Rating: Teenager
Genre: Romance
Pemeran:
- Minhyuk CNBLUE
- Park Eunjung (reader)
Pemeran Pembantu:
- Park Eunsung (whoever)
Pernah dipostig di: Facebook (Damar Oktarini)
Note: semoga kalian suka dan bisa memimpikan Minhyuk yaa ehehehehe ^^
Seorang anak laki-laki berumur 8 tahun yang sedang duduk di bawah pohon itu tersenyum padaku. Senyumnya hangat dan membuat hatiku senang. Ia menggenggam sebuah ukiran kayu berbentuk kunci. Sangat indah dan cantik. Aku menghampirinya tanpa ragu. Kubaringkan badanku di pohon itu dan duduk tepat disebelahnya.
“kenapa kau selalu memegang kunci itu?” tanyaku padanya seraya menatap kunci yang dipegangnya. “ini……aku ingin memberikannya pada seseorang” jawab anak laki-laki itu. “oo yeoppeoda .Nugu?” tanyaku penasaran. Ia hanya tersenyum malu sambil menatap ukiran itu. “aku yakin ia pasti akan menerimanya. Karena ukiran ini cantik sekali” pujiku. “semoga saja. Aku membuat ini sejak 3hari yang lalu hehehe” balas anak itu senang. Aku hanya tersenyum. Tiba-tiba kakakku datang menghampiri kami. “Eunjung-a! sedang apa disana?” Tanya kakakku dari bawah bukit kecil ini. “aku sedang bermain dengan Minhyuk, eonni. Kemarilah!” balasku. Kemudian kakak mendaki bukit kecil ini dan sampai di hadapan kami.
“apa itu?” Tanya Eunsung eonni pada Minhyuk seraya melihat ukiran kunci yang ia pegang. “aa emm” Minhyuk tampak gugup. Mukanya memerah dan ia menjadi salah tingkah. “Minhyuk-a! apa itu? Cepat perlihatkan padaku!” suruh kakak kasar. Eunsung eonni memang anak yang kasar. Selalu saja membuat masalah di sekolah karena sifat bandel nya itu. Eonni kemudian merebut ukiran itu secara paksa dari tangan Minhyuk. Minhyuk hanya menunduk pasrah melihat ukirannya direbut. “em itu……..itu unt..” ucapan Minhyuk terpotong oleh kata-kata eonni “ ukiran macam apa ini! Bentuknya jelek dan berantakan” ejek eonni dengan teganya. ”eonni, itu akan Minhyuk berikan pada seseorang. Kembalikan!” ucapku. Eonni hanya memandang ukiran itu, ”barang jelek begini akan kau berikan pada siapa? Aku yakin ia tak akan menerimanya” balas eonni. Minhyuk menunduk pasrah, aku tak bisa tinggal diam dengan perbuatan eonniku ini. ”kembalikan eonni!!” pintaku paksa. ”sudahlah Eunjung.........memang benar, ia pasti tak akan mau menerimanya.....”ucap Minhyuk lemas. Aku merasa bersalah atas perbuatan eonniku ini. ”haha nih ambilah kalau bisa” ucap eonni sambil mengumpankan ukiran itu padaku dan Minhyuk. Tanpa pikir panjang, aku pun langsung mengambil ukiran itu dari tangannya. KREEEK! Ukiran itu patah dan terbelah jadi 2 bagian. ”aa Min.... Minhyuk-a mi.....mianhe......” ucapku takut. Eonni hanya diam dengan muka juteknya. ” Minhyuk-a...mianhe, jeongmal mianhe. Aku akan segera memperbaikinya” ucapku memungut 1potong ukiran itu. Eonni tak mau meminta maaf, aku semakin merasa bersalah padanya. ”sudahlah Eunjung, tak usah kau perbaiki. Lebih baik ukiran itu patah seperti itu” ucap Minhyuk sambil memungut 1 potong ukiran itu lantas pergi dengan muka kecewanya. ” Minhyuk -a!!! Minhyuk -aaaaaaa”
.......................................................................................................................................................
BRAAK. Seketika tubuhku jatuh dari kasur kayu ini. Suara alarm yang tak henti-henti memekakan telingaku. Aku pun tersadar dari tidurku. Kepalaku pusing akibat benturan tadi.
”hh mimpi itu lagi” gumamku. Sudah lebih dari 2 kali aku memimpikan mimpi yang sama. Orang yang sama dalam mimpi, tempat yang sama, dan kejadian yang sama pula. Aku tidak kelelahan atau stress karena sesuatu. Tapi mimpi itu berulang kali datang ke tidurku. Seingatku, itu terakhir kalinya aku bertemu Minhyuk. Sebelum ia akan pindah ke Jepang bersama eomma nya. Aku dan eonni tak pernah lagi melihat sosoknya pulang ke Seoul. Keberadaannya pun sudah tak pernah terdengar di telinga kami.
Tak mau memikirkannya, aku pun segera bergegas pergi ke kampus. Hari ini hujan. Aku suka hujan. Karena setiap hujan dan mendengar suara air yang gemercik, aku merasa nyaman. Dengan earphone yang terpasang di kupingku, aku siap melangkah menuju kampus. Kulangkahkan kakiku menuju halte bus terdekat. Aku berdiri sendirian di halte itu sambil memandangi jalanan yang lengang dan basah. Sebuah bus berhenti tepat di halte tempatku berdiri. Tapi bukan ini bus yang kutunggu. Mataku melempar pandang pada kursi belakang bus. Terdapat seorang namja yang tengah tertidur disana. Menyenderkan kepalanya pada jendela bus. Mukanya familier di mataku dan amat sangat kukenal. Tapi aku tak bisa mengingatnya. Aku mencoba mengingatnya tapi ingatan wajahnya tak kunjung datang di pikiranku. Sampai akhirnya bus ku datang dan aku harus segera naik.
”ne- aku akan segera kesana. Eonni tunggulah disana” ucapku pada seseorang di telepon. Eunsung eonni mengajakku untuk makan siang bersama di cafe terdekat dari kampusku. Aku pun langsung meluncur ke cafe itu. Saat sampai cafe, seseorang dengan blazer hitamnya tengah duduk di pojok ruangan di temani secangkir coffee. ”eonni!!!!” triakku sambil berlari kecil menghampirinya. Sudah 2tahun ini aku tak bertemu dengannya karena urusan pekerjaannya yang mengharuskannya tinggal di Osaka. ”aa jeongmal geuriwo!!” ucapku sambil memeluk eonniku tersayang. ”na do! Bagaimana keadaanmu? Sehat kah?” tanyanya. Aku mengangguk senang. ”eonni nampaknya sehat sekali ya. Tak perlu lagi aku menanyakan kabarmu hehe” eonni hanya tertawa sembari membenahi rambut indahnya. Eonni memang telah berubah. Ia menjadi sangat feminin sejak masuk kuliah. Entah apa yang membuatnya berubah menjadi seperti sekarang ini.
”eonni, bagaimana Osaka?” tanyaku. Ia tersenyum senang sebelum menjawab pertanyaanku. ”sangat menyenangkan. Bagaimana tidak...........nih” jawabnya sambil memamerkan jarinya di depanku. Sebuah cincin berlian putih sudah melingkari jari manisnya dengan begitu cantik. ”OMO! Apa itu?” tanyaku tak percaya. ”babo! Ini cincin tau!” balas eonni. ”aku tahu. Tapi.........aaaa jjinca!!” aku sudah bisa menebaknya. Eonni memang pernah bercerita tentang seseorang di Osaka yang tengah dekat dengannya. Tapi tak sepesat ini hubungan mereka. ”em Keita mengajakku bertunangan. Dan ini cincin tunangan kami. Aku pulang karena ingin memberitahumu. Eunjung-a baru kali aku merasa sesosok namja hangat seperti Keita. Dan aku pun yakin, dialah calon suamiku nantinya” ucap eonni dengan mata teduhnya. Wajahnya terlihat sangat bahagia.
”eonni- aku terima saja apapun keputusan eonni dengan Keita oppa. Untuk kebahagian eonni juga aku sangat menerimanya. Aku senang eonni punya seseorang seperti oppa. Hehe cih....baru 2tahun kau tinggal disana sudah bertunangan. Apalagi kau tinggal 5 tahun disana!” eonni hanya tertawa mendengar ucapanku barusan. ”ahaha aku pun bingung. Kami memutuskan untuk serius. Keita pun sepikiran denganku. Hehehe” balas eonni. ”em aku iri padamu hh” ucapku sambil menghela napas panjang. ”suatu saat nanti pasti akan ada yang datang. Tunggulah” balasnya sambil tersenyum manis. ”mau menunggu sampai kapan? Sampai aku jadi tua?” lagi-lagi eonni tertawa lalu meneguk coffeenya. Kami senang bisa bertemu kembali seperti ini.
........................................................................................................................................................
Esoknya eonni menginap di apartemen kami untuk beberapa hari. Orangtuaku telah tiada sejak 2 tahun yang lalu. Sejak saat itulah kami tinggal di apartemen ini. Karena hari sudah larut, kuputuskan untuk segera tidur. ”eonni, jumuseyo!” ucapku lalu menutup pintu kamar eonni. Eonni hanya tersenyum lalu mematikan lampu kamarnya.
Aku yang sudah memejamkan mata lagi-lagi terbangun. ”berdoa! Semoga mimpi itu tak datang lagi!” gumamku sambil menengadahkan tangan. Aku menghela napas panjang sebelum memejamkan mata. Tak lama, aku pun terlelap dan semuanya gelap.
”kenapa kau murung” tanyaku pada anak laki-laki di hadapanku. Ia tampak murung dan sedih. ”kenapa aku tak pernah bisa membuat Eunsung tersenyum di depanku” jawabnya sambil memandang sebuah lolipop. Lollipop yang ingin ia berikan untuk Eunsung, kakak perempuanku. ”Minhyuk-a kakak sedang tak bisa makan permen” ucapku terpaksa berbohong untuk menghiburnya. Anak laki-laki yang lebih tua setahun dariku ini tengah mamandangku. ”jeongmal?” tanyanya. Aku mengangguk. ”ini. Untukmu saja.”ucapnya sambil memberikan lollipop yang ia pegang sedari tadi. ”kenapa kau tak memakannya saja?” tanyaku. Ia menggeleng, ”aku tak bisa memakannya karena Eunsung juga tak bisa memakannya. Jadi buatmu saja” ucapnya menawarkan lollipopnya. Aku masih terdiam memandang lollipop itu, ”ambillah, anggap saja ini untukmu” ucapnya lagi. Aku pun menerimanya dengan anggapan kalau lollipop ini untukku. ”gomawo” ucapku. Ia tersenyum manis sambil mengusap kepalaku. ”andai saja Eunsung noona seperti dirimu” ..................
.......................................................................................................................................................
HAH !!!! triakku seketika bangun dari tidurku. Lagi-lagi aku memimpikannya. Napasku tak beraturan, tubuhku penuh dengan keringat. Eonni yang mendengar suara teriakanku langsung datang ke kamarku.
”ada apa Eunjung?” aku masih bengong tak sadar. Aku tak percaya mimpi ini lagi-lagi datang padaku. ”waeyo eunjung-a?” tanya eonni mengusap keringatku. Aku menggelengkan kepalaku. Kutatap wajah eonni yang tengah khawatir padaku. Ia memberikaku segelas air putih. Aku menangkis tangannya, ”aku ngga mau” ucapku kesal. Rasanya aku jadi benci eonni entah kenapa.
”tenangkan dirimu dulu” ucap eonni. Sebisa mungkin aku atur napasku dan menenangkan diri. ”waeyo?” tanya eonni lagi. Aku menghela napas panjang. Kutatap wajahnya yang cemas menantikan jawaban dariku. ”gwaenchana” ucapku. Aku tak bisa mengatakan apa-apa pada eonni.
”kau yakin kau gapapa? Mungkin hanya mimpi buruk. Eonni akan temani kamu tidur ya” ucap eonni. Aku hanya mengangguk. Ya, mungkin ini mimpi buruk. Mimpi buruk yang ga akan datang lagi esok. Aku pun berbaring kembali. Kenapa Minhyuk lagi? Kenapa Minhyuk yang begitu senang dengan eonni? Dan kenapa aku merasa sakit hati dengan mimpi itu? Pertanyaan itu melayang-layang di pikiranku. Membuatku tak bisa tidur hingga pagi tiba.
”Kau sudah baikan?” tanya eonni. Aku mengangguk. ”aku berangkat ya eonn. Bye!” ucapku langsung bergegas menuju kampus. Tak ada yang spesial di kampus. Aku melewati hari ini lagi-lagi dengan tanpa semangat. Mimpi tu membuat pikiranku pusing dan terbebani.
”aku pulang!” ucapku. Eonni yang tengah membereskan apartemen menoleh kepadaku. ”ah annyeong! Udah makan siang?” tanyanya. Aku mengangguk lemas. Aku pun berjalan menuju kamar. Saat kubuka pintu kamar, semua barang telah berserakan di lantai. ”eonni kenapa kamarku berantakan seperti ini?” tanyaku. Eonni pun mendatangi kamarku, ”aku sedang membereskannya. Baru beberapa tahun aku tinggal, kenapa apartemen ini begitu berantakan. Kau ini males sekali sih untuk beres-beres” ucap eonni. ”aku tak ada waktu untuk membereskan semuanya” elakku sambil berbaring di kasur. ”ayayaya ga ada tiduran jam segini. Cepat bantu eonni membereskannya. Kan kau juga yang tinggal disini” paksa eonni sembari menyeret tanganku.
Siang ini aku habiskan waktu ku untuk membereskan apartemen bersama eonni. Aku akan membereskan kamarku terlebih dahulu. Saat membongkar lemari, kulihat barang-barang yang sudah lama tak kupakai. Beberapa komik lama yang sudah berdebu membuatku senang karena akhirnya aku menemukan komikku kembali. Saat membongkar lemari di bawah kasurku, aku menemukan sebuah kotak kayu usang. Kotak itu terkunci rapat oleh gembok. Aku mencoba mengingat-ingat kotak kayu itu. Rasanya aku pernah melihat kotak kayu ini. Aku pun mencoba mencari kunci dari gembok ini. Ternyata di bawah kotak itu terdapat sebuah kunci yang di perban dengan lekat. Aku pun membuka perekat itu lalu membuka kotak kayu usang itu dengan tak sabar. Saat kubuka, aku melihat beberapa fotoku dan eonni. Fotoku dengan kedua orangtuaku juga ada di kotak itu. Tak hanya foto, beberapa jepit rambut kembarku dengan eonni juga ada disana. Di dalam kotak itu terdapat sebuah kantong biru yang berdebu. Aku pun membukanya. Dan apa yang aku lihat benar-benar membuatku tersentak kaget. Kantong itu berisi sebuah lollipop dan sepotong ukiran kayu berbentuk kunci. Aku tak percaya ini. Kenapa barang-barang yang kutemui di mimpi ada di dalam kotak ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tak ingat apapun.
Jantungku berdegup kencang, beberapa peristiwa di mimpi itu tiba-tiba muncul. Membuat kepala ku pusing dan sakit. Eonni menghampiriku dengan cemas, ”eunjung-a gwaenchana?” tanyanya. Aku tak bisa berkata apapun. Pandanganku kabur dan tubuhku lemas. Hingga akhirnya semua gelap.
......................................................................................................................................................
”aku........menemukan ini di kotak itu. Dan aku tak bisa mengingat apapun. Barang-barang ini benar-benar ada di mimpiku. Aku tak tahu apa yang sebenarnya sedang kualami. Katakan sesuatu padaku eonni kalau ini bukanlah kenyataan” ucapku pada eonni yang tengah menunduk. Matanya telah berlinang airmata.
”ini......kenyataan Eunjung-a” ucapnya. Bibirnya bergetar. Tangannya begitu keras menggenggam tanganku. Apa ini? Kenapa eonni begitu rapuh. Aku tak pernah melihat eonni seperti ini sebelumnya.
”katakan padaku eonni. Semua ini apa? Dan kenapa mimpi itu berulang kali datang padaku” eonni mengusap airmatanya. Mencoba mengatakan sesuatu tapi rasanya berat untuk mengatakannya. Aku menantikan jawabannya. Tapi tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Ia menunjukkan selembar foto lama yang tak ku ingat. Lalu eonni mau membuka mulutnya.
”ini. Foto kita sewaktu umurku 10 tahun, kau 7 tahun dan Minhyuk 8 tahun....” ucapannya berhenti. Ia menangis lagi, ”kau ingat Minhyuk kan?” ucapnya. Aku menatapnya bingung. ”Minhyuk, anak di mimpi itu” tebakku. Eonni mengangguk, ”mungkin. Dan ini lollipop yang diberikannya untukmu, lalu ukiran ini ukiran yang ingin ia berikan pada seseorang . Karena kita bertengkar dan memperebutkannya, ukiran ini patah terbelah dua.................” jelas Eunsung eonni. Aku menatapnya tak percaya. Apa ini? Kenapa yang ia cerita begitu sama dengan mimpiku.
”eonni- kenapa.....kenapa semua kejadian itu sama dengan apa yang ada dimimpiku?” tanyaku tak percaya. Eonni diam tertunduk. ”Eunjung-a....”panggilnya. Ia menggenggam tanganku. ”berjanjilah padaku” ucapnya. Tangannya bergetar, matanya begitu sendu. Aku mengangguk pelan. ”berjanjilah padaku, kau ga akan membenciku lagi” ucapnya. Aku semakin tak mengerti dengan ucapan eonni.
”be...benci?” tanyaku. Eonni mengangguk. ”aku akan menjelaskan semuanya. Dengarkan dengan tenang” printahnya. Aku hanya mengangguk meng-iyakan. Tak lama eonni mengambil sebuah buku harian dari kamarnya. Buku harian yang sudah lusuh ia pegang dan ia tunjukkan kepadaku. Aku menatapnya bingung, ”apa itu?” tanyaku. Ia lalu duduk di kasurku dan menjelaskan semuanya.
”ini, buku harianmu dulu. Dulu kau suka menulis buku harian. Kau ingat Minhyuk bukan?” tanya eonni. Aku mengangguk, ”Minhyuk, temanku sewaktu SD dan kita selalu main bersama bukan?” tanyaku. Eonni mengangguk.
”dulu, Minhyuk suka memberikanku hadiah-hadiah. Tapi aku selalu saja menolaknya. Aku tak suka dengan barang-barang pemberiannya. Sampai suatu hari, ia membuatkan ini untuk seseorang” ucap eonni menunjukkan sepotong ukiran kayu yang telah terbelah dua. Aku mengangguk tanda mengerti. Lalu eonni melanjutkan ceritanya kembali.
”sebelum ia pergi ke Japang, ia ingin memberikan ini untuk seseorang. Tanpa aku tahu kalau barang ini penting baginya, aku merebutnya dan mengejek ukiran kayunya. Kau selalu saja membelanya. Sampai-sampai kau merebutnya kembali dari tanganku. Ukiran itu patah. Sebelah dari potongan ini ada padanya” jelas eonni. Aku pun memperhatikannya serius. Benar-benar sama dengan apa yang ada di mimpiku.
”dan lollipop ini, aku tak begitu ingat dengan kejadiannya. Tapi yang aku ingat lollipop ini selalu ia berikan padaku. Tapi aku selalu menolaknya. Dan aku tak tahu kenapa ini ada padamu” jelasnya sambil menunjukkan lollipop ini padaku. Tapi kenapa aku tak ingat apapun?
”hh lalu aku harus berjanji apa pada eonni untuk tidak membenci eonni seperti dulu?” tanyaku. Eonni menunduk sejenak sebelum ia menjawab pertanyaanku.
”hh 5 tahun lalu, kau mengalami kecelakaan. Mobil eomma dan appa menabrak sebuah truk besar di jalan tol. Eomma dan appa meninggal seketika. Dan kau mengalami koma beberapa bulan. Saat itu aku memang tidak ikut dengan kalian karena sesuatu. Disaat kau koma, aku selalu berdoa supaya kau bisa kembali sehat. Doaku terkabul,ada keajaiban yang Tuhan berikan padamu sehingga kau bisa sembuh, tapi tidak dengan ingatanmu.......” eonni menghentikan ucapannya. Ia menangis terisak mengingat kejadiaan itu. Aku menggenggam tangannya yang gemetar. Meyakinkannya untuk terus bercerita.
”dokter memvonismu...........kau kehilangan semua ingatanmu. Kau tak ingat siapa diriku, tak ingat semua orang yang pernah kau kenal. Saat itu aku sedikit bersyukur. Setidaknya kita bisa akur seperti masa-masa kecil kita dulu” ucap eonni tersenyum. Aku tak mengerti maksudnya. Jadi selama ini aku hilang ingatan. Aku mengerti semuanya. Aku mengerti kenapa aku tak bisa mengingat semua kenangan ini.
”lalu, aku terus mengingatkanmu tentang semuanya. Tapi tidak dengan ini semua” ucap eonni. Aku menatapnya heran, ”maksud eonni?” tanyaku. Ia menghela napas panjang.
”aku memang jahat. Aku sengaja tak mengingatkan masalah ini padamu. Karena.............Karena kau dulu membenciku. Kau begitu benci padaku karena 1 hal yang tak kupercaya. Karena itulah kita tak pernah akur sampai akhirnya kecelakaan itu terjadi” jelasnya.
”1 hal? Apa itu ?” tanyaku. Eonni tersenyum. Ia memberikan buku harian lusuh itu padaku dan menyuruhku untuk membacanya. Aku membuka sampul buku itu. Isinya berisi semua kenangan masa kecilku dengan eonni dan Minhyuk. Saat sedang membaca lembar demi lembar buku harian itu, aku menemukan 1 lembar dimana aku menulis kata-kata yang membuatku kaget.Aku benci eonni dan tak akan pernah memaafkannya. Itulah tulisan di buku harian itu. Saat membaca semua isi buku harian itu aku menatap eonni. Kini aku mengerti semuanya. Ternyata aku menyukai Minhyuk sejak kecil !!!
.....................................................................................................................................................
Sudah 3 bulan berlalu sejak eonni menceritakan itu semua padaku. Kini aku tahu semuanya. Aku tahu kenapa mimpi itu terus datang padaku. Aku bisa hidup dengan tenang tanpa di bayangi kehidupan masa laluku. Aku berjalan menuju halte bus untuk ke kampus. Hari ini hujan. Hari yang paling kusuka. Aku membuka payungku dan siap menuju kampus. Saat di halte bus aku menunggu bus menuju Gongwon. Bus pun berhenti, ku langkahkan kakiku masuk ke dalam bus. Setelah menggesek kartu pembayaran di bus, aku duduk di kursi tengah. Menatap ke arah jalanan. Aku menggenggam sepotong ukiran kayu yang Minhyuk berikan dulu. Pikiranku mulai menjelajah. ”kenapa eonni mengejek ukiran ini? Menurutku ini ukiran yang bagus” gumamku. Aku menatap ukiran itu. Bibirku menyunggingkan senyuman tipis. Seandainya ini ia berikan padaku. ”haha babo eunjung-a!” ucapku sambil menggetok kepalaku sendiri.
”halte gongwon!” suara mesin otomatis bus pun berbunyi. Dan disinilah aku harus turun. ”jamkan ajussi!” ucapku terburu-buru. Tanpa sadar aku telah menjatuhkan potongan ukiran kayu itu. ”noona- apa ini milikmu?” tanya seorang namja yang duduk di belakangku. Aku menatapnya. Namja itu memperhatikan ukiran kayu itu dengan seksama. Jantungku berdebar cepat sekali. Apa-apaan ini. ”ah ne- kamsahamnida” ucapku lalu turun dari bus ini. Namja itu menatapku dari bus. Tak lama lalu ia tersenyum padaku. Kenapa ia tersenyum padaku? Ah tak mau memikirkannya, aku pun langsung menuju kampus.
........................................................................................................................................................
Sebuah telepon dari eonni membangunkan tidurku. “wae?” tanyaku lemas. Suara eonni begitu bersemangat sekali sampai-samapi aku tak tahu ia bicara apa. Pagi ini akan jadi pagi tersibukku karena wanita berumur 22 tahun itu akan datang ke apartemen ini dengan calon suaminya. Aku harus menyiapkan segalanya untuk menyambut kedatangannya.
TING TONG........ Bel rumahku berbunyi, aku pun bergegas menuju pintu. “waa cepat sekali datangnya” aku pun langsung membuka pintu apartemen ini. Seorang namja berdiri tegak di depan pintu apartemenku. Aku tak mengenalnya. Tapi seperti pernah melihat wajahnya. ”ah joesanghamnida- nuguyeyo?” tanyaku polos. Ia tersenyum ramah. ”aku teman Eunsung. Kudengar katanya ia akan pulang hari ini bukan?” tanyanya. Aku mengangguk heran. ”teman?” tanyaku kurang percaya. Ia mengangguk, ”teman kerjanya di Osaka” ucapnya. ”lalu kenapa kau menyambut eonni yang pulang dari Osaka kalau kau teman bekerjanya di Osaka?” tanyaku. Ia tersenyum lagi.
”Aku sudah keluar dari perusahaan itu beberapa bulan yang lalu. Dan kini aku bekerja disini” jelasnya. Rasanya namja ini pernah kulihat. Tapi aku tak tahu melihat dimana. Senyumnya mengingatkanku pada seseorang. Senyum. Hem. Aku mencoba memutar otakku, mengingat-ingat apa yang kulihat beberapa hari yang lalu.
”AH!!” triakku. Namja itu menoleh. ”wae?” tanyanya. Aku menunduk malu. ”ah silahkan masuk dulu. Akan kubuatkan minuman untukmu” ucapku mempersilahkannya duduk. Sambil membuat minuman untuknya aku mencoba untuk membenarkan ingatanku. Dan ternyata benar! Namja itu adalah namja di bus beberapa hari yang lalu. Namja itu yang tersenyum padaku dari bus. Ya! Namja itu!. ”ini teh nya- silahkan diminum. Eonni akan segera tiba sebentar lagi. Hehe” ucapku. Namja itu meneguk teh hangatnya. ”kamsahamnida- teh buatanmu enak” ucapnya lalu tersenyum lagi. Aaah senyum itu membuatku salah tingkah atas pujiannya.
”ehm....” aku mencoba memulai pembicaraan. Namja itu menatapku heran. ”ah....rasanya kita pernah bertemu” ucapku. Namja itu lagi-lagi tersenyum dan mengangguk. ”aku pernah melihatmu tertidur di bus, lalu kau juga yang mengambil barangku yang terjatuh di bus. Lalu kau tersenyum padaku. Benarkah?” tanyaku.
Namja itu mengangguk, ”ne- aku yang mengambil barangmu di bus waktu itu” ucapnya. Aku lega. Ternyata dugaanku tidak salah. ”ahaha benar ya ternyata” ucapku. Namja itu memperkenalkan dirinya. ”cheoneun Kang....” TING TONG .........
Suara bel itu memotong pembicaraan kami. Aku pun langsung membuka pintu apartemen. Ternyata eonni dan Keita oppa sudah datang dengan membawa banayak makanan. ”EONNI!!!” triakku. Eonni memelukku. Keita oppa tersenyum melihat tingkahku. ”Keita oppa!” ucapku lalu memberi salam padanya. Kami pun masuk ke dalam ruangan. Namja itu pun berdiri memberi salam pada eonni dan Keita oppa.
”ah...Min...aawww” triak Keita oppa. ”ah ha ha Jagi. Ayo bantu aku membereskan makanan ini” ucap eonni pada Keita oppa dan menyeretnya ke dapur.
”ah mian- naneun Park Eunjung imnida” ucapku seraya tersenyum. Namja itu pun membalas senyumku. Lalu ia memperkenalkan dirinya. Ia mengeluarkan sebuah potongan ukiran kayu berbentuk kunci. Persis seperti yang kumiliki. Mataku membesar karena kaget. Jantungku berdegup sangat kencang. Ia menjulurkan tangannya, ”Kang Minhyuk imnida, teman kecilmu ^^ ”.
.......................................................................................................................................................
Hari ini rasanya sangat membuat jantungku tak tenang. Minhyuk, teman kecilku datang.
”Eunjung-a ingatkah? Aku sudah dengar dari kakakmu kalau kau sudah ingat padaku. Benarkah?” tanyanya. Aku masih berdiri terpaku tak percaya. Pikiranku melayang-layang entah kemana. ”eunjung-a? Gwaenchana?” tanya eonni padaku. Ia memegang dahiku dan memeriksa leherku. ”badannya ga panas. Eunjung-a!!” ucapnya. Aku masih menatap namja itu tak percaya. ”Neo.........Minhyuk??” tanyaku. Ia mengangguk.
Aku menggenggam tangan eonni erat sekali. Rasanya badanku lemas mendengar kalau ia adalah Minhyuk. ”Eunjung-a mianhe aku tak ada disampingmu saat kau sadar. Aku pun tak menemanimu sampai kau ingat kembali. Tapi ternyata doaku di dengar Tuhan. Aku bersyukur kau bisa ingat padaku lagi” ucapnya. Aku semakin tak bisa berkata apapun.
”eonni....” ucapku lirih. Eunsung eonni memegang tanganku. Ia menyuruhku untuk tenang. Aku pun berbaring di sofa. Badanku lemas, kepalaku pun pusing. Entah kenapa setiap ingatan itu muncul, kepalaku pusing dan berat. Eonni memberikanku secangkir teh hangat.
”hh Eunjung-a, Minhyuk adalah teman kerjaku di Osaka dulu. Jeongmal mianhe, aku tak bilang ini padamu. Ingatanmu harus berangsur-angsur pulih. Aku tak bisa memberitahumu langsung karena tak akan baik untuk otakmu. Mianhe- tapi Minhyuk lah yang menjagamu selama kau koma berbulan-bulan” jelas Eunsung eonni. Aku memandang eonni lalu tersenyum. ”eonni..........” airmataku turun. Aku senang, akhirnya aku bisa mengingat semua. Dan yang paling aku senang, aku bisa melihatnya lagi disini. Bukan dimimpiku lagi.
”eunjung-a....” panggilnya. Aku menoleh. ”mianhe- ” ucapnya. Aku tersenyum, ”tak ada yang salah disini. Apakabar teman kecilku?” Minhyuk tertawa kecil. Aku pun begitu. Kami semua seperti kembali ke masa kecil kami 12 tahun yang lalu.
........................................................................................................................................................
Aku berlari dengan sekuat tenaga karena ini adalah janji yang amat sangat penting. Sudah sebulan lalu aku bertemu dengannya. Ya, tepatnya pertemuan pertama kami kembali. Seseorang tengah menungguku di sebuah restoran mahal yang katanya telah ia pesan. Aku masih berlari menuju restoran itu. Tak peduli dengan tatanan rambutku atau bajuku yang telah berantakan. Yang aku pikirkan saat ini adalah sampai di tempat itu tepat waktu. Yah walaupun ini sudah telat 30 menit dari jam janjian kita.
”Minhyuk-a hah hah hah” ucapku yang masih ngos-ngos an akibat berlari tadi. Aku masih mengatur napasku sebelum bicara alasan kenapa aku telat. ”hh hh mianhe....jeongmal mianhe....aku.... tadi aku harus memilihkan souvenir untuk pernikahan eonni...mianhe Minhyuk-a” ucapku memohon maaf agar Minhyuk tidak marah.
”eunjung-a nih!” ia pun memberikan sebotol air minum. Aku benar-benar seperti atlet lari yang baru saja kalah dari pertandingan. ”mianhe kau sampai menungguku di luar seperti ini” ucapku. Ia mengernyitkan dahinya. ”aku bosan di dalam. Lagi pula aku tak ingin makan di dalam. Kau......tak ku maafkan eunjung-a!” ucapnya. Aku menatapnya bingung, ”e? Wae? Aku kan sudah berlari. Setidaknya aku ada usaha. Terimalah usahaku...” ucapku memohon. Ia menggeleng. Aku memenyunkan bibirku. ”aku mau jalan-jalan!” ucapnya. Aku menatapnya bingung, ”jalan-jalan?” tanyaku. Ia mengangguk, ”kau harus jadi tour guide ku! Aku kan ingin nostalgia di Seoul. Ah sudah lama aku tak jalan-jalan!” ucapnya. ”aah Minhyuk-a tak adakah cara lain?” ucapku. Ia menggeleng. ”ggaja! Jalan-jalan!” paksanya menggandeng tanganku secara paksa.
Kami pun berjalan mengitari sepanjang pertokoan di dekat Namsan. ”Eunjung-a...” panggilnya. ”em” jawabku lemas. ”kenapa kau lemas begini?” tanyanya. ”Minhyuk-a aku lapar. Kukira aku akan makan enak hari ini” ucapku sambil memegangi perutku. ”ahahahaha bilang dong” ucapnya. ”cih gimana aku bilang, kau memaksa ku untuk jalan!” balasku.
”ggaja” ajaknya. ”eodi?” tanyaku. ”aku mau makan bakpao hangat lalu kita main di taman itu” ucapnya menunjuk taman Namsan. Aku memanyunkan bibirku. ”hooaaaam aku ngantuk. Rasanya aku harus pulang” elakku. Minhyuk nampak sedih. ”kau bohong” ucapnya.
”aku kan ingin jalan-jalan seharian denganmu” ucapnya. ”ahhhh ara- ” ucapku. Ia lalu menarik tanganku ke toko bakpao terdekat. ”ahahaha kau tak bisa berbohong denganku!!!! Ggaja! ” tariknya lagi menuju taman.
Malam ini dingin. Sesuai sekali dengan bakpao daging ini. Segelas coffee hangat pun telah kami genggam. ”Aku suka suasanan seperti ini” kata Minhyuk sambil menatapku makan. ”lahap sekali hihihi” ucapnya. Aku mengangguk, ”sudah kubilang, aku lapar!” balasku. Ia tersenyum lalu mengusap kepalaku. Aku menghentikan makanku. Menatap namja itu dengan serius. Minhyuk masih tersenyum memegang kepalaku.
”kau selalu saja mengusap kepalaku seperti itu” ucapku datar. Aku meletakkan bakpao dagingku. Melepaskan tangannya dari kepalaku. Aku menunduk. Mungkin usapan hangat itu bukan untukku. Tapi untuk eonni. Aku tak sepantasnya senang kalau ia usap seperti itu.
”wae ? kau tidak suka di usap? Dulu kau suka sekali kalau di usap seperti itu” ucapnya. Aku masih menunduk, ”itu dulu, sebelum aku tahu kau menyukai eonni. Cih haha kenangan masa kecil lagi” ucapku sambil menggarukkan kepalaku yang tak gatal. Minhyuk menghela napasnya, ”aku.....memang ingin mengulang masa kecil kita lagi” ucapnya. Aku menoleh. Ia mengeluarkan sepotong ukiran kayu berbentuk kunci itu. ”kau bawa kan?” tanyanya. Aku mengangguk dan mengambilnya di tasku. Lalu memberikannya dengan berbagai pertanyaan. Ia mengeluarkan sebuah spidol. ”untuk apa?” tanyaku. ”Aku ingin menandainya” ucapnya. Aku menatapnya heran, ”menandainya kalau kau milikku dan aku milikmu” ucapnya. Aku masih tak mengerti. Ia menuliskan namaku di potongan kunci miliknya. Dan ia menuliskan namanya di potongan kunci milikku. Ia manatapku dan tersenyum lalu memberikan potongan kunci milikku yang telah ia berikan nama Kang Minhyuk. ”ini........aku milikmu kan?” tanyanya. Aku tak mengerti. Ia tersenyum lalu bangun dari bangku taman ini. Ia jongkok tepat dihadapanku, menatapku dan tersenyum lembut.
”kau tau kenapa waktu itu aku membiarkan ukiran ini patah seperti ini?” tanyanya. Aku menggelang. ”itu karena supaya aku bisa bertemu denganmu lagi” ucapnya. Aku tertawa, ”hahahaha kau ini sejak tinggal di Jepang jadi gombaaaaaal!!!! Hahahaha” tawaku semakin keras. Minhyuk pun ikut tertawa, ”ahahaha araso!” ucapnya. Ia menatapku serius.
”ini untukmu” ucapnya. Aku menatap ukiran itu bingung, ”aku tak mau menyimpan barang yang diperuntukkan untuk orang lain” ucapku. Ia tertawa, ”hahaha tau apa kau, ini kan aku yang membuatnya. Jadi aku juga yang berhak memberikan ini pada siapapun yang kumau” balasnya. Aku tak mengerti, ”maksudmu?” tanyaku kurang jelas.
”Kau pikir aku akan memberikan ini untuk siapa?” tanyanya. Aku berpikir sejenak, ”ya untuk Eunsung eonni, untuk siapa lagi” ucapku. Ia menggelang. ”hh untukmu bodoh!” jawabnya.
Aku terbelalak, ”sejak kapan barang ini akan kau berikan padaku?” tanyaku. Ia tersenyum, ”sejak 12 tahun yang lalu!” ucapnya. Aku masih tak percaya akan kata-katanya.
”waktu itu, aku akan tinggal di Jepang bersama Eomma. Aku duduk di bawah pohon tempat biasa kita main bareng. Saat itu aku sedang memikirkan cara bagaimana aku memberikan ini padamu tanpa ketahuan kakakmu. Karena aku baru pertama kali memberikanmu hadiah seperti ini. Kau selalu baik padaku, berbeda dengan kakakmu. Aku pikir aku harus memberikan kenangan untuk teman yang selalu baik padaku. Tapi ukiran ini malah patah. Tapi aku senang, kau bilang ukiran ini bagus. Kau juga membela dan mempertahankan ukiran ini. Sejak saat itulah, aku selalu menantikan untuk bertemu denganmu lagi” jelasnya.
Aku hanya mengangguk. Ia mengenggam tanganku, jantungku semakin berdegup kencang. ”Eunjung-a.............aku senang kau bisa sehat seperti ini kembali. Berbulan-bulan aku menunggumu untuk bangun. Berharap kau akan melihatku sebagai orang pertama yang kau lihat di dunia” ucapnya. Aku tersenyum, ”terimakasih. Terima kasih sudah menemaniku” ucapku. Ia tersenyum ramah.
”nah! Udah jam 12!” ucapnya. Aku menatapnya heran, ”ada apa?” tanyaku. Ia mengeluarkan sebuah kotak dari kantungnya.
”Eunjung-a.......................Saengil chukkahamnida!” ucap Minhyuk sambil memberikan sekotak hadiah. Aku tak bisa menutupi keharuanku. Ini pertama kalinya ada yang memberikan ucapan semanis ini. ”a Minhyuk-a......ahaha aku.......” aku tak bisa mengucapkan apapun. Diriku sendiri pun tak ingat kalau esok adalah hari ulangtahunku. ”ini hadiah untukmu, bukalah” ucapnya. Aku pun membukanya. Sebuah cincin cantik.
”Minhyuk-a.....ini...ini untukku?” tanyaku. Ia mengangguk dan tersenyum. ”aah gomawo. Jeongmal gomawo” ucapku. Airmata bahagia ku turun begitu saja. ”kenapa menangis?” tanyanya polos. ”aku...bersyukur masih bisa merayakan ulangtahunku” ia tersenyum lalu mengelus lembut kepalaku.
”eunjung-a....................ukiran ini milikku dan itu milikmu. Aku ingin kau terus menyimpannya” ucap Minhyuk. Aku mengangguk pasti.
”eunjung-a.........” panggilnya. Aku menoleh. Ia menggenggam tanganku.
”jangan salah paham lagi-........................saranghae” ucapnya. Matanya begitu teduh. Tuhan apa ini yang engkau berikan padaku setelah hidup kembali. Bagiku Minhyuk lah kado terindah seumur hidupku.
”seodayo.........na do saranghae” balasku lalu tersenyum. Ia tersenyum puas.
”Eunjung-chan..........nae namjachinguga doeeojullae? Minhyukie mau jadi pacarmu dan suamimu loh” ucapnya dengan logat anak kecil. Mukanya ia buat seimut mungkin agar bisa menyamai mukanya dahulu. Aku hanya tertawa melihat wajahnya, ”em eonni-ya eotteokkajo??” balasku dengan nada paling imut.
”eunjung-a terimalah usahaku!” ucap Minhyuk meniru kata-kataku tadi. Aku menggelang dengan cepat. ”em eotteokkajo?” tanyanya lagi meniru gayaku tadi. Aku tertawa senang. Dagunya ia letakkan di lututku. Muka imutnya ia biarkan begitu supaya aku luluh. ”aku tak akan luluh dengan mukamu itu” ucapku. Ia menatapku. ”menunduklah sedikit” pintanya. Aku pun menunduk sedikit. Muka kami hanya berjarak 5 centi!! Jantungku berdegup kencang, mukaku memerah. ”kau.....benar-banar menyukaiku ya? Ehehehe gomawo 12 tahun kau setia menungguku ehehehe” ucapnya GR. Aku hanya tersenyum malu. ”cih apalagi kau. Sudah lepaskan muka imutmu itu!” suruhku. Ia menatapku, ”tak akan luluh kah?” tanyanya. Aku menggeleng cepat. ”bagaimana kalau ini?”. Sesuatu yang hangat tiba-tiba menempel di bibirku. Ia menciumku seketika. Begitu lembut dan lama. Hatiku luluh seketika. Ah ani! Hatiku memang sudah luluh sejak ia bilang saranghae padaku!
”bagaimana? Luluhkah?” tanyanya. Aku masih bengong tak bergerak. ”menguap! Bukan hanya luluh!” ucapku. Ia tertawa senang lalu mengusap lembut rambutku.
Kami pun pulang kerumah dengan perasaan yang tak tergambarkan! ”aaa eunjung-a saranghae joahae saranghae joahae” nyanyinya sepanjang jalan pulang. Aku menatapnya aneh, ”ya! Jangan nyanyi!” ucapku. ”aku menyanyi karena tak ada drum di depanku” ucapnya. ”e? Kau bisa main drum kah?” ia mengangguk semangat. ”aku bisa! Di Jepang aku punya sebuah band. Aku cukup jadi idolah disana” ucapnya. Aku memanyunkan bibirku. ”wae?” tanyanya. ”kau hanya boleh jadi idolaku!! Tak boleh untuk yang lain!” ancamku. Ia mengernyitkan dahinya, ”tapi kan Cuma kau idolaku Eunjung-a” rayunya. Aku hanya tertawa. Semua yang kami lewati hari ini benar-benar diluar dugaanku. Ia datang dari masa laluku dan membuat hidupku semakin lengkap.
Ya. Inilah anugrah yang Tuhan berikan padaku. Lewat mimpi itu aku bertemu dengannya kembali. Dan sekarang aku tak hanya bisa melihatmu di mimpiku, tapi di setiap hari-hariku. Tetaplah jadi mimpiku yang terindah Minhyuk. Saranghe. Jeongmal saranghae...........
ff nya unik nyambungin mimpi sama kehidupan nyata gitu, terus walaupun ceritanya gak panjang tetep ada konflik
ReplyDeletecuma aku banyak gak ngerti bahasa korea yang diaman itu ._. (itu mah derita saya /plak)
hehe tapi keselruhan keren kok (Y)
aaaa setuju, bagusssss
ReplyDeleteaku tadinya sempet mikir mau bikin ff yg ada lupa ingatannya, hehe
waaaahhh
ReplyDeletesyapa yang bikin ni chingu?? sukaaa..
duhh, mimpi abis ni ceritanya.. hehehhe
@teyhwa ada twitternya kok di samping namanya di atas
ReplyDeleteso sweet ^^
ReplyDeleteaq suka bgt ff bwtan eonnie ap lgii yg romance ^^
ih, keren banget. pas diawal-awal aku males bacanya. kupikir; "Ah, paling juga ngebosenin endingnya" eh terus kupaksa baca sampe selesai dan ternyata..
ReplyDeletejeng jeng jeng..
aku suka banget sama ff ini. mian yah onnie sempet pikir begitu.. hehe ^^v