Friday, January 7, 2011

Lonely Flower (part1)

Autor: happyhanna (@sarahhannamoran)
Rating: Teenagers
Genre: Romance
Pemeran: Kang Min Hyuk (CNBLUE)
               Park Han Young (Reader)
Pemeran Pembantu: Kim Jong Woon aka Yesung (Super Junior)
Pernah diposting di: Facebook (Sarah Hanna Moran)
Note: ini ff pertama saya yang dipost di blog ini, semoga tertarik dan suka ceritanya. kalo udah dibaca silahkan dikomen ya ^^. well, selamat membaca ^^//


   I love you. Like the way who you are……
   I love you….but I can’t choose you to be mine….
   Because the time said we are shouldn’t be….
   We are shouldn’t be …….
   Because the time will stop for me……
  Just go, the time never let us to be

  Hidup itu seperti bunga, segar dan indah, tapi
  Kita akan layu dan mati…..


“selamat pagi?” seseorang muncul dari balik pintu ruanganku, setengah wajahnya tertutup rangkaian bunga besar yang ia bawa, aku tebak itu bunga carnation . Aku meletakan buku yang sedang aku baca.
  “kiriman bunga lagi?” tanyaku sambil memerhatikannya meletakan rangkaian bunga itu dimeja disamping tempat tidurku.
  “apa anda suka rangkaian bunga ini?” tanyanya ramah. Aku memerhatikan rangkaian bunga indah yang berdominan warna merah dan kuning itu.
  “ya, aku suka” kataku sambil mengangguk “dia mengirimkannya lagi?” Tanya ku pelan
  “tuan jong woon meminta toko bunga tempat ku bekerja untuk mengirimkan rangkaian bunga ketempat ini setiap hari, selama anda di rawat disini” jelasnya
  “begitu ya, begini caranya dia menunjukan perhatiannya” kataku sambil menghela nafas, dan melihat 3 rangkaian bunga lain yang sudah dikirimkan 3 hari berturut-turut, rangkaian bunga yang sekarang tertata rapi didekat jendela. Lalu aku sadar pengantar bunga itu sedang memerhatikanku yang hanya diam. Lalu ia sadar aku memerhatikannya juga.
  “ah nona, tugasku sudah selesai, aku mohon pamit. Permisi” katanya sambil membalik.
  “ah minhyuk ssi” panggilku sesaat setelah membaca name tag yang terpasang di bajunya. Ia pun berbalik.
  “aku belum memberimu tip” kataku pelan. Ia hanya tersenyum tipis.
  “tidak usah nona, tuan jong woon sudah memberikan lebih dari yang seharusnya aku terima” katanya lagi
  “tunggu, itukan dari jong woon, ini dariku. Tunggulah sebentar” kataku sambil mengambil dompetku di laci sebelah tempat tidurku. Tapi tiba-tiba terlintas dikepalaku sebuah ide. Rasanya aku tidak ingin memberinya tip dalam bentuk uang, aku ingin memberi tip dengan cara lain.
  “hmm apa kau keberatan kalau aku membayar tip mu dengan cara mentraktir?” tanyaku
  “traktir?”
  “iya, itupun kalau kau mau dan punya waktu, kebetulan aku ingin minum mocca hangat, tapi tidak ada yang membantuku ke café rumah sakit. Kau mau ya? Tidak lama kok” aku mencoba membujuknya


***
  aku mendorong kursi rodanya dengan pelan, sebenarnya ia bisa berjalan, tapi karena ia masih lemas jadi ia menggunakan kursi roda., ia bersenandung riang sambil menggerakan kepalnya mengikuti irama lagu yang ia nyanyikan, tampaknya ia sedang senang.
  Sekarang aku sudah duduk dihadapannya.
  “kau mau pesan apa? Pesan saja apapun yang kau mau” ia menawarkan dengan senyum ramah, tapi wajahnya sedikit pucat.
  “kau sendiri mau pesan apa?” tanyaku
  “aku mau mocca hangat saja, udara akhir-akhir ini sangat dingin” katanya sambil melihat kearah jendela disebrang kami. Salju tipis turun perlahan.
  “baiklah, aku juga memesan mocca hangat juga” kataku sambil memerhatikan suasana kafe rumah sakit yang mulai dihiasi dengan hiasan natal. Setelah ia memesan minuman untuk kami, ia menghela nafas panjang. Aku hanya diam memerhatikan.
  “sudah mau natal lagi ya?” ucapnya pelan.
  “apa mungkin aku merasakan natal tahun ini?” ucapnya lagi sambil tersenyum tipis. Wajahnya terlihat lebih pucat. Suasana hening.
  “minhyuk ah, apa yang kau pikirkan?” tanyanya mengagetkan lamunanku
  “oh bukan apa-apa. Hmm ngomong-ngomong apa aku boleh tau namamu?” tanyaku ragu-ragu
  “oh iya, aku belum memperkenalkan nama ya. Aku park han young, kau boleh memanggilku han young saja” jawabnya ramah. Pesanan kamipun tiba. Ia memegang cangkirnya dengan kedua tangannya, lalu menghirup aroma mocca yang terbawa asap-asap yang masih mengepul dari cangkirnya. Ia meniupnya pelan lalu mulai meneguknya.
  “hmm rasanya hangat sekali” wajahnya cerah, tidak pucat lagi. Tiba-tiba saja rasanya hatiku juga hangat saat melihat senyumnya
  “maaf ya aku mengajakmu menemaniku seperti ini, habis aku bosan dikamar terus, sekali-kali aku butuh udara segar walau hanya dicafe rumah sakit”
  ia tersenyum lebar, dan tanpa aku sadari aku juga tersenyum.
  “aku cerewet ya? Maaf ya, soalnya aku tidak punya teman cerita”
  “ah tidak apa, berbicaralah apapun yang mau kau ceritakan, aku akan mendengarkan” kataku lalu menyeruput mocca ku. Ia pun meminum moccanya.
  Ia tertunduk, dan terbatuk.
  “gwencana?” tanyaku, aku pikir ia tersedak
  “ne, gwencana” katanya, lalu ia menegakkan kepalanya. Darah segar mengalir dari hidungnya, semakin lama semakin banyak.
  “ah hidungmu” kataku sambil mengambil tissue, tapi sebelum tissue itu sampai ditangannya ia terbatuk lagi, kali ini darah keluar jauh lebih banyak, tapi bukan hanya dari hidungnya tapi juga dari mulutnya. Ia muntah darah.

***

  Aku sudah diruangan ku lagi? Sejak kapan? Rasanya hangatnya mocca itu masih terasa ditenggorokanku.
  Piip piip piip
  Suara itu terdengar lagi, bukankah 4 hari yang lalu suara itu sudah tidak ada diruanganku, kenapa suara mesin yang tidak aku tahu namanya itu ada lagi.
  “ah han younh ah~ kau sudah sadar?” terdengar suara ibuku, aku yakin ia sangat cemas.
Lalu seseorang memegang tanganku halus.
  “eomma…appa…” aku mendengar sendiri suaraku yang serak. Lalu seseorang mengelus kepalaku pelan, itu pasti ibuku. Aku membuka mataku.
  “kau akan baik-baik saja” ayahku menenangkan
  “apa ini semakin parah?” tanyaku berusaha tersenyum, menunjukan kalau aku kuat. Tapi ayah dan ibuku hanya tersenyum. Sesaat ruangan sepi. Lalu ayahku keluar dari ruangan, aku tahu ia butuh waktu untuk sendiri, melihat putrinya seperti ini.
  “minhyuk, orang itu mana? Kang minhyuk” Tanya ku pada ibuku
  “siapa dia?” Tanya ibuku
  “orang yang setiap hari mengantarkan bunga untuku. Mana dia, pasti dia yang menolongku” kataku sambil melihat kearah karangan bunga yang tadi pagi ia antarkan.
  “oh orang itu, Ia tadi yang menolongmu. Tapi ia pamit karena harus bekerja lagi” kata ibuku lagi.. aku hanya mengagguk lemah.
  “tadi ibu menelepon jong woon, ia sangat menghawatirkanmu. Ia meminta ibu untuk menghubungi lagi jika kau sudah sadar, apa ibu harus meneleponnya?” Tanya ibuku
  “tidak usah eomma, aku sedang tidak ingin berbicara dulu. Aku lelah” kataku
  “baiklah, kalau begitu, istirahatlah. Eomma mau ke apotek dulu, membeli obatmu. Kalau kau butuh sesuatu panggil saja perawat ya. Ibu tidak akan lama”

  ‘ia menghawatirkanku? Apa iya? Seberapakah rasa khawatirnya untukku?’ batinku
  ‘aku sudah lelah dengannya, tapi ia selalu meyakinkan kalau aku itu segalanya untuknya. Apa rasa khawatirnya bisa terbayar dengan semua bunga yang ia belikan untukku setiap hari?’ pikirku sambil melihat 4 rangkaian bunga yang berjajar rapih.
  Drrrt drrrt drrrt ponselku bergetar. Aku menghela nafas panjang saat melihat siapa yang menghubungi ku.
  “yoboseo” sapaku pelan
  “han young, han young yeobo….apa kau baik-baik saja? Aku dengar kau….”
  “ya aku baik-baik saja” kataku memotong ucapan jong woon di ujung telepon
  “aku sangat khawatir” aku hanya tersenyum datar mendengar kata-katanya
  “aku mau kau datang sekarang. Dimana kau sekarang?”
  “aku…aku di hong kong saat ini, minggu depan aku pulang. Aku pasti akan langsung menemui mu, aku janji”
  “minggu depan? Itu terlalu lama, aku ingin bertemu denganmu sekarang”
  “aku mohon mengertilah, ayahku sedang membutuhkanku untuk perusahaan barunya. Kalau pekerjaanku sukses kau juga pasti senang kan. Begini saja, aku akan suruh florist yang biasa untuk mengirimkan bunga paling bagus yang ia punya untukmu, apa kau senang?” iya mulai lagi mencari pengganti untuk dirinya sendiri.
  “tidak, tidak usah. Aku tidak butuh bunga itu. Jangan kirimi aku bunga lagi”
  “apa kau yakin?” tanyanya diujung sana
  “ya. Baiklah, aku harus istirahat. Sampai jumpa”
  “baiklah, jaga kesehatanmu, aku tidak mau kau sakit lagi. Saranghaeyo han young yeoboya~” aku tidak menjawabnya.

  Minggu depan? Itupun kalau ia tepat janji. Kalau tidak, apakah aku masih sanggup sampai mingu depan? Tanyaku dalam hati. Rasanya semakin hari badanku semakin lemah, nafasku semakin berat. Suatu hari nanti ini semua pasti akan berhenti. Sebentar lagi. Lalu aku melihat kearah karangan bunga yang tadi pagi diantarkan. Aku menyentuh setiap kelopaknya dengan lembut.carnation, bunga yang melambangkan cinta. Aku seperti bunga ini, aku akan layu dan mati. Sekarang aku sudah layu, tinggal menunggu saatnya untuk mati.
  Lalu aku teringat minhyuk, pengantar bunga ini. Walaupun aku hanya berbincang sebentar dengannya rasanya ia sangat menyenangkan. Sayang ia pulang cepat sekali, kalau tadi aku tidak kambuh, mungkin ia akan disini lebih lama. Tiba-tiba sebuah ide terlintas. Aku memegang ponselku ragu. ‘apa iya begini caranya, tapi tadi aku sudah menolaknya’ pikirku, tapi aku ingin bertemu dengannya lagi. Akhirnya aku meletakan ponsel itu ditelingaku.
  “yeoboseo han young yeobo…” sapanya ramah
  “yeoboseo”
  “ada apa?”
  “hmm bisakah besok kau mengirimkanku bunga lagi, atau mungkin setiap hari?”
  “kau suka bunga-bunga itu, baiklah aku akan mengirimkan bunga-bunga terbaik itu setiap hari, kalau itu bisa membuatmu senang”
  “ah gomawo jong woon ja…jagiya….”aku ragu-ragu
  “apa lagi yang kau butuhkan?” Tanyanya lagi
  “aku butuh oppa ada disini” kataku
  “ayolah han young yeobo, kau harus mengerti…” aku menghela nafas panjang
  “baiklah, itu saja cukup. gomawoyo” kataku sambil memutus hubungan telepon.
  “pacar macam apa dia?” omelku pelan.

***
  Aku mengetuk pintu kamar itu dengan tangan kiri, sementara tangan kananku memegang rangakaian bunga daffodil  yang akan aku antarkan padanya.
  “annyeonghaseyo” sapaku saat melihatnya duduk dipinggir tempat tidurnya. Lalu aku meletakan rangkaian bunga itu diatas meja disamping ranjangnya, ia membelakangiku.
  “permisi, ini kiriman bunga untukmu lagi” kataku. Lalu ia menoleh kearahku, ia menangis.
  “oh iya, kamsahamnida” katanya sambil terisak
  “kau menangis?” tanyaku saat melihat ia mengelap air matanya dengan punggung tangannya.
  “mungkin, ada yang bisa aku Bantu?” tanyaku khawatir
  “aku hanya kesepian, maukah kau disini sebentar saja. Aku butuh teman sekarang”
Rasanya aku ingin membantunya, aku lirik jam tangan 08:55  masih ada waktu sebelum kuliah dimulai, aku rasa ini tidak akan jadi masalah. Aku duduk dikursi didepan gadis bernama han young ini, rambutnya kusut, wajahnya pucat, ditambah air matanya yang masih mengalir. Ia menatapku, matanya sembab.
  “kenapa kau kesepian?” tanyaku
  “karena semua orang sibuk dengan hidup mereka masing-masing, tidak ada yang peduli pada orang yang akan mengakhiri hidupnya” katanya datar
  “aku rasa kemarin aku bertemu dengan orang tuamu, kau tidak sendirikan?”
  “mereka memang menemaniku, tapi aku juga masih butuh banyak teman disekitarku” aku hanya diam, tidak mau terlalu ikut campur.
  “maaf, kemarin kau harus melihatnya. Maaf ya merepotkanmu” ia menunduk. Aku mengerti apa yang dia maksud
  “sudahlah, untung ada aku disana, kalau tidak. Aku tidak tahu nasibmu” kataku seperlunya
  “mungkin aku sudah mati” ia mengatakan kalimat itu seperti mengatakan “aku-memang-akan-mati”
  “kau jangan berbicara seperti itu” aku berusaha menghiburnya. Ia mengangguk pelan
  “kamsahamnida…” senyumannya sangat rapuh, kulitnya pucat. Tapi ia sangat manis.
  “kalau aku boleh tahu, kau sakit apa? Itupun kalau aku boleh tahu” aku ingin menyelesaikan rasa penasaranku yang muncul sejak melihat ia muntah darah kemarin.
  “aku….aku, ada sesuatu yang salah dengan jantungku” saat ia mengatakan kalimat itu wajahnya sangat tegar.
  “aku terlalu banyak ikut campur ya?” tanyaku saat ia hanya diam sambil menatap kosong pada rangkaian bunga yang baru saja aku antar.
  “kau suka bunga itu?” tanyaku.
  “iya, aku suka. Besok bawakan aku lagi ya” ia tersenyum, senyumanya tulus. Bahkan aku tidak bisa melihat bahwa ia sedang sakit.

***
  ‘mana orang itu? Lama sekali datangnya’ kataku sambil mundar mandir didalam ruangan. Selang-selang yang melilit diseluruh tubuhku sudah dilepas, dan kakiku juga sudah cukup kuat untuk berjalan. Aku berjalan menuju pintu, aku membuka pintu itu sedikit, lalu menengok keluar. Tidak ada siapa-siapa. Tiba-tiba seseorang menyentuh pundakku, aku berbalik, dan ia sudah berdiri disampingku dengan senyum yang aku khawatirkan akan membuat jantungku yang sudah parah ini akan berhenti seketika.
  “sedang apa kau disini?” tanyanya
 “hmm hanya melihat-lihat saja” jawabku mencari alasan
  “kau sudah bisa berjalan”
  “ya lumayan, walau masih harus pelan-pelan”
  “ini bunga untukmu, dari kim jong woon” katanya sambil membukakan pintu untukku. Lalu ia meletakan rangkaian bunga itu ditempat biasa, aku melihat ada kartu yang terselip disitu. Aku mengambilnya dan membacanya.

   “selamat pagi….bagaimana tidurmu tadi malam….apa kau memimpikanku?
      Cepat sembuh ya…..saranghaeyo”
                                                                                                 Jong woon

 Aku meremasnya dan membuangnya ketempat sampah.
  “kau kenapa?” Tanya minhyuk
  “tidak aku hanya sedang tidak ingin mengingatnya” kataku sambil menyentuh bunga-bunga yang berwarna cerah.
  “kau tidak suka ia mengirimimu bunga? Kalau iya, aku akan memberitahunya, jadi ia tidak lagi mengirimu bunga”
  “bukan…bukan begitu, aku suka bunga-bunga ini. Tapi aku mulai tidak suka dengan orang yang memberinya” aku menjelaskan
  “aku sudah seperti orang yang tidak berguna buatnya, ia bilang aku pacarnya. Tapi ia tidak pernah memperlakukanku seperti pacarnya, apalagi setelah aku dirumah sakit, apa pedulinya” aku mulai mengeluarkna semua rasa kesal.
  “lalu kenapa kau masih mau menerima bunga darinya, kau tinggal memintanya untuk berhenti mengirimu bunga, aku rasa itu tidak terlalu sulit” minhyuk memberi saran
  “tidak, aku ingin bunga-bunga ini tetap datang setiap hari. Setiap pagi, tiap kali kau datang membawa bunga ini, rasanya aku semakin bersemangat, tidak terlalu buruk”
  “baiklah, kalau begitu, senang bisa mengantarkan bunga yang bisa membuatmu bersemangat. Apa hanya itu alasannya?” aku hanya diam
  “hmm aku rasa itu” kataku terbata.
  “baiklah, aku harus mengerjakan pekerjaan lain, besok aku akan kembali. Sampai jumpa” aku memerhatikan punggung yang semakin menjauh, dan hilang dibalik pintu.
  ‘alasan aku tetap ingin menerima bunga-bunga ini karena aku ingin bertemu denganmu, karena aku ingin kau mengantarkan bunga ini untukku’ batinku.

***
 Aku dan ibuku duduk-duduk ditaman rumah sakit, ibuku menyuapiku kimbab.
  “hmm masakan eomma selalu enak” kataku sambil membersihkan mulutku yang kotor
  “kau juga harus belajar memasak, nanti kalau kau sudah sembuh, ibu akan mengajarimu memasak” aku hanya tersenyum ‘kalau aku sembuh’ batinku
  “jam berapa sekarang?”tanyaku pada ibuku
  “jam 8, ada apa?”  Tanya ibuku. Tanpa banyak bicara aku berjalan menuju ruanganku, ibuku cepat-cepat membereskan makananku dan mengikutiku dari belakang.
  “hey, kau mau kemana? Jalan hati-hati” oceh ibuku
  “sudah eomma tunggu saja disitu, aku akan kembali, tidak lama” kataku sambil menaiki tangga pelan-pelan, aku ingin berlari tapi kakiku masih terlalu lemah. Sampai juga akhirnya, aku membuka pintu ruanganku tapi tidak ada siapa-siapa. Tapi ada karangan bunga baru disamping ranjang ku,carnation lagi, aku menghampirinya ada notes kecil disampingnya.
  
  “aku sudah menyelesaikan tugasku mengantarkanmu bunga hari ini,
kau kemana? Sampai jumpa besok^^. Fighting !!”
                                                                                 
                                                                                        minhyuk

  lalu aku melihat kearah jendela, ahh itu minhyuk sedang berjalan dibawah sana.
  “minhyukie~” teriakku, berharap minhyuk mendengar. Ah dia mendengar, ia melihat kearahku
  “gomawoyo” kataku sambil melambaikan tangan
  “cheona~”jawabnya juga sambil melambaikan tangan.

***
  “ah natal 1 minggu lagi” kata minhyuk sambil melihat kalender yang ada dimeja samping tempat tidurku. Kami sudah semakin dekat, kami sudah menjadi teman baik. Ia sering menghabiskan waktunya disini sambil mengatarkan bunga.
  “kau mau hadiah natal apa dariku?” tanyanya padaku
  “hadiah?” tanyaku
  “iya, kau mau hadiah natal apa?” tanyanya
  “aku tidak mau hadiah natal”
  “kenapa? Kau takut terlihat seperti anak kecil ya?” Tanya minhyuk sambil tersenyum
  “bukan begitu, aku tidak tahu hadiah apa yang aku inginkan saat ini”
  “bagaimana kalau rangkaian bunga? Selama inikan kau menerima bunga dari jong woon itu, sekarang giliranku yang memberikan bunga untukmu, bagaimana?”
  “hmm ide bagus, tapi aku ingin bunga itu kau rangkai dengan special”
  “tidak masalah, itu hal mudah” jawabnya dengan wajah bangga. Kamipun tertawa, walau tidak jelas apa yang kami tertawakan.
  “ah hidungmu?” katanya sambil menyambar kotak tissue didekatnya
  “ah begini lagi” kataku. Tangan minhyuk dengan cekatan mengelap darah yang mengalir dari hidungku, ia mengangkat wajahku pelan, lalu pelan-pelan ia membersihkan darah dihidungku. Ia sudah seperti perawat saja.
  “maaf dan terima kasih” kataku
  “sama-sama, dan kau tidak perlu minta maaf” katanya sambil tersenyum, wajahnya begitu dekat denganku, ia tersenyum.
  “kau tidak salah, jadi tidak perlu minta maaf” katanya
  “istirahatlah, aku akan menunggumu sampai kau tertidur, kalau kau bangun aku tidak ada, aku sudah pulang ok” katanya sambil membantuku berbaring, dan menutup tubuhku dengan selimut. Aku tidak mau menutup mata, aku tidak mau dia pulang. Tapi aku butuh istirahat.

***
  “aku mau jalan-jalan eomma” rengekku seperti anak kecil
  “kau ini sedang sakit hanyoung, jangan cari masalah dengan kesehatanmu”
  “ah eomma, ayolah. Hanya sebentar. Lagipula pusat kota dekat dengan rumah sakit inikan, aku mohon” aku meyakinkan. Eomma hanya diam saja, wajahnya tetap menunjukan rasa tidak setujunya.
  “aku tidak sendirian eomma, aku akan mengajak minhyuk juga. Ia pasti bisa menjagaku”
  “tapi udara belakangan ini tidak mendukung” ibuku mencari alasan menahanku untuk tetap dirumah sakit.
  “lagipula dokter memberiku izin untuk keluar rumah sakit kan eomma, udara dingin tidak masalah, aku bisa memakai syal tebal, boots dan jaket tebal, eomma…..”aku masih merengek
  “baiklah, tapi hanya sebentar saja ok, hanya beberapa jam. Dan pastikan minhyuk itu menjagamu” ibuku menyerah.
  “baiklah, kamsahamnida eomma~” kataku riang sambil memeluk ibuku.

  Minggu sorepun tiba, udara tidak terlalu dingin, tapi karena waktu beranjak malam angin mulai bertiup kencang.
  “minhyukie~ terima kasih sudah mau menemaniku” kataku saat minhyuk datang keruanganku.
  “ye, cheonmaneyo” jawabnya pelan
  “ayo kita berangkat” kamipun berjalan menuju lobby rumah sakit, aku memasukan tanganku kedalam kantong jaket tebalku..
  “kita naik bus ya” ucapku
  “tapi ibumu menyuruh kita naik taxi” minhyuk mengingatkan
  “aku tidak mau naik taxi, aku mau naik bus. Sudahlah, apa bedanya taxi dan bus. Lebih seru naik bus” kataku sambil menarik minhyuk kehalte bus didepan rumah sakit.

  “wow akhirnya aku bisa jalan-jalan juga sebelum natal tiba” kataku sambil melihat keluar jendela bus
  “memangnya kau mau beli apa, sampai merengek pada ibumu untuk jalan-jalan keluar?” Tanya minhyuk disampingku
  “hadiah natal untuk keluarga, teman-teman dan kau” kataku
  “dan juga aku ingin melupakan masalahku”
  “masalah?” Tanya minhyuk
  “iya, seharusnya hari ini jog woon pulang dan menemuiku, tapi ia ingkar janji lagi, aku sudah lelah” kataku. Minhyuk hanya diam disampingku.
  “kau tidak mencoba menghubunginya?” Tanya minhyuk, aku menggeleng pelan.
  “kalau dia pacar yang baik, ia pasti menepati janjinya kan? Tapi ia menginkarinya, berarti ia bukan pacar yang baik, tidak bisa diharapkan lagi” kataku
  “apa kau masih suka padanya?” Tanya minhyuk disampingku
  “entahlah, rasanya sudah datar. aku rasa ia bukan siapa-siapa lagi” kataku
  “lalu kenapa kau masih menganggapnya pacarmu?”
  “setidaknya ia masih memberi perhatian lewat bunga-bunga yang ia belikan untuku, itupun kalau masih bisa dibilang perhatian” minhyuk mengangguk pelan disampingku. Aku menggosok-gosokan kedua telapak tanganku, udara dingin juga ternyata. Lalu minhyuk melilitkan syal yang ia pakai keleherku.
  “ini akan membuatmu jauh lebih hangat” katanya, lalu tangannya mengenggam tanganku
  “lebih baik?” tanyanya. Aku mengangguk pelan “udara diluar sana lebih dingin” katanya lagi, tangannya masih menggengam tanganku. rasanya hangat, bukan hanya tanganku yang hangat, tapi hatiku juga. Aku tidak mau ia melepaskan genggamannya. Rasanya aku tidak butuh jong woon lagi, rasanya aku tidak butuh orang lain, minhyuk saja sudah cukup.

  Sampai juga dirumah sakit. Aku membawa banyak kantong belanjaan, minhyuk membantuku membawa sebagian. Ibu dan ayahku sudah menunggu.
  “akhirnya kalian pulang” kata ibuku sambil membantu mengambil kantong belanjaan yang aku bawa.
  “kalian pergi kemana saja?” Tanya ayahku
  “ah ahjussi, kami hanya berkeliling dipusat kota” jawab minhyuk ramah
  “kau ini belanja apa saja, sebanyak ini. Menghabisakan uang” omel ibuku padaku
  “aku membeli banyak hadiah untu kalian, ini tidak banyak ibu” kataku sambil tersenyum.
  “ah minhyukie terima kasih sudah mengantar hanyoung, maaf ya merepotkan” kata ibuku pada minhyuk
  “oh gwencana ahjumma, senang bisa menemani han young jalan-jalan”
  “ah kau anak baik” puji ibuku, aku hanya tersenyum mendengarnya, ibuku bahkan tidak pernah mengucapkan kata-kata itu pada jong woon.
  “baiklah, sudah malam, aku harus pulang. Terima kasih” minhyuk pamit
  “terima kasih ya sudah menemaniku, sampai jumpa” kataku sambil melambaikan tangan
  “hati-hati dijalan” kata ayah dan ibuku.


1 comment:

  1. bagus ... tapi agak janggal mimisan dlm penyakit jantung (blom pernah ada) kecuali di jelaskan ada komplikasi lain, paru2/radang di otak

    saran .. next scene jika ada scene sakit, di cekidot dulau gejala2 yg timbul biar nggak janggal

    hwaiiitiiiingggg :)

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'