Friday, January 7, 2011

Lonely Flower (part2 -end-)

Author: happyhanna (@sarahhannamoran)
Rating: Teenagers
Genre: Romance
Pemeran: Kang Min Hyuk (CNBLUE)
               Park Han Young (Reader)
Pemeran Pembantu: Kim Jong Woon aka Yesung (Super Junior)

Note: Ini sambungan dari Lonely Flower part 1 yang sudah dipost sebelumnya, semoga masih mau baca lanjutannya ya hhihi. ok deh selamat baca dan ditunggu komenannya ya semua ^^


25 desember

  Aku memerhatikan pohon natal kecil diruanganku, ternyata aku masih bisa merasakan natal tahun ini. Ponselku bergetar.
  “ye appa~”
  “eomma dan appa pulang agak malam nanti, kami harus menghadiri acara makan-makan dulu, merayakan natal, kau tidak apakan sendiri”
  “ye, aku baik-baik saja appa. Tidak usah khawatir”
  “baiklah, nanti appa bawakan oleh-oleh”
  Aku memerhatikan kantong belanja kecil diatas sofa, semoga ia suka. Lalu seseorang mengetuk pintu.
  “masuklah” kataku. Setengah wajahnya tertutup rangakaian bunga besar yang sangat indah. Betul-betul indah.
  “ada kiriman bunga untuk anda nona” katanya dari balik bunga-bunga segar itu
  “dari siapa?”
  “dari tuan kang minhyuk khusus untuk nona park hanyoung. Maukan anda menerimanya?” lalu wajahnya mulai terlihat saat ia semakin mendekat
  “tentu saja aku mau menerimanya” kataku sambil tersenyum. Lalu minhyuk meletakan rangkaian bunga itu disampingku. Dan ia tersenyum
  “terima kasih sudah mau menerimanya” lalu aku mengambil kantong kecil dan memberikannya padanya.
  “apa ini?” Tanya minhyuk
  “hadiah untukmu, maaf ya kalau tidak seindah bunga yang kau rangkai ini”. Lalu minhyuk membuka isi kantong itu dan membuka album foto yang sekarang didalamnya terselip banyak jenis bunga. Sementara aku masih terkagum-kagaum pada rangkaian bunga didepanku.
  “apa ini?” tanyanya lagi
  “ini semua bunga-bunga yang selama ini kau antarkan untuku, aku mengawetkannya, dan mengumpulkannya dalam album ini. Aku harap kau akan ingat denganku”
  “ya, aku akan selalu ingat denganmu” katanya lagi, sambil mengambil album itu dari tanganku
  “baguslah, kalau begitu aku bisa pergi dengan tenang” kataku, lega rasanya bisa memberinya sesuatu sebelum aku pergi
  “kau tidak akan pergi” katanya meyakinkan
  “semakin hari keadaannku semakin parah, sudah tidak mungkin bertahan lebih lama lagi. Aku pasti akan pergi, sebentar lagi. Simpan album itu, maaf aku hanya bisa memberimu itu” kataku menahan air mata. Dulu aku pikir mati itu mudah, kau tinggal memejamkan mata, dan kau akan meninggalkan semuanya. Tapi setelah aku mengenal minhyuk, rasanya mati itu sedikit lebih sulit dari apa yang aku bayangkan sebelumnya.
  “kau tidak akan pergi” minhyuk berjalan kearahku, ia memeluku.
  “kau tidak akan pergi kemana-mana, kau akan tetap bersamaku” katanya lagi
  “tidak, aku sudah tidak sanggup lagi, rasanya tubuhku harus menahan rasa sakit setiap hari” aku mulai menangis, minhyuk memelukku lebih erat. Minhyuk hanya diam.
  “aku butuh hadiah natal yang lain” ucapku disela-sela air mata
  “apa yang kau butuhkan, aku akan memberikannya” kata minhyuk
  “aku ingin kau jadi temanku untuk selamanya, setidaknya sampai aku pergi” 
  Minhyuk memerhatikanku, matanya mengintimidasiku. Ia menghapus air mataku, aku hanya tersenyum tipis.
  “kau maukan jadi temanku, aku kesepian. Kalau kau tidak mau juga tida…..”
 Minhyuk memotong kalimatku dengan bibirnya, ia menciumku, lembut.
  “aku tidak hanya akan menjadi temanmu, aku akan menjadi lebih dari seorang teman” ia menciumku lagi, kali ini aku tersenyum puas.
  “kau tahu, ini hadiah natal paling indah yang pernah aku dapat” kataku
  “oh ya?” Tanya minhyuk, wajahnya sangat dekat denganku, aku mengangguk.
  “kalau begitu, selamat hari natal” katanya.ia menciumku lagi. Lalu kami tertawa bersama.

  ***
  Aku terbangun karena seseorang membuka pintu ruanganku. Aku setengah terkejut saat melihat jong woon sudah berdiri disamping ranjang, ia membawa seikat bunga mawar merah, ia meletakannya dipangkuanku.
  “gomawo” kataku sambil memerhatikan bunga yang diberikan jong woon
  “hari ini aku yang mengantar bunga untukmu, apa kau senang?” tanyanya. Aku tersenyum sambil melihat kearah pintu. ‘hari ini ia tidak akan datang’ batinku
  “maaf, aku terlambat datang.selamat hari natal yeoboya” kata jong woon sambil mencium dahiku, aku tetap diam ditempat, sambil memegang bunga darinya.
  “apa kau tidak kangen denganku?” Tanya jong woon dihadapanku
  “tentu saja, lalu untuk apa aku menyuruhmu cepat menemuiku kalau aku tidak kangen” jong woon tersenyum dan mengangguk pelan. Tangannya menggengam tanganku pelan, lalu ia duduk disebelahku.
  “bagaimana kabarmu?” tanyannya
  “aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?”
  “sedikit lelah, tapi sudahlah, tidak usah dipikirkan” katanya. Lalu suasana hening.
  “apa bunga dariku ini hadiah terindah untuk natalmu tahun ini?” Tanya jong woon.
  “tentu saja ini hadiah natal terindah yang aku dapat tahun ini. Terima kasih” kataku pada jong woon. Tapi jong woon menghela nafas panjang, lalu mengeluarkan ponselnya.
  “kalau beitu, ini adalah hadiah natal terindah yang pernah kau terima seumur hidupmu, bahkan mengalahkan hadiah-hadian yang pernah aku berikan padamu kan?” kata jong woon sambil meletakan ponselnya di telapak tanganku. foto saat minhyuk menciumku terpampang dilayar ponselnya, aku yakin jong woon menungguku mengatakan sesuatu. tapi aku tidak menemukan apapun untuk aku bicarakan.
  “iyakan? Itu hadiah terindah yang pernah kau dapat seumur hidupmu. Sebetulnya aku sudah ada di seoul dari kemarin, saat aku datang kesini untuk menemuimu, itulah yang aku lihat. Aku tidak mau menganggu kalian, yang sedang bertukar “hadiah” jadi aku pulang” aku hanya diam.
  “mianhae…mianhae” hanya itu yang bisa aku ucapkan
  “jadi bagaimana? Apa aku masih kau anggap pacar?” Tanya jong woon dihadapanku
  “bagaimana bisa aku menganggapmu pacar, kau tidak pernah perduli padaku. bahkan aku tidak tahukan bagaimana rasa sakit yang aku rasakan setiap hari”
  “aku tahu, itu sebabnya aku mengirimu bunga setiap hari, untuk menghiburmu” jong woon berjalan mendekat
  “apa kau pernah bertanya apakah aku terhibur dengan semua bunga yang kau berikan?”
  “aku rasa kau suka bunga-bunga itu, makanya kau memintaku terus mengirimimu bunga setiap hari kan?” . aku hanya diam, sekarang aku tahu betapa ia tidak perduli padaku.
  “sudahlah, pergilah. Tidak ada yang bisa aku harapkan darimu, kau juga, tidak ada yang bisa kau harapkan dariku. Ini sudah terlalu jauh, aku sudah lelah”
  “kau ingin kita putus, berakhir sampai disini?” Tanya jong woon, aku tahu ia sudah sangat kecewa. Aku mengangguk, itu yang sebenarnya aku mau dari dulu.
  “apa pengantar bunga itu memberimu banyak harapan?” Tanya jong woon.
  “tidak juga, tapi setidaknya ia menemaniku, ia tahu rasa sakitku. Pergilah, aku tidak akan memilih siapa-siapa. Percuma aku memilih, aku akan pasti akan meninggalkannya. Ini sama sekali tidak berguna” kataku.
  “pergilah….aku mohon pergilah….” Kataku memohon, aku benar-benar ingin mengakhiri ini semua dengan jong woon.

***

  Aku melangkahkan kakiku pelan-pelan. Sudah malam, tapi aku masih berkeliaran di sekitar syundong. Tidak terlalu ramai, karena salju sudah mulai turun. Aku sedang ingin menyegarkan otakku, semuanya rasanya berebut untuk memenuhi otakku yang juga sudah penuh. Aku ingin mencari udara segar, aku duduk dikursi dipinggir taman disekitar syundong. Memerhatikan sekitar, orang-orang berjalan cepat agar segera sampai dirumah untuk menghangatkan badan karena udara memang cukup dingin, tapi aku? Tetap memilih untuk tetap disini, menikmati salju-salju.
  Ponselku berdering.
  “yoboseo…”
  “han youg dimana kau sekarang? Aku dikamarmu, tapi kau tidak ada”
  “minhyukie~ “
  “dimana kau sekarang?” tanyanya lagi
  “tidak usah khawatir, aku akan kembali kesana sebentar lagi”
  “salju akan turun cukup banyak malam ini, katakan dimana kau, aku akan kesana” minhyuk terdengar cemas.
  “aku bilang tidak usah, jangan ganggu aku dulu, aku sedang ingin menikmati waktu yang aku punya saat ini” kataku lagi, salju memang turun semakin banyak, tapi tidak aku hiraukan.
  “han young….”
  “stt, tunggu saja aku disana, sebentar lagi aku pulang” kataku sambil mematikan ponselku. Wajahku terasa segar saat butiran-butiran salju halus menyentuh wajahku. Memang dingin sekali, tapi aku senang suasana ini.

***
  Sekelilingku sudah berwarna putih diselimuti salju. Sudah hampir satu jam aku duduk disini. Sekarang disekelilingku sudah benar-benar sepi, semakin malam.

   I love you. Like the way who you are……
   I love you….but I can’t choose you to be mine….
   Because the time said we are shouldn’t be….
   We are shouldn’t be …….
   Because the time will stop for me……
  Just go, the time never let us to be

Aku menyanyikan lagu ini dengan sangat pelan, ingin menikmatinya untuk diriku sendiri. Udara semakin dingin, bahkan aku yakin tubuhku sudah setengah membeku, tapi aku masih tidak perduli. Bahkan aku tidak perduli kalau aku harus mati dengan cara ini.
  Aku hanya ingin membiarkan semuanya semua masalahku pergi untuk sementara, walaupun nantinya semua masalah ini kembali lagi. Aku tersenyum tipis saat melihat rangkaian lampu-lampu warna-warni yang terpasang disekitar taman, berusaha menghibur.
  Aku menutup hidungku, aku merasakan sesuatu mengalir, aroma khas dahar tercium. ‘kenapa harus disaat seperti ini?’ omelku kesal dalam hati, aku menunduk, darah itu menetes dari hidungku, jatuh keatas salju yang putih dan langsung membeku. Darah mengalir semakin banyak, tapi aku bisa menahannya, aku terus menunduk. Lalu seseorang berlari kearahku, dan berlutut didepanku.
  “minhyukie~”
  “han young, kenapa kau jadi begini? Cepat ikut aku” minhyuk terlihat sangat cemas.
  “aku sudah bilang tunggu aku, aku pasti akan pulang, kenapa kau kesini?” tanyaku sedikit kasar.
  “hei, seharusanya kau bersyukur aku bisa menemukanmu tepat waktu, lihat kau mimisan lagi, kau pucat dan membeku. Ayo ikut aku”
  “tidak, aku bisa pulang sendiri, aku bisa……” sebelum aku menyelesaikan kata-kataku minhyuk sudah menggendongku dipundaknya. Dan ia mulai berjalan. Aku hanya pasrah dan menyembunyikan wajahku dipunggung minhyuk.

***
  Aku sudah ada diruangan yang hangat, aku ada dirumah minhyuk, tapi tubuhku tetap saja bergetar kedinginan. Aku yakin aku sudah membeku, minhyuk berdiri didepanku. Ia melepaskan hoodienya dan menyerahkannya padaku.
  “pakailah, aku yakin kau kedinginan, pakailah ini” kata minhyuk, ternyata ia tidak memakai pakaian lain selain hoodienya. Dan dengan wajah santai ia melepaskan bajunya didepanku, bagaimana bisa? Bagaimana bisa ia membiarkan tubuhnya tanpa apapun dihadapanku? Ya sudahlah. Ia menyalakan penghangat ruangan.
  “tidak, aku baik-baik saja” kataku
  “sudah pakailah, aku harus mandi, itu ada teh hangat, minumlah jika kau mau” kata minhyuk lalu menghilang dibalik tembok. Aku tidak memakai hoodienya, hanya meletakannya disampingku. Tubuhku sangat dingin, aku gemetaran tidak karuan. Tiba-tiba rasanya dadaku sakit sekali, rasanya sangat panas. Aku sulit bernafas, semua yang ada disekelilingku rasanya berputar. ‘ah~tolong aku!’ pikiranku sudah panic.
  Nafasku semakin pendek, semakin aku berusaha untuk menghirup oksigen rasanya dadaku semakin sakit. ;ada apa ini’ tanganku meremas hoodie minhyuk. Rasanya sakit sekali. ‘jangan berteriak-jangan berteriak’ perintahku pada diriku sendiri. ‘apa ini rasanya akan mati? Jangan dulu, jangan sekarang, aku belum menyelesaikannya’ aku sudah tidak bisa melihat dengan jelas. Semuanya berkunang-kunang di mataku.
  Satu yang aku tahu, darah segar mulai mengalir dari hidung ku, dan aku tidak bisa menghentikannya. Tiba-tiba aku tidak bisa mengendalikan tubuhku, lemas.

***
  Untuk kesekian kalinya, ayahku dan ibuku berdiri dengan wajah cemas disamping tempat tidurku dirumah sakit. Tidak. Kali ini bukan hanya mereka, seseorang berdiri disisi lain ranjangku, minhyuk. Tangannya membungkus tanganku pelan, ia tertunduk.  Aku ingin tersenyum, tapi itu adalah kerja keras yang sia-sia, karena aku tidak benar-benar bisa tersenyum, badanku rasanya remuk, sangat sulit untuk digerakan.
  “a…an..annyeong” sangat pelan, bahkan aku tidak bisa mendengar suaraku sendiri.
  “sttt…..” minhyuk tersenyum disampingku. Begitupun ayah dan ibuku
  “akhirnya kau sadar juga sayang, sudah satu minggu kau tidak sadar” ibuku mengusap kepalaku pelan. ‘1 minggu? Bagaimana bisa?’ pikirku. Tiba-tiba seseorang muncul dari balik pintu, tersenyum tipis tapi tulus, ia berdiri agak jauh, sedikit menjaga jarak denganku. ‘jong woon’.
 
  “begini jauh lebih baik” kataku saat ayah dan ibuku keluar dari ruangan, memberiku kesempatan untuk berbicara dengan minhyuk dan jong woon.
  “saranghaeyo, kamsahamnida. Terima kasih untuk semuanya.semuanya” kataku tidak membuang waktu
  “aku sayang kalian semua, tapi aku tidak akan memilih siapapun diantara kalian. Aku menyukai kalian seperti apa yang ada pada kalian. Mungkin aku egois, ya aku ingin egois disisa waktuku ini. Aku akan mati, bolehkan kan aku egois sebelum aku mati?. Minhyuk mengenggam tanganku setiap kali aku menyebutkan kata mati. Sementara jong woon hanya berdiri diam diseberang ranjangku.
  “kau tidak akan mati” bisik minhyuk pelan ditelingaku
  “tidak bisakah kau lihat sekarang? Aku sudah tidak ada harapan, aku sudah hampir mati, sebent………” minhyuk memotong kata-kataku dengan cara yang paling aku benci, tapi jujur aku suka caranya, menciumku. Sekilas, aku melihat jong woon membelalakan matanya melihat apa yang ada didepan matanya.
  “sudahlah, intinya aku sayang kalian semua. Aku sayang sangat sayang, tapi aku tidak bisa untuk kalian. Aku harus berhenti disini, sebenarnya aku tidak ingin berhenti, tapi waktu memaksaku untuk berhenti”
  “sesudah ini, pergilah menuju tujuan kalian masing-masing. Jangan pernah melihat lagi kebelakang, jangan lagi melihat aku, karena kalian tidak akan pernah menemukan aku lagi. Berjalanlah menuju tujan kalian, tanpa aku. Tapi kalau kalian merasa harus melihat kebelakang, ingatlah aku sayang kalian.”
  Jong woon berjalan kearahku, dan memberikanku kotak kecil, tanpa aku buka, aku tahu isi kotak itu.
  “pakailah ini saat kau mati nanti, jangan pernah lepaskan, supaya aku dapat dengan mudah menemukanmu disurga nanti. Maaf, aku tidak bisa melihat semuanya seperti ini” katanya mencium keningku dan berjalan meninggalkan ruangan. Kini hanya ada aku, minhyuk dan rasa canggung yang luar biasa.
  “apa yang bisa membuatmu bisa menemukanku disurga nanti?” tanyanya
  “senyumanmu, kau cukup tersenyum nanti, dan aku akan dengan mudah menemukanmu”
  “baguslah, aku tenang kalian bisa menemukanku dengan mudah nanti”
  Lalu tiba-tiba jantungku rasanya sakit sekali, kepalaku seperti tertusuk-tusuk. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi sekarang semuanya berwarna merah, karena sesuatu yang kau muntahkan. Aku tidak merasakan apa-apa. Hanya tangan-tangan yang menahanku, dan suara-suara panic disekitarku. Suara omma, appa, minhyuk dan aku yakin ada suara jong woon juga. Semuanya gelap sekarang. Suara para dokter dan entahlah alat-alat apa lagi. Nafasku, aku tidak bisa bernafas. Semuanya gelap.sakit, dan memusingkan. Tapi tiba-tiba semuanya begitu tenang
  “tetaplah hidup, tetaplah hidup” terdengar suara minhyuk begitu dekat
  “aku sudah menyelesaikan semuanya. Aku sudah selesai” kataku pelan dalam hati, tapi semuanya masih gelap dan tenang. Tiba-tiba semuanya begitu terang, sangat terang dan aku meninggalkan semuanya.

***
  “akhirnya jong woon keluar juga” pikirku. Aku memerhatikan wajah wanita dihadapanku ini, sangat berbeda saat aku bertemu dengannya pertama kali. Sekarang ia sangat pucat dan lemah. Dan semua yang keluar dari mulutnya hanyalah masalah kematian. Dengan cara apalagi supaya aku bisa menghentikanmu membicarakan masalah ini. Tapi aku tetap merasakan senyumnya yang hangat.
  “kalau kau, apa yang bisa membuatmu menemukanku disurga nanti?”
  “senyumanmu” jawabku pasti “kau hanya perlu tersenyum, dan aku akan menemukanmu dengan mudah” iya mengangguk pelan
  “baguslah, aku tenang kalian bisa menemukanku dengan mudah nanti”
  Tiba-tiba ia mengerang kesakitan, aku panic saat itu juga.
  “kau kenapa? Katakana dimana sakitnya?” kataku panik sambil memeluknya dan memanggil dokter. Orang tuanya masuk dan tak kalah paniknya denganku. Ia bukannya menjawab, malah memuntahkan darah segar. Sekarang keadaan semakin panic. Aku terus menggengam tangannya. Lalu dokter masuk dan entah apa yang akan dilakukannya, lalu jong woon, tapi aku tidak perduli mau apa orang itu.
  “tetaplah bernafas, tetaplah bernafas” ucapku sambil mengenggam tangannya. Tapi ia masih mengerang kesakitan. Aku mengenggam tangannya semakin kencang.
  “tetaplah hidup” kataku, tapi tiba-tiba tubuhnya diam.
  “tetaplah hidup” kataku saat masih bisa menemukan nafasnya. Tapi tiba-tiba semuanya begitu tenang, tubuhnya diam, dan tidak akan pernah bergerak lagi.

***

   Dia bilang aku harus berjalan menuju tujuanku, dia bilang aku harus terus berjalan kedepan. Dan tidak boleh melihat kebelakang. Dia bilang aku tidak akan pernah menemukannya lagi. Baiklah jika ini maumu. Aku akan berjalan menuju tujuanku, tapi sekali ini izinkan aku melihat kebelakang sebentar saja, supaya aku bisa melihat apa yang ada didepanku. Karena aku tidak akan menemukannya lagi dibelakang sana.
  Lalu aku membalikan badan dan ya benar saja, aku tidak bisa menemukannya, yang aku temukan hanyalah nisan berhiaskan banyak sekali bunga. Aku tersenyum,aku meletakan bunga gladiola yang melambangkan kehilangan dan berbalik, sekarang semua yang ada didepanku terasa nyata. Aku meninggalkan apa yang ada dibelakangku, tapi akan selalu mengingatnya.

Park Han Young
15 Maret 1990 – 30 Januari 2010


THE END

5 comments:

  1. aku udah baca yang ke 4 kalinya. bagusssssssssssss (><)
    minhyuk single

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. jiah seneng bgt minhyuk singel wkwkwkwk ^^//

    ReplyDelete
  4. hiks hiks ..
    sedih bgt ..
    ff ny bguss ..
    yg bca bsa ngerasain sedih dri crita ini ..
    nicee ff ^^

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'