Tuesday, January 18, 2011

MY LOVELY [chapter 2]

Author: ny.Jung (@mpebriar)

Rating: PG-15

Genre: Romance

Pemeran:
  • Kang Min Hyuk (CNBLUE)
  • Kim Tae Yeon (SNSD)
  • Jung Yong Hwa (CNBLUE)
            Pemeran pembantu:
  • Jung Han Kyu (karangan)

         Note: chapter 1
             baca ff sendiri jadi malu-malu, kenapa jadi romance banget. efek baca naruto (?) selamat baca aja deh. mian kalo gaje ato jelek.



Minhyuk pov

Sebulan telah berlalu. Kini aku resmi menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Seoul, jurusan yang berhubungan dengan musik, karena aku memang suka musik. Tidak sia-sia aku belajar gigih selama 2 bulan penuh, sampai-sampai aku tidak bertemu dengan noona dan Kyu. Ah, sebenarnya alasan utama aku tidak menemui noona selama itu karena aku malu. Malu sekali.
Ngomong-ngomong tentang noona, sejak pengakuan cinta noona padaku, kami resmi menjadi pasangan kekasih. Inilah yang kutunggu, akhirnya aku menjalin hubungan dengan orang kusukai, ehm, kucintai.
Tapi noona jadi sedikit aneh. Sejak saat itu, dia jadi sedikit agak pendiam. Penyebabnya karena kita pacaran? Kurasa tidak! Apa karena penelpon misterius yang ia terima? Noona bilang cuma telpon salah sambung. Namun wajahnya terlihat shock saat itu.
“Noona, kau melamun lagi” kataku sambil menempelkan gelas dinginku ke pipinya. Kini kami sedang berada di kafe dekat kampus. Noona menemaniku menanti kelas pertama di hari pertama kuliah yang akan ku hadiri.
“Hah? Ani! Aku tidak melamun!”
“Kau melamun noona. Kenapa sih tidak menceritakannya padaku? Aku kan pacarmu”
“Ya, Minhyuk-ah! Kita sudah pacaran, kenapa masih panggil aku noona?” Aish, lagi-lagi dia mengalihkan pembicaraan.
“Jadi aku panggil apa? Beda umur kita kan lima tahun.”
“Terserah, asal jangan noona. Tua sekali aku!” dia juga makin sensitif.
“Oke, Tae-ya! Aku....”
Noona tiba-tiba kaget, “ANDWAE!!!! Jangan itu!”
“Suaramu keras sekali. Ada yang salah?” tanyaku penasaran.
“Hah? Tidak apa-apa. Aku tidak suka dipanggil begitu.” Noona sungguh aneh, ada apa sih?
“Oke...yeobo!”
“Minhyuk-ah, kau mau sepatuku apa gelas ini?” tanya noona geram, tangan kanannya mencengkeram sebuah gelas, dia siap melemparkannya kemanapun dia mau.
“Aisssssh! Lalu apa?????”
“Noona saja kalau begitu. Ya! Ini sudah jam satu, lima belas menit lagi kelasmu dimulai kan. Ayo cepat pergi sana!”

Teayeon pov

Akhirnya Minhyuk pergi juga. Aku bingung harus beralasan apa lagi. Yang jelas tidak mungkin aku menceritakannya. Tidak pada Minhyuk.

“Yoboseyo?”
“Tae-ya!”
“Nugu?”
“Kau benar-benar lupa suaraku...”
Suara itu....
Tanpa kusadari handphone ku terjatuh.
KRIIIIIIIIIING! Nada handphoneku berbunyi lagi. Akupun memungutnya. Masih dari nomer yang sama. Apa ini benar dia?
“Yo..yoboseyo?”
“Tae-ya, ini benar kau?”
Astaga, astaga..
“Tae-ya??”
Aigoo, apa yang harus aku lakukan?
“Yoboseyo? Ini kau Tae-ya?”
“Yo...Yonghwa?”
“Syukurlah, ini benar kau. Susah sekali aku mencari nomor mu, kau tidak memberitahuku nomormu yang baru. Apa kabar?”
Hah? Apa-apaan dia?
“Tae-ya?”
“Ada apa kau menelponku?” tanyaku dingin.
“Tidak ada apa-apa. Tiba-tiba aku ingin menelponmu. Oh ya, kau belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana kabarmu dan jagoan kecilku? Bisa kau sambungkan padanya? Aku rindu sekali padanya.”
“Aku dan Kyu baik-baik saja, SANGAT baik. Kyu sedang bermain dengan teman-temannya.”
“Syukurlah kalian baik-baik saja. Aigoo, kau tidak menanyakan kabarku? Tega sekali.”
“Aku tau kau pasti baik-baik saja. Bisakah kita sudahi saja? Aku sedang sibuk!”
“Baiklah, sepertinya suasana hatimu sedang tidak baik. Lain kali akan ku hubungi lagi. Semoga....” Langsung saja kututup sambungan.
Dia adalah mantan suamiku, Jung Yong Hwa, ayah Kyu. Setelah kami bercerai, satu setengah tahun yang lalu, dia tidak pernah menelponku atau sekedar menanyakan kabar Kyu, tidak satu kalipun. Dan kini tiba-tiba dia menelponku, seolah-olah kami adalah teman lama yang sudah lama tidak bertemu.
Minhyuk dan Kyu lalu menghampiriku.
“Noona, gwaenchanayo? Mukamu pucat.” Minhyuk kahawatir.
“Eomma, ciapa yang telpon?”
“Gwaenchana. Bukan siapa-siapa Kyu, salah sambung.”

Sejak itu aku selalu kepikiran dirinya. Entahlah. Padahal aku nyaris bisa melupakannya. Aku masih belum berani memberitahu Minhyuk, takut menyakiti hatinya. Aku selalu berusaha mengalihkan pembicaraan saat Minhyuk mendesakku bercerita.
Sebulan berlalu, tidak ada telepon lagi darinya. Mungkin hanya penasaran dengan keadaan kami. Tapi baru kusadari baru-baru ini, telepon yang kuterima darinya merupakan sambungan dari luar negeri. Sedang dimana dia saat itu? Ah, apa peduliku!
PIIIIIIIIIP! Nada smsku berbunyi. Pesan dari Minhyuk.
Masih di kafe? Aku akan keluar sebentar lagi. Dosenku hanya masuk sebentar. Jangan kemana-mana ya, yeobo.’
Aissssh! Minta kujitak kepalanya. Tapi sulit rasanya untuk tidak tersenyum.

Minhyuk pov

“Masih jam 2. Nonton yuk?”
“Ani! Kyu pasti sedang menungguku.”
“Tidak apa-apa, kan ada ahjumma yang menjaga.”
“Aku sedang tidak ingin, Hyuk. Bagaimana kalau kita makan mie ramen saja? Di dekat sini ada restoran Jepang.”
“Baiklah..”
Noona menggiringku ke sebuah restoran. Sesampainya di sana, kami mencari tempat duduk yang sekiranya nyaman untuk kami.
“Minhyuk, aku mau ke toilet dulu sebentar.” Akupun mengangguk.
KRIIIIIIIIIIIIIIING! Nada handphone noona berbunyi di atas meja. Dari nomor tidak dikenal. Aku angkat tidak ya? Ah aku kan pacarnya. Angkat saja.
“Tae-ya! Bisa kau temui aku sekarang?” kata pria diseberang telpon.
“Hmm mianhae. Noona sedang ke toilet.”
“Baiklah, akan kuhubungi lagi nanti.”
Sambungan terputus.
Siapa pria itu? Tanpa menyapa langung saja bicara. Apa teman noona? Dia memanggil noona Tae-ya? Bukannya noona benci? Pria itu mengajak noona bertemu? Siapa sih dia? Aissssh, banyak sekali pertanyaan yang muncul di benakku. Ternyata masih banyak yang belum kuketahui dari noona.
“Kau belum memesan?” tanya noona yang baru datang.
“Belum, aku kan menunggumu. Hmm.. Noona, aku punya sesuatu untukmu.” Aku meraih tasku dan mengeluarkan kotak kecil berpita pink.
“Apa itu?”
“Kau ini yeoja tapi tidak peka. Buka saja.”
Noona membukanya.
“Minhyuuuuuk. Kau membuatku terharu. Cincin ini indah sekali.”
“Itu hanya imitasi kok. Tapi suatu hari nanti akan kubelikan yang asli. Pasti.”
Aku meraih kotak itu dari tangan noona, lalu mengambil salah satu cincin yang berukuran lebih kecil.
“Kemarikan tanganmu.” Noona pun menjulurkan tangan kirinya. Aku menyematkannya di jari manisnya.
“Giliranmu, noona.”
Noona meraih cincin yang satu lagi, lalu menyematkannya di jari manis kiriku.
PIIIIIIIIIP! Nada sms handphone noona berbunyi. Diapun mengeceknya. Apa dari pria tadi? Tapi setelah membaca smsnya, wajahnya tiba-tiba berubah 180˚.
“Minhyuk, aku harus pergi sekarang. Kau tau kan rencanaku memasukkan Kyu ke taman kanak-kanak? Kepala sekolahnya ingin menemuiku sekarang.”
“Ara! Pergilah.”
Noona pun pergi.
Timingnya pas sekali. Apa dari pria itu? Tapi noona bilang ingin menemui kepala sekolah. Apa pria itu kepala sekolah? Ya semoga saja begitu. Noona tidak mungkin membohongiku kan?

Taeyeon pov

Tae-ya! Temui aku sekarang di bawah menara jam. Aku akan menunggumu sampai kau datang.’
Begitu aku mendapat sms itu, tiba-tiba tanpa berpikir panjang aku menurutinya. Tapi tidak mungkin kan aku bilang pada Minhyuk kalau aku mau bertemu dengan mantan suamiku, di tengah kencan kami.
Taksi berhenti ditempat yang ku tuju.
“Tae-ya!” terdengar suara yang menyebut namaku. Yonghwa.
Tanpa seizinku dia langsung memelukku. Aku rindu pelukan ini. Tapi tiba-tiba wajah Minhyuk muncul di benakku. Tidak boleh, tidak boleh. Akupun segera melepasnya.
“Kita sudah bercerai Yong! Ingat itu!”
“Aku malah lupa.”
Dan kini dia menggandeng tanganku, lalu menarikku ke suatu tempat. Menara jam.
“Kau inget tempat ini, Tae-ya?” tangannya masih menggandeng tanganku. Entah kenapa aku tidak ingin melepasnya.
“Tempat ini....”
“Tempat aku melamarmu dulu, sekitar lima tahun yang lalu, tepat di hari kelulusanmu.”
Pikiranku penuh dengan kenangan masa lalu. Saat pertama kali aku bertemu Yonghwa sekitar tujuh tahun lalu (waktu itu aku kelas 1 SMA dan dia 3 SMA menjelang hari kelulusannya, kami satu sekolah), saat dia menyatakan perasaannya padaku, saat dia merenggut ciuman pertamaku di hari kelulusannya, dan....saat dia berani melamarku ditengah kesibukan studi kami.
“Kau masih memakainya?” tanya Yonghwa.
“Pakai apa?” tanyaku balik.
“Cincin kita.”
“Ma..mana mungkin aku memakainya. Kita kan sudah bercerai.”
Lalu dia memamerkan jari kirinya. Di jari manisnya masih tersemat cincin yang amat sangat kukenal.
“Aku masih memakainya. Coba lihat tanganmu?” langsung saja dia mengangkat tangan kiriku.
“Kau tidak memakainya.” Tampangnya tiba-tiba serius.
“Ten..tentu saja, kita ini sudah bercerai Yong. Mana mungkin aku memakainya.”
“Dan cincin itu? Kau...?”
“Iya! Aku sedang menjalin hubungan dengan seseorang. Baru berjalan sebulan, tapi kami saling mencintai.”
“Aku kira kau masih mencintaiku.” Nada suaranya datar.
Mwo?
“Harusnya aku yang bertanya begitu, Yong. Kau yang berkhianat!”
Dia melepas genggamannya.
“Ada alasan yang tidak bisa kuceritakan padamu. Mianhaeyo! Tapi aku mencintaimu.” Dia kembali menggenggam tanganku. Akupun menepisnya.
“Katakan itu pada sekretarismu!”
Aku pergi meninggalkannya.
“Tae-ya?!”
Tidak ku hiraukan.

Minhyuk pov

TINGTONGTINGTONG! Orang-orang rumah tidak ada kecuali aku. Terpaksa aku yang buka.
“Apakah ini benar rumah keluarga Kang?” tanya pria itu.
“HYUUUUUUUNG!!!!!!”
Tetanggaku dulu sewaktu tinggal di Ilsan.

“Jadi selama ini kau di Singapura? Kau sombong tidak memberi kabar sama sekali.”
“Haha, mianhae. Tidak bermaksud begitu. Aku sedang terfokus satu hal.”
“Aaaah, pasti istrimu, haha. Mianhaeyo aku tidak bisa menghadiri pernikahanmu saat itu. Aku kangen saat kita ngeband dulu. Andai kau belum menikah, mungkin kita akan serius ngeband.”
PIIIIIIIIIIIP! Nada sms ku berbunyi.
Minhyuk, aku dan Kyu sedang menuju ke rumahmu. katanya Kyu ingin bermain denganmu.”
Aku membalas.
Jangan jadikan Kyu sebagai alasanmu. Aku tau noona ingin bertemu denganku.”
Cepat sekali balasannya.
Kau mau kubawakan batu?”
Aish noona. Asal yang memukul noona aku rela. Cepatlah datang kesini, aku akan mengenalkanmu pada temanku.”
Ya! Sms dari pacarmu ya? Kau lupa aku ada di sini? Senyum-senyum sendiri.”
Aish, hyung tau saja.
“Hehe! Dia akan kemari bersama anaknya. Akan ku kenalkan. Dia yeoja yang cantik.”
“Kau menyukai yeoja yang sudah memiliki anak?” tanya hyung heran.
“Iya. Aku mencintainya. Wae?”
“Aniyo. Wajahmu sangat berseri-seri. Kau pasti sangat mencintainya. Aku ikut senang.”
Hyung menepuk bahuku.
“Sangat. Gomawoyo. Lihat ini,” aku memamerkan cincinku, “ini cincin kami. Ngomong-ngomong mana istrimu? Aku dengar dari eomma, kau sudah punya anak. Kenapa kau tidak mengajak mereka, hyung?”
“Aku sudah.......”
TINGTONGTINGTONG!
“Ah, itu pasti noona. Tunggu sebentar ya hyung.”

Yonghwa pov

Cincin itu? Sepintas mirip dengan cincin yang Taeyeon kenakan kemarin. Cincin itu sedang musim ternyata. Mungkin Cuma kebetulan.
“Hyung, kenalkan. Ini Kim Taeyeon, dan si tampan yang satu ini Jung Hankyu. Nah noona, dia Jung Yonghwa. Dia ini tetanggaku dulu, juga teman ngeband ku. Kami sangat..........”
“Appa~!” tiba-tiba anak kecil yang sangat tak asing bagiku itu memelukku. Anak yang sangat ingin kupeluk satu setengah tahun ini. Anakku.
“Hyung? Dia anakmu?” minhyuk menunjuk ke arahku dengan tampang bingungnya, lalu ke Taeyeon, “dan ini istrimu?”
Aku hanya bisa diam ditanya begitu. Begitupun Taeyeon.
“Appa kok dicini? Berarti appa Kyu dicini cemua.” Dia kembali memelukku erat. Akupun begitu. Rindu rasanya memeluk jagoan kecilku. Satu setengah tahun berlalu, ternyata dia masih ingat aku.
Jadi yeoja yang disukai Minhyuk itu....mantan istriku? Kim Taeyeon? Yeoja yang sangat ku cintai?
“Minhyuk, aku ingin bicara denganmu,” kata Taeyeon lalu menarik paksa Minhyuk ke luar.
Apa yang akan mereka bicarakan? Ah aku penasaran sekali.
“Appa~ appa jangan pelgi lagi ya..”
Aigoo, aku rindu sekali dengan anak ini.
“Appa enggak akan pergi kok.”

Minhyuk pov

Kami hanya terdiam, berjalan tak tentu arah. Aku sendiri masih tidak percaya kalo hyung itu ternyata mantan suami noona.
Noona tiba-tiba berhenti.
“Mianhae, Hyuk. Seharusnya aku cerita padamu. Telepon yang aku terima sebulan lalu, sebenarnya itu dari dia. Dan kemarin...aku menemuinya. Jeongmal mianhae Hyuk.”
Melihat yeoja itu menangis, rasanya aku ingin sekali memeluknya. Ku peluk dia. Ku belai rambutnya.
                “Tidak apa-apa, noona. Yang penting noona sudah mengaku. Dan....hyung hanya masa lalumu kan?” aku berusaha menenangkannya.
                “Kenapa kau tidak marah saja padaku, Hyuk?”
                “Mana mungkin aku marah pada yeoja yang sedang menangis.”
Kini dia memelukku erat. Semoga pelukan ini hanya untukku seorang.
                “Andai saja aku menghadiri pernikahan kalian waktu itu....”
                “...kau tidak akan menyukaiku?” tanya noona lirih.
                “Aniyo. Aku bersyukur Tuhan mencegahku untuk tidak menghadirinya.”
Aku memberanikan diri mengecup bibirnya dan noona tidak menolak.
                “Ayo aku antar pulang. Biar Kyu aku yang antar nanti.”

                Sesampainya di rumah, aku mendapati sepasang ayah dan anak sedang duduk di sofa. Kyu tertidur dipangkuan Hyung. Akupun ikut duduk. Tidak ada suara yang keluar dari mulut kami.
                “Dunia ini sempit sekali.” Hyung memecah keheningan.
Aku hanya bisa tertawa, memaksakan diri untuk tertawa. Entah kenapa suasana jadi dingin begini.
                “Dulu aku berusaha mengenalkan Taeyeon padamu, tapi selalu gagal. Andai saja kau hadir ke pernikahan kami maka...”
                “...maka aku tidak akan menyukai noona? Kurasa tidak. Lagipula kalian kan sudah bercerai hyung. Aku harap kau menyadari itu.”
                “Bercerai bukan berarti kami tidak bisa bersatu lagi.”
                “Mwo?” kata-kata hyung membuatku bergidik.
                “Aku mencintai Taeyeon, sampai kapanpun aku mencintainya. Jauh-jauh aku pulang ke Korea, aku berniat rujuk dengan istriku.”
Tanpa kusadari tanganku sudah mengepal.
                “Kau.....”
Tiba-tiba hyung berdiri sambil menggendong Kyu yang tertidur.
                “Aku akan membawa Kyu pulang.”
                “Andwae!”
                “Wae? Aku berhak karena aku ayahnya.”
Hyung berjalan melewatiku.
                “Aku harus mengantarkannya ke rumah noona.”
Tanpa menoleh hyung berkata, “Aku memang akan mengantarkan Kyu ke sana kok. Aku masih hafal betul rute daerah sini, lebih darimu. Jangan khawatir”
KLEK! Pintu tertutup.

Taeyeon pov

                Apa-apaan ini? Yonghwa dan Minhyuk saling kenal dekat? Rasanya pusing kepalaku memikirkannya. Satu namja yang pernah kucintai dan satu lagi yang sedang kucintai, kini hadir di dalam hidupku bersamaan. Aigoo!
TINGTONG! Ah, itu pasti Minhyuk.
KLEK!
                “Minhyuk, kau.....”
Betapa kecewanya aku ternyata yang datang bukan yang kuharapkan.
                “Kau ingin Minhyuk yang datang? Dugaanmu salah.”
Tanpa dipersilahkan, Yonghwa masuk bersama Kyu yang digendongnya. Dia meletekkan Kyu di kamar Kyu. Dia masih ingat.
Aku malas berkata-kata.
                “Haaaaaaaaaaaah, aku rindu rumah ini.”
Aku masih tidak bisa bergerak dari pintu.
                “Kau sedang apa Tae-ya? Sini duduk disampingku. Kau kan dulu suka begitu.”
Tiba-tiba air mataku menetes. Air mata yang sudah lama tidak kuteteskan untuk Yonghwa.
                “Maumu apa Yong sebenarnya? Kau datang disaat aku tidak ingin mengharapkanmu.”
Diapun berjalan menghampiriku. Dan kini dia tepat di hadapanku.
                “Melihat kau menangis begini, aku merasa kau masih mencintaiku Kim Taeyeon.”
Dia memelukku. Aku berusaha melepaskannya, namun pelukannya sangat kuat.
                “Saranghaeyo, Taeyeon. Masih seperti dulu.”
Aku bergidik mendengar dia berkata begitu. Bayangan Minhyuk lagi-lagi muncul.
                “Kau masih mencintaiku juga kan?”
Aku hanya diam. Tiba-tiba Yong melepaskan pelukannya.
                “Aku tau cara mengetahui kau masih mencintaiku atau tidak.”
Kini badannya condong ke arahku. Bibirnya berhasil mendarat di bibirku. Entahlah, aku tidak berkutik.
Lalu dia berbisik tepat ditelingaku.
                “Gomawoyo, yeobo! Aku sudah menemukan jawabannya.” Sebuah senyuman tersungging di bibirnya.
Apa maksudnya? Aku masih mencintainya? Haha?!        
“Aku pergi dulu, besok aku akan datang lagi.”

                Apa benar Yonghwa akan datang hari ini? Aish, apa peduliku. Ingat Taeyeon, kau sudah punya Minhyuk.
PIIIIIIIP!
                ‘Noona, nonton yuk?! Aku punya dua tiket. Kalau kau mau, aku akan menjemputmu sekarang.’
Kesempatan bagus, mungkin dengan kencan dengan Minhyuk aku bisa melupakan kejadian kemarin.
                ‘Aku mau!’
Sebaiknya Kyu kutinggalkan bersama bibi saja dirumah.

Minhyuk pov

                “Filmnya lucu sekali, ya kan noona?” tanyaku pada noona.
Noona tidak menjawab. Dari tadi aku perhatikan noona melamun terus. Aku tau apa penyebabnya.
CIIIIIIIIIIIIIIIT! Aku injak rem dalam-dalam.
                “Minhyuk! Kau bisa nyetir tidak sih?” tanya noona yang baru tersadar dari lamunannya.
                “Kau kenapa, noona?”
                “Aku kenapa? Harusnya aku yang tanya begitu.”
                “Kau melamun terus. Akui saja dan jangan membantah. Apa karena hyung?”
Lagi-lagi noona hanya diam.
                “Benar dugaanku.”
Aku kembali menyetir mobil, melaju dengan kecepatan 60 km/jam.
                “Mianhae, Hyuk. Situasi ini benar-benar membuatku bingung.”
                “Kau bingung kenapa noona? Karena hyung? Aku kira kau sudah tidak mencintainya lagi.”
Tak terasa kami sudah sampai tepat di depan rumah noona.
                “Kau tidak mengerti posisiku sekarang Hyuk. Kau tidak mengerti.”
                “Kau....masih mencintai hyung?”
Noona tidak menjawab.
                “Kalau kau masih mencintainya, lantas kenapa bercerai? Bisa kau ceritakan padaku? Biar aku mengerti posisimu.”
Aku menunggu jawaban noona, lama sekali dia terdiam sampai dia angkat bicara.
                “Dua tahun yang lalu, sikap Yong tiba-tiba berubah drastis. Dia jadi dingin padaku dan juga jarang pulang ke rumah. Lalu satu setengah tahun yang lalu, seorang yeoja yang mengaku sebagai sekretaris Yong, datang padaku dan mengaku bahwa dia telah menjalin hubungan dengan Yong. Mendengarnya membuatku ingin mati. Ditambah Yong tidak pulang selama sebulan, tidak memberi kabar sama sekali. Tau-tau aku menerima surat cerai dari pengacara Yong. Sejak saat itu aku tidak pernah berhubungan lagi dengan Yong, sampai pada saat akhir-akhir ini. Kemunculannya membuatku bimbang. Dia muncul disaat aku nyaris berhasil melupakannya.”
Noona mulai menangis.
                “Lalu....”
                “Stop, noona. Aku sudah mengerti.”
Aku meraih tangan kiri noona, lalu mengambil cincin yang ia kenakan.
                “Minhyuk-ah?”
                “Ambil cincin ini bila kau sudah memantapkan hatimu untukku. Bagaimanapun, aku tidak mau yeojachinguku membagi cintanya pada orang lain. Aku akan menghormati segala keputusanmu, noona.”
Aish, ada apa dengan diriku? Bisa-bisanya bicara begitu.
                “Kau sudah dewasa ternyata.” Noona mengacak-acak rambutku. Lalu memelukku.
Aku harap keputusanmu sesuai harapanku noona. Harapanku adalah noona selalu bahagia.

Taeyeon pov

                Anak itu, ah maksudku Minhyuk, aku terharu pada kata-katanya tadi. Kini dia sudah menjadi pria dewasa.
KLEK!
                “Lama sekali kau pulang Taeyeon?”
                “Yonghwa? Sedang apa kau disini?”
Dia menghampiriku.
                “Kemarin kan aku sudah katakan akan kemari hari ini. Aigoo, kau pikun ternyata.”
Aku bukannya lupa, aku kira dia tidak serius.
                “Kajja, cuaca sedang bagus. Kita main ke taman. Kyu dan ahjumma sedang ke supermarket.”

                “Besok aku akan kembali ke Singapura.”
Kembali?
                “Kau tinggal di Singapura?"
                "Ne!"
                "Lantas?”
                “Aku harap kau dan Kyu juga ikut.”
                “Mwo?”
                “Hahaha, kau memang tidak berubah Taeyeon. Tetap saja tidak peka sama hal beginian. Aku ingin rujuk. Kau mau kan?”
Mwo? Rujuk? Tiba-tiba saja bayangan Minhyuk yang muncul di benakku.
                Setiap aku memeluk Minhyuk, aku bisa melupakan Yonghwa sejenak. Tapi jika Yonghwa memelukku, selalu bayangan Minhyuk yang muncul.
    Aniyo! Aku memang pernah mencintai Yonghwa, tapi itu dulu. Kini dihatiku sudah ada Minhyuk. Kang Minhyuk.
    “Aku tidak bisa Yong.”
    “Wae?”
Akupun menatap Yonghwa lekat-lekat. Namun aku melihat darah segar yang mengalir dari hidung Yong.             
                “Yonghwa? Hidungmu? Kau mimisan,” kataku sambil mengacak-acak tasku mencari tisu. Tapi Yonghwa sudah membersihkannya terlebih dahulu dengan sapu tangannya.
                “Sudah kubereskan.”
                “Gwenchanayo? Wajahmu pucat Yong?”
                “Gwenchana. Aku suka mimisan kalau kecapekan.”
Aku tidak pernah tau itu.
                “Wae, Tae-ya? Apa karena Minhyuk?”
Aku mengangguk dengan mantap.
                “Ternyata kau benar-benar mencintai Minhyuk. Arasso. Kalau Minhyuk yang ada disampingmu, aku bisa tenang sekarang.”
                “Mwo?”
                “Aku harap kau bahagia dengan Minhyuk.”
Yonghwa menyunggingkan senyuman mautnya. Dia masih tampan, sama seperti dulu. Hanya saja sekarang dia kurusan, pipinya juga tirus. Dia terlalu memforsir kerjanya. Itulah Yonghwa, si pekerja keras.
                “Selamat tinggal Tae-ya.”
                “Cih, kau mengucapkannya seolah-olah kita tidak akan bertemu lagi.”
                “Hahaha..”
Yonghwa kini sudah lenyap dari pandanganku.
                Apa yang harus aku lakukan sekarang? Tentu saja menemui Minhyuk dan meminta kembali cincinku.

Minhyuk pov

                Kupandangi dua cincin yang pernah aku dan noona kenakan dengan dua cincin yang lebih indah. Cincin ini kubeli tepat setelah aku memberikan cincin yang satu lagi pada noona. Aku ingin sekali melihat noona memakai cincin ini. Aku menepati janjiku kan, noona? Ini cincin yang asli. Aku berniat melamar noona dengan cincin ini.
                Tapi apakah noona akan datang dan mengambil cincinnya? Aku tidak tau.
KRIIIIIIIIIIIIIIIIIING! Noona menelponku.
                “Noona?”
                “Minhyuk, cepat buka pintunya. Bel rumahmu mati, dari tadi aku gedor tidak ada yang membuka. Kau dirumah kan?”
KLIK! Langsung kuputus sambungannya. Aku pun berlari menuju pintu. Apa noona sudah membuat keputusan?
KLEK!
                “Noona?”
                “Minhyuk-ah, kembalikan cincinku!” tangannya menengadah ke arahku.
                “Mwo?”
Jinjja? Noona memilihku?
                “Cincinku Minhyuk-ah! Cincin yang tadi kau ambil. Cepat berikan!”
                “Noona??? Kau...?”
                “Aish, kau selalu bilang aku tidak peka. Namja aneh!” Sebuah senyuman manis tersungging di bibir noona. Akupun memeluknya.
                “Nomu saranghaeyo, Kang Minhyuk.”
                “Saranghaeyo Kim Taeyeon. Ah cincinmu....sebentar, aku ambil dikamarku dulu.”
Aku berjalan ke kamarku, mengambil cincin. Tapi bagaimana dengan hyung? Pasti dia sakit hati sekali. Mianhae hyung, jeongmal mianhae.
                Aigoo! Aku bingung harus memberikan cincin yang mana. Apa aku lamar saja sekarang? Aish, aku tidak siap. Harusnya aku latihan kata-kata dulu. Ah nanti saja kuberikan, saat aku sudah benar-benar siap untuk melamarnya. Akan kuberikan cincin yang pernah noona pakai saja.
                “Noona, ini mil..... noona, gwaenchana? Siapa yang telpon?” ekspresi wajah noona seperti orang ketakutan.
                “Yonghwa......”

*bersambung*

6 comments:

  1. sedih, yong oppa mimisan T^T
    yong nya sakit ya? gimana entar reaksinya taeyon --a
    yay makin banyak konflik :D
    penasaran (lagi) lanjut :3

    ReplyDelete
  2. keren cetitanya chingu.
    kasian minhuk kasian juga yonghwa chingu. terharu.
    *ngelap airmata*

    ReplyDelete
  3. berapa part ini??
    arghhh sebel deh!!
    kenpa harus nunggu lagi endingnya??
    waahhh

    *hehehe
    suka banget chingu!! ayoh lanjtkan!

    ReplyDelete
  4. lanjutannya onn....yao ayo penasaran nih

    ReplyDelete
  5. sim salabim lanjutanya prok prok prokk ...
    GPL yaw mpep .. gak pake lamaa :P

    ReplyDelete
  6. sumpah!!! kereenn!!!

    ReplyDelete

Cara komen (bagi yang kurang jelas):

1. Ketik komen kalian di kotak komentar.

2. Di samping 'Berikan komentar sebagai', klik Google (bagi yang menggunakan Blogspot) atau LiveJournal/Wordpress/AIM/TypePad/OpenID (bila kalian mempunyai akun disana)

3. Atau bagi yang tidak punya akun sama sekali / tidak mau ribet, klik NAME/URL (kosongkan URL bila tidak mau ditampilkan)

4. Klik 'Poskan komentar'