu dan merasa beruntung bisa bertemu dengannya meskipun di saat yang tidak tepat.

                "Saranghae Lee Jong Hyun oppa," kataku dalam hati.

8 comments:

  1. minhyuk kesannya berandalan ya?
    ah minhyukku..
    bagus chingu :))

    ReplyDelete
  2. ceritanya ringan, enak bacanya hehehe.
    wah minhyuk kesannya bad boy ya hehehe.

    ReplyDelete
  3. setuju, gak terlalu bertele-tele hihi
    semoga minhyuk cepat sadar deh (?)

    ReplyDelete
  4. endingnya,, MinHyuk sadar trus pacaran sama aku deh,,,
    kekekeke

    ReplyDelete
  5. alurnya lancar .. jd rileks bacanya

    btw JongHyun judonya sudah sabuk apa ya ? .. *inget jaman muda aaiiihh*

    ReplyDelete
  6. @ Nge TeH AngeT: sabuk hitam. kalo gak salah aku pernah baca di mana gitu katanya sabuk hitam.

    ReplyDelete
  7. uwaaa...aku baru baca,, aduh..ini FF bikin mesam mesem...*pengalaman...nyaris sama kayak ceritaku dulu..ahahahhaa sayanganya cowoknya bukan Minhyuk and Jonghyun...=,=a....rilex dah bacanya..Dugeun2...hhaahaha..baca FF sebelom bobok..

    ReplyDelete
  8. Jonghyun ternyata bs romantis jg ya >,<
    asiknya yg jd Chae Ra,punya mantan sm cowo pada ganteng2

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'